GAMBARAN UMUM Poligami pada suku Bangsa Karo, studi antropologis tentang perubahan perkawinan pologami ke perkawinan monogami di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

BAB II GAMBARAN UMUM

2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah 724,2 Ha, berada pada ketinggian kurang lebih 1200 m di atas permukaan laut. Dengan suhu minimum 18 C dan suhu maksimum 32 C, serta kurang lebih 96 0 - 85 Bujur timur, dan antara 3 4’ dan 3 25’ Lintang Utara. Luas daerah tersebut telah termasuk di dalamnya hutan, perumahan serta lahan pertanian yang terdapat di desa tersebut Desa Sukanalu terdiri atas empat dusun, 8 RW dan 17 RT. Jarak dari Desa Sukanalu ke ibukota Kecamatan Barus Jahe sekitar 5 kilometer, sedangkan ke ibukota Kabupaten Karo yaitu Kaban Jahe sekitar 12 kilometer dan jarak ke kota Medan yang merupakan ibukota propinsi sekitar 88 kilometer. Kaban Jahe merupakan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan, sedangkan pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan kecamatan adalah Tiga Jumpa yang berjarak lebih kurang 2 kilometer dari Desa Sukanalu. Batas-batas Desa Sukanalu adalah sebagai berikut; • Sebelah barat berbatasan dengan kota Sebaraya dan Desa Tiga Panah • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Barus Jahe • Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kubucolia dan Desa Kubu • Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukadame dan Desa Sinaman Universitas Sumatera Utara Perincian tentang pengelolaan alam Desa Sukanalu dengan masing-masing luasnya dapat kita lihat dalam tabel II-1: Tabel II-1 Pengelolaan alam Desa Sukanalu No Fungsi tanah Luas lahan Ha 1 Perumahan bangunan 10,7 1,48 2 Pertanian 692 95,55 3 Pekuburan 1,5 0,21 4 Tanah kosong 20 2,76 jumlah 724,2 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Sukanalu tahun 2006 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar Desa Sukanalu merupakan lahan pertanian atau perladangan dan daerah persawahan. Tanahnya yang subur sehingga menguntungkan bagi masyarakat dapat kita lihat bahwa sebagian besar Sukanalu merupakan lahan pertanian atau perladangan dan daerah persawahan. Tanahnya yang subur sehingga menguntungkan masyarakat.

2.1.2 Sejarah Desa Sukanalu

Desa Sukanalu didirikan tahun 1210 oleh seorang pemuda bermarga Sitepu. Pemuda ini berasal dari Desa Sukanalu Teran, Kecamatan Simpang Empat, yang terletak dibawah kaki Gunung Sinabung. Dalam adat masyarakat Karo pada saat itu, Universitas Sumatera Utara seorang pemuda yang sudah cukup umur namun belum membina rumah tanga tidak diperbolehkan untuk tinggal di rumah. Sang pemuda yang harus menaati adat yang berlaku melakukan perjalanan panjang selama berhari-hari dihutan luar Desa Sukanalu Teran tersebut. Tanpa sengaja sang pemuda menemukan tempat yang mirip dengan desanya itu dan kemudian mendirikan desa baru. Desa baru tersebut dinamakan Desa Sukanalu di kemudian hari. Hal tersebut dikarenakan lingkungan fisik seperti tanah, tanaman-tanaman yang ada di desa baru tersebut mirip dengan yang ada di Desa Sukanalu Teran. Setelah pemuda tersebut menemukan desa baru itu, sang pemuda kembali ke desa asalnya yaitu Desa Sukanalu Teran dan mengajak beberapa saudaranya yang bermarga Sitepu untuk mendirikan desa baru di tempat yang baru ditemukan pemuda bermarga Sitepu tersebut. Setelah desa tersebut dibangun, marga-marga lain pun berdatangan untuk mencari tempat tinggal yang cukup berpotensi menghidupi mereka. Marga –marga tersebut antaraq lain adalah marga Tarigan, Ginting dan Barus. Mereka datang dari Desa Sukanalu Teran dan ada pula yang dari desa – desa lainya. Marga Sitepu yang dianggap sebagai penemu dan pendiri desa ini, kemudian ditetapkan sebagai merga taneh, sedangkan merga Barus dan Ginting ditetapkan sebagai Kalimbubu kelompok yang memberikan anak gadis. Merga Tarigan ditetapkan sebagai Anak Beru Kelompok pengambil anak beru dan merga Karo-karo ditetapkan sebagai Senina kelompok semarga Universitas Sumatera Utara

2.2. Tata Pemukiman

Pola pemukiman masyarakat desa ini adalah mengelompok padat dimana sebagian besar masyarakat terkonsentrasi tinggal pada suatu bagian desa sedangkan bagian lainnya digunakan sebagai lahan pertanian dan untuk aktivitas kehidupan lainya. Pada saat ini, desa ini sudah tertata dengan cukup teratur, dimana hampir setiap kegiatan dilakukan ditempat yang sama sehingga dapat dilakukan dengan lebih efisien, bahkan desa ini telah dijadikan desa percontohan bagi desa-desa lainnya di Kabupaten Karo. Untuk sumber airnya sendiri, sebagian besar masyarakat di desa ini sudah dapat memanfaatkan air bersih dari PDAM sepanjang tahun. Sebagian besar rumah warga juga sudah memiliki WC dan kamar mandi sendiri, namun masih ada juga sebagian kecil yang memanfaatkan air hujan dan air sungai pada kemarau panjang.

2.3. Mata Pencaharian Penduduk

Kesuburan tanah Desa Sukanalu menjadikan mayoritas penduduk desa ini kedalam tipe masyarakat agraris. Penduduk Desa Sukanalu sebagian besar hidup dengan bertani. Lebih spesifik lagi, penduduk sebagian besar bertani ladang dengan komoditas tanaman hortikultur seperti sayur-sayuaran, buah-buahan. Pada umumnya petani didesa ini akan mengikutsertakan keluarganya untuk turut bekerja diladang. Meskipun pada kenyataannya anak yang masih kecil tidak terlalu membantu, namun dengan berada diladang dan mengambil sebagian kecil pekerjaan tentunya hal tersebut telah membantu petani. Selain itu, dengan membantu orang tuanya, anak tersebut juga telah belajar untuk bertani dikemudian hari. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya pekerjaan disektor pertanian, tidak terus menerus membutuhkan perhatian dan tenaga. Ada saat dimana petani dan keluarganya tidak mempunyai sesuatu untuk dikerjakan, misalnya pada saat petani menunggu panen, maka petani biasanya akan mengambil pekerjaan lain seperti menjadi buruh tani diladang orang lain aron. Meskipun pada awalnya aron berarti gotong royong, namun pada saat ini kata tersebut labih bermakna sebagai tenaga upahan. Dengan melakukan pekerjaan ini, petani mempunyai tambahan penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebelum masa panen datang. Selain bertani, penduduk desa ini juga ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan, pegawai swasta, bahkan berwiraswasta. Namun, meskipun mereka mempunyai pekerjaan, terkadang mereka juga memiliki ladang yang dikerjakan sendiri untuk menambah penghasilan atau sekedar menyalurkan hobi saja. Biasanya yang mereka lakukan tidak seserius yang dilakukan oleh petani asli, dan tentu saja hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Berbeda halnya dengan petani yang memang pekerjaan utamanya adalah bertani, mereka menjual hasil taninya keluar kota atau untuk memudahkan mereka kerap menjualya langsung ke pedagang pengumpul yang datang ke ladang mereka masing- masing. Tetapi ada juga sebagian yang menjualnya langsung kepada konsumen di ibukota kabupaten. Lebih jelasnya dapat kita lihat data penduduk sesuai dengan mata pencahariannya pada tabel II-2 : Universitas Sumatera Utara Tabel II-2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah jiwa 1 Pegawai Negeri Sipil 55 1,78 2 Pensiunan 15 0,49 3 Wiraswasta 250 8,11 4 Buruh 55 1,78 5 Bertani 154 50,71 6 Tidak Bekerja 1145 37,13 Jumlah 3084 100 Sumber: Kantor kepala Desa Sukanalu tahun 2006 2.4 Sarana dan Prasarana Serta Infra Sruktur Sosial 2.4.1. Sarana Transportasi Sarana transportasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Desa Sukanalu. Hal ini dikarenakan hasil – hasil pertanian yang diproduksi oleh masyarakat Sukanalu sebagian besar dijual kepada konsumen yang berada diluar desa Sukanalu bahkan sampai ke Kota Medan yang Jauh dari Desa Sukanalu. Tanpa adanya sarana transportasi yang layak tentu saja pemasaran hasil-hasil pertanian tidak dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Selain tu sarana transportasi juga sangat menentukan perkembangan desa itu sendiri. Dengan adanya sarana transportasi yang baik tentu saja akses dari luar menjadi lebih mudah sehingga dapat dilaksanakan pembangunan itu sendiri. Untuk mendukung semua hal tersebut, desa ini Universitas Sumatera Utara memiliki sarana transportasi berupa jalan beraspal sepanjang 5 km yang berada ditengah desa yang merupakan jalan lintas dari ibukota Kecamatan Barus Jahe hingga keluar Desa Sukanalu, 4 km jalan berbatu, 30 km jalan bertanah serta 1 buah jembatan. Kondisi dari semua jalan tersebut secara keseluruhan baik dan dapat digunakan dengan baik, meskipun ada sedikit yang berlubang. Masyarakat desa juga menyadari akan pentingnya jalan bagi kehidupan, sehingga mereka terkadang sring melakukan perawatan terhadap jalan seperti dengan menimbun jalan yang berlubang, membersihkan pinggir jalan dari rerumputan dan lain sebagainya.

2.4.2. Sarana Kesehatan

Beberapa sarana kesehatan yang terdapat di Desa Sukanalu antara lain adalah Puskesmas, klinik bersalin dan BKIA Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang masing- masing berjumlah satu buah. Sarana kesehatan tersebut dalam keadaan baik, fisiknya serta pelayanannya meskipun tenaga ahlinya masih belum mencukupi. Berdasarkan pengamatan penulis, sarana kesehatan di Desa Sukanalu sudah cukup memadai karena hanya ada satu orang bidan dan di bantu oleh beberapa perawat yang bertugas di dalamnya. Pada hari-hari biasa, Puskesmas dan BKIA mulai dibuka pada pukul 08.00-14.00 WIB, sedangkan pada hari-haru besar tutup. Namun terkadang bila terdapat situasi yang cukup darurat maka petugas akan bersedia melayani apakah itu di puskesmas sendiri bahkan untuk dipanggil ke rumah pasien. . Universitas Sumatera Utara

2.5 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Sukanalu pada tahun 2006 berjumlah 3084 jiwa dan terdiri dari 955 kepala keluarga. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin terdapat selisih yang cukup tajam yakni dengan jumlah laki-laku sebanyak 1359 jiwa dan perempuan sebanyak 1725 jiwa. Penduduk Desa Sukanalu termasuk tipe yang heterogen, dimana terdapat begitu banyak karakter yang membedakan penduduk secara keseluruhan. Perbedaan tersebut meliputi suku, agama. Suku mayoritas di Desa Sukanalu ini adalah suku Batak Karo, yang sisanya yang berjumlah tidak banyak seperti suku Batak Toba, Simalungun, Jawa. Meskipun perbedaan tersebut ada ditengah-tengah masyarakat, namun penduduk dapat menjalin hubungan yang harmonis. Hal ini terjadi dikarenakan penduduk pendatang yang bukan suku Batak Karo mampu beradaptasi dengan penduduk yang Suku batak Karo. Wujud-wujud adaptasi ini dapat dilihat dengan bahasa yang digunakan sehari- hari. Meskipun bukan suku batak Karo namun mereka dapat berbahasa Karo dengan fasih. Selain itu, suku Batak Toba ataupun Simalungun juga terkadang merubah marganya menjadi marga Karo yang memang disamakan dengan marganya. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianutnya, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sukanalu menganut agama Kristen Protestan yang berjumlah 1493 jiwa dan kemudian dilanjuti dengan Kristen Katolik sebanyak 1418 jiwa dan yang terakhir adalah agama Islam sebanyak 153 jiwa. Namun ada juga yang mengaku tidak menganut agama apapun yakni sebanyak 20 jiwa. Untuk melaksanakan ibadah masing-masing, di desa ini terdapat rumah-rumah ibadah Kristen ada 4 buah gereja yaitu 1 buah gereja GBKP, 1 buah gereja Katholik, 1 Universitas Sumatera Utara buah gereja GPDI, 1 buah gereja Pantekosta. Sedangkan bagi pemeluk agama Islam ada 1 buah Musholah. Secara umum bila ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin jumlah penduduk yang terbanyak terdapat pada penduduk yang berusia produktif yaitu yang berumur 20- 35 tahun dan 35 -49 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel yang tersedia: Tabel II-3 Komposisi Penduduk Menurut Umur No Umur Tahun Jumlah jiwa 1 0-1 105 3,41 2 1-3 95 3,08 3 3-5 165 5,36 4 5-15 399 12,94 5 15-20 381 12,35 6 20-35 751 24,33 7 35-49 582 18,87 8 50-60 456 14,79 9 60 keatas 150 4,87 Jumlah 3084 100 Komposisi penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikannya menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sukanalu sudah mengenyam pendidikan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga SLTA bahkan cukup banyak yang mampu mencapai Universitas Sumatera Utara tingkat perguruan tinggi. Namun tetap saja masih ada yang belum pernah mengenyam pendidikan apapun yang menyebabkan mereka masih buta huruf saat ini. Biasanya mereka yang buta huruf adalah mereka yang sudah terlalu tua yang sudah sulit untuk mengikuti proses belajar lagi. Untuk lebih jelasnya, komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II-4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa 1 Sekolah Dasar 1053 34,14 2 SLTP 337 10,93 3 SLTA 637 20,65 4 Akademi 53 1,72 5 Perguruan Tinggii 45 1,46 6 Kejar paket A 150 4,86 7 Buta Huruf 444 14,40 8 Belum sekolah 364 11,80 9 SLB 1 0,04 Jumlah 3084 100 Universitas Sumatera Utara

BAB III PERKAWINAN POLIGAMI PADA MASYARAKAT KARO