BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Individu adalah konsumen yang potensial untuk membeli suatu produk tertentu yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar. Konsumen bebas memilih
produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya, memutuskan tempat pembelian, bagaimana caranya, banyak pembelian, kapan membeli, dan mengapa
harus membeli. Konsumen membeli dan mengkonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, namun juga karena nilai sosial dan emosionalnya.
Minat beli konsumen merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit
produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan keseharian keluarga, kebutuhan studi dan pekerjaan, status sosial dan
kebutuhan lain. Pemasar sebagai pihak yang menawarkan berbagai produk kepada konsumen harus dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam pembelian. Rencana pembelian konsumen dipengaruhi oleh berbagai macam variabel
yang ada pada diri konsumen sendiri ataupun lingkungannya dan variabel-variabel tersebut cenderung akan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Rangsangan dari
dalam diri konsumen dapat berupa kebutuhan, keinginan, dan karakteristik konsumen, sedangkan rangsangan dari luar adalah bagaimana konsumen dapat
Universitas Sumatera Utara
terpengaruh dengan kualitas produk, harga, merek, tempat, pelayanan, promosi, dan usaha-usaha pemasar lainnya.
Konsumen dapat memperoleh semua kebutuhannya di pasar tradisional maupun di pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunan pasar ini biasanya
terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan
abad lalu, diperkirakan sudah muncul sejak zaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke-5 Masehi. Dimulai dari barter barang kebutuhan sehari-hari dengan
para pelaut dari negeri tirai bambu, masyarakat mulai menggelar dagangannya dan terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang hingga digunakan mata uang yang
berasal dari negeri Cina. Pasar tradisional masih memiliki keterbatasan dalam hal pelayanan kepada
konsumen. Kondisi pasar yang becek, bau, dan penataan barang yang tidak teratur menjadikan konsumen enggan berbelanja di pasar tradisional. Di samping itu,
lokasi supermarket atau hypermarket yang sangat berdekatan dengan pasar tradisional juga dinilai mampu mempengaruhi keberadaan pasar tradisonal
tersebut http:nofieiman.com
. Namun demikian pasar tradisional juga memiliki beberapa daya tarik tersendiri bagi konsumennya. Daya tarik tersebut antara lain
adanya hubungan yang akrab antara penjual dan pembeli, terutama bagi penjual yang telah memiliki langganan tetap, selain itu adanya kegiatan tawar-menawar
Universitas Sumatera Utara
antara penjual dan pembeli, yang bagi sebagian orang hal tersebut merupakan kegiatan yang sangat menarik untuk dilakukan.
Tabel 1.1 Data Pasar Tradisional di Kota Medan tahun 2009-2011 No.
Jenis Pasar Jumlah unit
1 Pasar Non Inpres
43 2
Pasar Inpres 11
Total 54
Sumber: Perusahaan Dagang PD Pasar Kota Medan 2011
Pasar Sore Padang Bulan yang lebih dikenal masyarakat dengan Pajak Sore merupakan salah satu pasar tradisional non inpres dari 54 pasar tradisional
yang ada di kota Medan. Pajak Sore yang berada di Jalan Jamin Ginting ini terdiri dari 2 pasar, satu dimiliki oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi dimiliki oleh
swasta. Adapun jenis barang yang dijual terdiri dari bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, ikan, daging, bumbu dan rempah, barang kelontong,
makanan, minuman, buah-buahan sampai kepada kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, dan sebagainya.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan atau
dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan-bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang
dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Pasar modern yang banyak bermunculan saat ini merupakan suatu
fenomena sebab kehadiran berbagai perusahaan ritel ini bisa menggembirakan
Universitas Sumatera Utara
para konsumen terutama di Indonesia. Perusahaan ritel menawarkan berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat berbelanja, keamanan, kemudahan, variasi
produk yang semakin beragam, dan harga produk yang semakin murah, sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Di pasar modern, tidak
hanya orang dengan pendapatan tinggi yang dapat masuk dan berbelanja di sana tetapi orang dengan pendapatan rendah pun dapat masuk dan berbelanja di sana.
Dengan kata lain, pasar modern terbuka untuk masyarakat dari golongan manapun.
Pasar modern telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 hingga saat ini. Ada tiga jenis pasar modern yang berkembang di Indonesia saat ini, yaitu
hypermarket, supermarket, dan minimarket, yang saat ini lebih dikenal dengan swalayan.
Di kota Medan pasar modern telah mulai berkembang sejak tahun 1979. Pasar modern yang pertama berdiri pada saat itu adalah pasar modern Saudara
Swalayan yang hingga saat ini telah berumur 32 tahun. Setelah itu muncullah pasar-pasar modern yang lain, seperti Medan Plaza tahun 1980, Gelora Plaza pada
tahun 1985, kemudian Perisai Plaza tahun 1988 dan disusul pasar-pasar modern lainnya. Ada empat jenis pasar modern yang berkembang di kota Medan yaitu:
hypermarket, department store, supermarket, dan pasar swalayan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Data Perkembangan Pasar Modern di Kota Medan tahun 2000 sd 2009 dalam Jumlah Unit
Tahun Hypermarket Department
Store Supermarket
Pasar Swalayan
Total
2000 1
10 8
21 40
2001 1
10 9
21 41
2002 1
10 11
21 43
2003 1
10 14
22 47
2004 2
10 14
23 49
2005 4
14 14
23 55
2006 4
14 15
25 58
2007 4
15 18
25 62
2008 4
15 18
27 64
2009 4
16 18
39 77
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2009
Konsep hypermarket pertama kalinya diperkenalkan oleh Carrefour, yaitu sebuah supermarket besar yang mengombinasikan department store toko serba
ada. Carrefour pertama kali berdiri pada 1962 di Sainte-Geneviève-des-Bois, dekat Paris, Perancis dan sekarang total gerainya sekitar 15.000 dengan karyawan
sekitar 700.000 di seluruh dunia http:www.ngobrolaja.com
. Carrefour memulai sejarahnya di Indonesia pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit
pertama di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Di penghujung tahun 1999 Carrefour melakukan akuisisi dengan Promodes, sebuah induk perusahaan
Continent yang juga merupakan sebuah paserba dari Prancis. Carrefour dan Promodes sepakat melakukan penggabungan atas semua usahanya di seluruh
dunia, sehingga membentuk suatu grup usaha ritel terbesar kedua di dunia dengan memakai nama Carrefour. Carrefour Indonesia saat ini memiliki 84 gerai yang
tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Palembang, Makasar dan Medan.
Universitas Sumatera Utara
Gerai Carrefour di kota Medan terdapat di dua lokasi, yaitu di Plaza Medan Fair dan di lokasi perumahan Citra Garden, Padang Bulan. Carrefour Citra
Garden merupakan gerai yang ke 76 yang berdiri pada tanggal 6 November 2009 http:202.43.163.90lokasiimageslokasicitragarden.html
. Keberadaan Carrefour Citra Garden ini sebenarnya sangatlah mengkhawatirkan bahkan
ditolak oleh para pedagang di daerah Padang Bulan, baik bagi pedagang warung- warung maupun pedagang di pasar tradisional Pajak Sore dan Pasar
SembadaPajak Pagi yang letaknya tepat di sebelah Carrefour Citra Garden. Mereka khawatir dengan sistem grosir yang digunakan Carrefour dan juga lokasi
Carrefour yang tidak sesuai dengan undang-undangaturan keberadaan pasar modern. Sebab dalam Keputusan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, di pasal 5 diatur perihal letak pasar modern segala ukuran. Dalam aturan
tersebut disebutkan, hypermarket hanya diperbolehkan berlokasi pada akses jalan utama, supermarket tidak diizinkan berada pada lingkungan perumahan, dan
minimarket diperbolehkan berada di akses jalan pada lingkungan pemukiman di kota. Sistem grosir dan jarak Carrefour Citra Garden ini dikhawatirkan akan
mematikan kehidupan ekonomi kecil seperti warung-warung kecil maupun pedagang-pedagang pasar tradisional di daerah Padang Bulan.
Sebelum Carrefour Citra Garden dibangun, masyarakat sekitar Padang Bulan Medan umumnya masih memilih berbelanja di pasar tradisional yang ada di
lokasi Padang Bulan yaitu pasar Pagi lebih dikenal Pajak Pagi dan Pasar Sore Pajak Sore. Namun setelah Carrefour dibangun di lokasi Padang Bulan, maka
Universitas Sumatera Utara
semakin berkembanglah wawasan masyarakat dalam memilih lokasi berbelanjanya, baik itu belanja sehari-hari seperti beras, ikan, sayur, dan lain-
lain maupun kebutuhan lain seperti furniture, pakaian atau kebutuhan lainnya. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan landasan dalam menganalisis
keputusan pembelian konsumen pada jenis usaha ritel retail marketing mix, yaitu lokasi, produk, harga, promosi, atmosfer dalam gerai, dan pelayanan. Faktor yang
dijadikan penulis sebagai landasan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada pasar modern Carrefour Citra Garden
dan pasar tradisional Pajak Sore Padang Bulan adalah lokasi, produk, harga, atmosfer dalam gerai, dan pelayanan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian di Pasar Modern Carrefour Citra Garden Padang
Bulan Medan dengan Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan Medan.”
1.2 Perumusan Masalah