Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII 29

e. Kelas V

Tanah pada jenis lahan ini tidak sesuai untuk jenis tanaman semusim karena lereng datar atau cekung, seringkali terlanda banjir, sering tergenang, berbatu-batu, pada perakaran sering dijumpai catclay, dan berawa-rawa. Jenis ini lebih cocok untuk hutan produksi atau hutan lindung, padang penggembalaan atau suaka alam.

f. Kelas VII

Jenis tanah pada lahan ini tidak sesuai untuk pertanian, penggunaannya terbatas untuk padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan cagar alam. Pengelolaan lahan perlu dibuat teras bangku, pengolahan lahan sesuai kontur, sedangkan penutupan tanah dengan rumput perlu diusahakan. Ciri jenis ini, yaitu kecuraman lereng 30 sampai 45, ancaman erosi berat, jika telah erosi berat ditanggulangi, solum tanah sangat dangkal, berbatu-batu, dan faktor iklim pun tidak mendukung.

g. Kelas VIII

Lahan kelas ini tidak sesuai untuk pertanian dan teknik konservasi lahan ini dengan cara didiamkan dalam keadaan alami. Ancaman kerusakan pada jenis lahan ini meliputi kecuraman lereng mencapai 65, berbatu-batu, kapasitas menahan air sangat rendah, solum sangat dangkal, sering kali dijumpai singkapan batuan, dan padang pasir. Sumber: www.tarakan.go.id Gambar 1.23 Peta tanah Pulau Tarakan. Peta tanah merupakan salah satu data yang harus dikumpulkan untuk menentukan kriteria lahan pertanian. Peta 30 Lakukan pengamatan terhadap lokasi pertanian di wilayahmu. menurutmu temasuk ke dalam kelas lahan yang mana tanah pertanian di daerahmu T ugas Mandiri obserbasi Kilas Geografi Primitive Subsistence Farming terdapat di daerah trofis 30° LU-30° LS. Tiga daerah utama pertanian ini adalah Afrika Tengah yang merupakan daerah terluas, Amerika Selatan tepatnya di Basin Amazon, dan di daerah Asia Tenggara terutama di daerah-daerah pedalaman. Komisi Land Use, Unesco memakai istilah Shifting Cultivation dan Land Rotation untuk primitive subsitence farming. Shifting Cultivation digunakan hanya jika petani dan ladangnya secara terus menerus berpindah-pindah. Istilah Land Rotation digunakan hanya jika ladangnya yang berpindah-pindah tetapi tempat tinggal peladang tetap. Ciri-ciri ladang berpindah adalah sebagai berikut. 1. Ketergantungan petani yang tinggi terhadap lahan hutan. 2. Lahan ladang hutan dibuka dengan cara dibabat dan dibakar. 3. Peralatan yang digunakan masih sederhana, biasanya parang dan tugal. 4. Tidak ada pemeliharaan terhadap tanaman. 5. Lahan sempit, luasnya rata-rata tidak lebih dari 0,5 hektar. 6. Lahan hanya dipakai untuk waktu yang singkat 2 atau 3 kali tanam dan kemudian dibiarkan untuk jangka waktu yang lama. Sistem pertanian primitive subsistence farming hanya terdapat pada daerah-daerah dengan penduduk yang masih jarang sekali. Oleh karena mayoritas pembukaan ladang dilakukan dengan cara membakar, selain menimbulkan kebakaran hutan dan polusi asap, kegiatan ini akan merusak lapisan humus. Walaupun demikian, keuntungannya adalah terdapat penambahan unsur potash dalam tanah. Tanah hutan biasanya dibuka tiga atau dua minggu sebelum musim penghujan. Primitive Subsistence Farming