Poligami Secara Umum Pada Masyarakat Karo

3.5. Poligami Secara Umum Pada Masyarakat Karo

Perkawinan poligami banyak ditemukan pada berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, seperti pada suku bangsa Jawa, Sunda, dan juga pada suku bangsa Karo di Desa Sukanalu kecamatan Barus Jahe. Bentuk perkawinan poligami banyak ditemukan pada tahun 1950-an, yaitu lebih kurang 75 dari jumlah laki-laki yang telah berumah tangga. Di tahun-tahun tersebut perkawinan ini lebih banyak ditemukan dibanding dengan perkawinan monogami. Dulu perkawinan poligami memilki nilai yang tinggi khususnya bagi kaum laki-laki. Beberapa tahun berikutnya perkawinan ini secara lambat laun mulai berkurang dalam kehidupan masyarakat. Bahkan saat sekarang ini bentuk perkawinan poligami sudah sangat jarang ditemukan. Dengan demikian, berdasarkan banyaknya isteri yang dimiliki si laki-laki, perkawinan pada masyarakat karo dapat dibagi menjadi dua, yakni perkawinan monogami dan perkawinan poligami. Perkawinan poligami khususnya poligini diartikan sebagai perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan sebagai pasangan perkawinan atau isterinya. Perkawinan poligami terjadi karena berbagai alasan, baik yang datang dari si laki-laki ataupun dari si perempuan yang menjadi isterinya ataupun dari orang tua dari salah satu pihak. Sebagai contoh yang menjadi alasan timbulnya perkawinan poligami di Desa Sukanalu adalah belum adanya keturunan laki-laki dalam rumah tangga dan dalam hal ini si laki-laki menganggap hal ini merupakan salah satu kelemahan isteri sekaligus merupakan alasan yang kuat dan sah secara adat bagi suami untuk melakukan poligami. Masih banyak lagi alasan-alasan masyarakat Desa Sukanalu untuk melakukan poligami yang akan dijelaskan lebih rinci pada bab selanjutnya. Universitas Sumatera Utara Menurut keterangan ketua adat setempat saat peneliti melakukan perbincangan ringan, perkawinan poligami di Desa Sukanalu dapat diizinkan oleh adat apabila disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1 Dalam suatu perkawinan sama sekali tidak mendapat keturunan 2 Dalam suatu perkawinan belum mempunyai anak laki-laki sedangkan anak perempuan sudah banyak 3 Dalam kehidupan rumah tangga antara suami dan isteri sudah tidak ada kecocokan pandangan maupun pikiran. Karena telah memiliki anak laki-laki maupun anak perempuan maka perceraian dihindari sedapat mungkin 4 Karena dalam perkawinan pertama bukan kawin dengan impal anak perempuan dari saudara laki-laki ibu. Untuk meneruskan dan mempererat hubungan kekeluargaan maka perkawinan kedua diizinkan Apabila melihat dari sudut pandang perempuan, tentu saja poligami secara umum akan merugikan dirinya, namun ada banyak alasan berbeda mengapa perempuan bersedia dipoligami dalam rumah tangganya dan tidak memilih untuk diceraikan. Salah satunya adalah bahwa perceraian merupakan aib dalam masyarakat Desa Sukanalu. Perempuan yang diceraikan akan dikucilkan dalam masyarakat. Bila demikian, bukan hanya si perempuan yang akan malu, melainkan juga orang tua dari perempuan tersebut serta kerabat-kerabatnya juga akan menerima aib dari masyarakat. Dalam hal ini tentu saja si perempuan yang diceraikan tersebut akan disalahkan. Untuk menghindari hal ini maka si perempuan lebih memilih untuk dipoligami daripada diceraikan. Universitas Sumatera Utara Ada masih banyak lagi alasan-alasan yang dimiliki oleh perempuan-perempuan di Desa Sukanalu sehingga pada akhirnya mereka bersedia dipoligami dalam rumah tangganya dan hal ini akan dijelaskan lebih mendalam pada bab berikutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB IV POLIGAMI DI DESA SUKANALU