1. Arah Adat menurut adat, yaitu suatu proses perkawinan dimana peranan orang tua lebih dominan, artinya pihak orang tualah yang lebih mengusahakan
agar pekawinan itu dapat dilaksanakan. Peranan orang tua di sini mulai dari petandaken
atau perkenalan calon mempelai, mbaba belo selambar atau pertunangan peminangan dan sampai upacara perkawinan.
2. Arah Ture dengan persetujuan kedua mempelai saja, yaitu perkawinan yang dilangsungkan berdasarkan kehendak kedua belah pihak calon mempelai dan
orang tua tidak mempunyai peran dari awal tetapi orangtua selalu mengikuti pembicaraan mereka sehingga pada akhirnya orangtua menyelenggarakan
perkawinan mereka. Menurut Darwan Prinst 2004, fungsi perkawinan pada masyarakat Karo adalah
Melanjutkan hubungan kekeluargaan, menjalin hubungan kekeluargaan apabila sebelumnya belum ada hubungan kekeluargaan, melanjutkan keturunan dengan lahirnya
anak laki – laki dan perempuan, menjaga kemurnian dari suatu keturunan, menghindari berpindahnya harta kekayaan pada keluarga lain, mempertahankan dan memperluas
hubungan kekeluargaan.
1.2. Perumusan Masalah
Seperti telah diuraikan di atas bahwa tujuan utama dari perkawinan bagi masyarakat Karo adalah mendapatkan keturunan. Hal ini sangatlah penting dalam
mempertahankan garis keturunan berupa merga. Oleh karena itu, bagi suku bangsa Karo yang menganut sisitem patrilineal, anak laki-laki sangatlah penting. Yang menjadi
pertanyaan, bagaimana bila dalam sebuah rumah tangga tidak dikaruniai anak laki-laki
Universitas Sumatera Utara
yang notabene sebagai penerus merga? Apakah hal ini layak menjadi sebuah dalih untuk melangsungkan perkawinan poligami? Pertanyaan lain, mengapa seorang perempuan
bersedia di jadikan isteri muda dalam sebuah rumah tangga? Dan secara global masalah penelitian ini akan mengkaji sebab-sebab terjadinya perubahan perkawinan dari
poligami ke perkawinan monogami.
1.3 Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang tingginya jumlah perkawinan poligami di Desa Sukanalu pada masa lalu. Apakah ada hal-hal yang istimewa yang memicu tingginya tingkat
perkawinan poligami dalam kehidupan bermasyarakat di desa itu? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkawinan poligami tersebut?
Apakah ada faktor yang berasal dari dalam desa atau dari luar desa? 3. Bagaimana pandangan masyarakat tentang perkawinan poligami dan pelaku
perkawinan poligami? Mungkin akan timbul pro dan kontra namun bagaimana pandangan masyarakat secara umum?
4. Bagaimana perkawinan poligami itu di langsungkan, apakah akan dilangsungkan seperti perkawinan pertama?
5. Apa yang menjadi motivasi perempuan sehingga mau dipoligami atau dijadikan isteri kedua atau isteri muda?
6. Bagaimana dampak perkawinan poligami terhadap perempuan yang dipoligami?
Universitas Sumatera Utara
7. Faktor-faktor yang memicu pergeseran bentuk perkawinan poligami ke perkawinan monogami di desa tersebut pada masa sekarang?
Lokasi penelitin ini dilakukan di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Desa ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena desa ini
mempunyai tingkat poligami yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa tetangganya. Di Desa Sukanalu sendiri kurang lebih 75 dari rumah tangga
melakukan poligami khususnya poligini, sedangkan di desa-desa tetangganya hanya sekitar 10. Hal inilah yang menjadi salah satu keunikkan tersendiri desa tersebut
bila di bandingkan dengan desa-desa lainnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman serta perubahan pandangan perempuan-perempuan di desa tersebut akan
makna perkawinan, perilaku ini mengalami pergeseran ke perkawinan monogami. Karena itulah peneliti tertarik dan memutuskan Desa Sukanalu sebagai lokasi
penelitian.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian