bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungijamur, penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis,
Sindrom aspirasi, penekanan pada saluran napas, benda asing, kelainan jantung bawaan, kelainan sillia primer, defisiensi imunologis, kekurangan anfa-1-
antitripsin, fibrosis kistik, dan psikis. Penyebab non spesifik yaitu: asap rokok dan Polusi udara Muttaqin, 2008.
c. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi
lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnya bronchioles menjadi menyempit dan
tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang
berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan
bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang irreversible,
kemungkinan mengakibatkan emphysema dan bronchiectasis Smeltzer Bare, 2001.
e. Manifestasi Klinis
Batuk terus-menerus yang disertai dahak dalam jumlah banyak, dan batuk terbanyak terjadi di pagi hari. Sebagaian besar penderita bronkitis kronik tidak
mengalami obstruksi aliran pernafasan, namun 10-15 perokok merupakan
Universitas Sumatera Utara
golongan yang mengalami penurunan aliran nafas. Penderita batuk produktif kronik yang mempunyai aliran nafas normal disebut penderita bronkitis kronik
simpleks, sedangkan yang disertai dengan penurunan aliran nafas yang progresif disebut penderita bronkitis kronik obstruktif Djojodibroto, 2009.
Pemeriksaan fisik tidak sensitif untuk bronkitis kronik yang ringan sampai sedang, tetapi pada penderita yang mengalami obstruksi nafas, gejalanya telah
tampak pada saat inspeksi, yaitu digunakannya otot pernafasan tambahan accessory respiratory muscle Djojodibroto, 2009.
f. Penatalaksanaan
Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronchioles terbuka dan berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi bronchial, untuk
mencegah infeksi, dan untuk mencegah kecacatan. Untuk membantu membuang sekresi bronchial, diresepkan bronchodilator untuk menghilangkan
bronchospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehinggga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru, dan ventilasi alveolar diperbaiki.
Postural drainage dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama bila terdapat bronchiectasis.
Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien
harus menghentikan merokok karena menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia, yang penting dalam membuang partikel yang mengiritasi,
dan menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting dalam
Universitas Sumatera Utara
memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronchial Smeltzer Bare, 2001.
2.4.2. Pneumonia a. Pengertian
Jeremy 2007 menyebutkan Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah lower respiratory tract LRT akut, biasanya disebabkan oleh infeksi.
Pneumonia merupakan inflamasi yang mengenai parenkim paru, dari broncheolus terminalis yang mencakup broncheolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat Asih, 2006.
Pnemonia biasanya berhubungan dengan pengisian cairan pada alveoli yang disebabkan dari berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi
Dongoes, 2000.
b. Etiologi
Etiologi pneumonia dibedakan berdasarkan agen penyebab infeksi, baik bakteri, virus, maupun parasit. Pada umumnya terjadi akibat adanya infeksi
bakteri pneumokokus Rizkianti, 2009.
c. Faktor Resiko Pneumonia
Medison 2012 menyebutkan faktor resiko pneumonia yaitu: 1. Alkoholismus: meningkatkan resiko kolonisasi kuman, mengganggu refleks
batuk, mengganggu transport mukosiliar dan gangguan terhadap pertahanan sistem seluler.
Universitas Sumatera Utara
2. Malnutrisi: menurunkan immunoglobulin A dan gangguan terhadap fungsi makrofag
3. Kebiasaan merokok juga mengganggu transport mukosiliar dan sistem pertahanan selular dan humoral.
4. Keadaan kemungkinan terjadinya aspirasi misalnya gangguan kesadaran, penderita yang sedang diintubasi.
5. Adanya penyakit–penyakit penyerta: PPOK, kardiovaskuler, DM, gangguan neurologis.
6. .Infeksi saluran nafas bagian atas: pneumonia didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas infeksivirus.
7. Usia diatas 65 tahun dan dibawah 5 tahun.
d. Patogenesis
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit. Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui
berbagai cara: 1.
Inhalasi langsung dari udara 2.
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring 3.
Perluasan langsung dari tempat-tempat lain 4.
Penyebaran secara hematogen Supandi, 1992.
Universitas Sumatera Utara
e. Gambaran Klinis