Perbandingan Perubahan Paradigma Berpikir dari Pelaku Poligami dan Pelaku Monogami

4.3 Perbandingan Perubahan Paradigma Berpikir dari Pelaku Poligami dan Pelaku Monogami

Untuk dapat mengetahui perubahan paradigma masyarakat yang dulu marak melakukan perkawinan poligami sedangkan saat ini sudah jarang dilakukan, dapat dilihat pada tabel 8. Pada tabel 8 akan dibandingkan paradigma pelaku poligami pada masa lalu dan paradigma pelaku monogami saat ini tentang beberapa hal berkaitan dengan perkawinan. Tabel 8. Perbandingan Perubahan Paradigma Berpikir dari Pelaku Poligami dan Pelaku Monogami. No Faktor Pembanding Pelaku Poligami Pelaku Monogami 1 Faktor Ekonomi Isteri adalah tulang punggung pencari nafkah keluarga, ketika suami akan mencari isteri yang lain yang lebih kaya dan mampu menghidupi diri dan keluarganya Suami sebagai kepala keluarga, yang bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bukan isteri. Isteri sifatnya hanya membantu suami. Suami semakin sadar akan tanggung jawabnya. Dan isteri juga sudah sadar akan peran suami dalam keluarga. 2 Perjudian Suami yang tidak bekerja Suami sudah menyadari akan Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, akan menghabiskan waktu untuk berjudi. Ketika suami tidak mampu memberikan uang lagi, maka suami akan mencari isteri lain. tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga yang harus memenuhi kebutuhan keluarga. Waktunya banyak dihabiskan di ladang untuk mencari nafkah, sehingga waktu untuk berjudi semakin berkurang bahkan tidak ada lagi. Selain itu, suami juga makin menyadari bahwa berjudi tidak lagi baik baginya. 3 Hubungan Suami Isteri Suami dan isteri jarang bekerja sama dalam berbagai hal, termasuk dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Suami hanya menuntut isteri untuk bekerja sendiri serta mengurus keluarga. Suami dan isteri selalu bekerja sama dalam segala hal, termasuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mereka dengan harmonis berusaha untuk menjadi lebih baik. Kebersamaan yang mereka miliki membuat mereka menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga mereka semakin Universitas Sumatera Utara dekat satu sama lain. Perselisihan memang tidak dapat dihindari, namun suami tidak menggunakannnya sebagai alasan untuk melakukan poligami. 4 Prestise Sosial Semakin banyak isteri yang dimiliki semakin tinggi prestise sosial seseorang dalam masyarakat. Sehingga laki-laki akan berlomba untuk mencapainya dengan berpoligami Presitse sosial tidak ditentukan oleh banyak isteri yang dimiliki oleh seseorang, tetapi diindikasikan oleh bagaimana ekonomi keluarga, serta keberhasilan anak-anaknya, apakah anaknya memperoleh pendidikan yang cukup bahkan mungkin hingga ke perguruan tinggi. 5 Penghindaran Status Janda Dalam masyarakat status janda sangat dihindari, karena dipandang sangat rendah. Hal ini menyebabkan isteri pasrah saja untuk dipoligami Masuknya agama kristen serta pemahan tentang ajaran agama, masyarakat menyadari bahwa perkawinan poligami bahkan perceraian sangat buruk di mata Tuhan. Untuk Universitas Sumatera Utara ketika suami mengingkan untuk kawin lagi. itu tidak ada perceraian kecuali karena kematian, sehingga suami tidak mungkin kawin lagi selama isterinya masih hidup. Dengan adanya perubahan paradigma terhadap faktor-faktor yang mendukung poligami, maka tingkat poligami di Desa Sukanalu mengalami penurunan hingga saat ini. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Sukanalu, ada beberapa alasan mendasar lainnya perlunya penghapusan terhadap praktek poligami yang dipaparkan oleh para informan khususnya perempuan-perempuan yang di poligami, yaitu: • Poligami merupakan bentuk penampakan konstruksi kuasa laki-laki yang superior dengan nafsu menguasai perempuan, disisi lain faktor biologisseksual juga mempengaruhi bahkan demi prestise tertentu. Namun yang nampak dari kesemuanya itu bahwa poligami telah menambah beban kesengsaraan perempuan terhadap sekian banyak beban yang sudah ada, dan jika itu kenyataannya maka poligami adalah konsep penindasan terhadap perempuan yang tidak berpihak kepada rasa kemanusiaan dan keadilan. • Selain itu poligami juga merupakan bentuk subordinasi dan diskrimianasi terhadap perempuan, hal mana di dasarkan pada Universitas Sumatera Utara keunggulansuperioritas jenis kelamin tertentu atas jenis kelamin lainnya. Pengakuan yang absah terhadap hierarki jenis kelamin dan pengutamaan privilis seksual mereka atas yang lainnya. Ketentuan ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip persamaan, anti diskriminasi serta anti kekerasan yang dianut dalam berbagai instrumen Hukum yang ada. UUD 1945, UU HAM, UU NO.184, GBHN 1999, Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan • Realitasnya banyak kasus poligami yang memicu bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga KDRT lainnya yang dialami perempuan dan anak-anak, meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Poligami sendiri merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dilegitimasi oleh hukum dan sistim kepercayaan yang ada di masyarakat. • Adanya fakta bahwa sejumlah perempuan menerima poligami tidak menghilangkan hakekat diskriminasi seksual dalam institusi poligami tersebut, yang mana sepanjang hidupnya perempuan telah disosialisasikan pada sistem nilai yang diskriminatif. Menyikapi rentannya posisi perempuan di masyarakat, maka sosialisasi mengenai perlindungan bagi perempuan dari segala bentuk diskriminasi, khususnya poligami masih harus dilakukan secara terus-menerus. Universitas Sumatera Utara

4.4 Dampak Poligami Terhadap Perempuan