Metodologi Penelitian Kira Sembiring NIM:820811541, Mahasiswa jurusan Antropologi, Fak. Ilmu Sosial dan Politik,

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat dskriptif yang menggambarkan kecenderungan perubahan bentuk perkawinan dari poligami ke monogami pada masyarakat desa Sukanalu. Sebagaimana yang dikemukakan Koentjaraningrat 1983:29 penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala dan adanya hubungan tertentu antara gejala yang satu dengan yang lain. Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang bagaimana kecenderungan perubahan bemtuk perkawinan itu terjadi pada suku bangsa Karo di Desa Sukanalu. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Metode wawancara atau interview method, mencangkup cara yang dipergunakan kalau seseorang untuk suatu tujuan atau tugas tertentu mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan atau responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu Koentjaraningrat, 1990. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang segala hal yang berkaitan dengan realitas poligami di Desa Sukanalu serta untuk memperoleh sebanyak mungkin data-data tentang budaya serta perilaku suku bangsa Karo di Desa Sukanalu. Wawancara ini dilakukan terhadap informan pangkal, informan kunci, dan informan biasa. Dalam penelitian ini peneliti memilih kepala Desa Sukanalu yakni Bapak I. Sitepu 46 tahun dan ketua adat Bapak T. Bangun 67 tahun sebagai informan pangkal. Informan pangkal ini membantu peneliti dalam menemukan orang-orang yang Universitas Sumatera Utara sangat mengerti tentang permasalahan yang ingin diteliti. Oleh sebab itu, informan pangkal hendaklah memenuhi kriteria tertentu, seperti memiliki wawasan yang luas mengenai keadaan Desa Sukanalu, di kenal baik oleh warga penduduk, mampu mengintroduksikan peneliti dngan informan-informan lainnya dan yang juga cukup penting adalah bahwa informan pangkal bukan merupakan orang yang dibenci oleh sebagian besar masyarakat Desa Sukanalu. Sementara itu, informan kunci merupakan orang-orang yang paham sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti, yakni perilaku poligami di Desa Sukanalu. Informan kunci adalah orang-orangkeluarga yang melakukan perkawinan poligami atau orang-orang yang mengetahui tentang seluk beluk terjadinya poligami di Desa Sukanalu. Dalam hal ini peneliti telah mendapat data-data dari: Bapak J. Tarigan 67 tahun, Bapak M. Sembiring 72 tahun, Bapak S. Sembiring 74 tahun, T. Ginting 69 ahun, P. Karo-karo 64 tahun, sebagai suami yang melakukan poligami. Serta Ibu S. br. Ginting 60 tahun, Ibu M. br. Pinem 66tahun, Ibu J. br. Manalu 68 tahun, Ibu R. br. Barus 64 tahun, Ibu M. br. Sitepu 59 tahun yang merupakan isteri tua dari pelaku poligami yang telah disebutkan sebelumnya. Terhadap mereka dikumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan metode life history method. Sedangkan informan biasa adalah orang-orang yang diwawancarai untuk melengkapi keterangan dari informan kunci. Dalam penelitian ini, informan biasa yang diwawancarai adalah orang-orang yang mengetahui tentang poligami yang terjadi di desa ini. Dalam hal ini peneliti memperoleh data-data dari: T. Perangin-angin 38 tahun, W. br. Karo-karo 32 tahun yang keduanya merupakan warga Sukanalu sendiri. Universitas Sumatera Utara Sementara K. Br. Pinem 34 tahun, dan M. Br. Kaban 30 tahun berasal dari desa tetangga yaitu Desa Tiga Panah. Dipilih sebagai informan biasa karena masing-masing mereka merupakan anak dari isteri kedua dan terhadap mereka peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan wawancara biasa. Life history method merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian di bidang Antropologi Budaya, yang memiliki keunikkan tersendiri dalam memperdalam pengertian terhadap masyarakat tertentu. Metode ini dapat dilakukan dengan observasi, dan wawancara yang dilakukan terhadap individu yang menjadi informan ataupun menjadi objek dari suatu penelitian. Tentu saja hal ini bersifat subjektif dan belum tentu sesuai dengan keadaan masyarakat yang menjadi topik penelitian. Namun sesuai dengan keunikkan metode ini, yang memang bukan untuk memberikan keterangan detail mengenai suatu realitas yang terjadi dalam masyarakat yang diteliti. Tetapi justru memberikan keterangan atas bagian dari realitas itu sendiri Koentjaraningrat. 1990. Pokok-pokok pertanyaan yang diajukan peneliti kepada informan pangkal adalah seputar latar belakang berdirinya desa serta awal terjadinya poligami di desa tersebut. Sedangkan kepada informan kunci, pokok pertanyaan yang diajukan adalah tentang bagaimana pengalaman informan sebagai pelaku poligami, atau sebagai isteri yang di poligami, apa yang menjadi motivasi pelaku poligami dalam memutuskan untuk poligami di dalam rumah tangganya, motivasi isteri sehingga mau menerima diri mereka untuk dipoligami serta dampaknya terhadap diri mereka sendiri. Sedangkan untuk informan biasa diajukan pertanyaan tentang alasan mereka tidak mau melakukan Universitas Sumatera Utara poligami dalam rumah tangganya dan pengetahuan tentang poligami yang mereka ketahui di Desa Sukanalu ini.

1.8 Kendala-kendala di Lapangan