e. Gambaran Klinis
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu
tubuh kadang-kadang melebihi 40°C, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum purulen, kadang-kadang berdarah Supandi, 1992.
Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal misalnya Mycoplasma, gambaran nonrespirasi misalnya konfusi, ruam, diare dapat menonjol Jeremy,
2007.
f. Penatalaksanaan
Jeremy 2007 menyebutkan penatalaksanaan pada pneumonia yaitu: 1.
Terapi antibiotika awal: menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil
mikrobiologis tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil dan sensitivitas antibiotika Jeremy, 2007.
2. Tindakan suportif: meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO
2
8 kPa SaO
2
90 dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif misalnya tekanan
jalan napas positif kontinu continous positive airway pressure, atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Fisioterapi dan
bronkoskopi membantu bersihan sputum Jeremy, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Emfisema a. Pengertian
Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebaran rongga udara pada asinus yang sifatnya permanen. Pelebaran ini disebabkan
karena adanya kerusakan pada dinding asinus. Asinus adalah bagian paru yang terletak di bronkiolus terminalis distal. Ketika membicarakan emfisema,
penyakit ini selalu dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, beberapa ahli menyamakan antara emfisema dan bronkitis kronik
Djojodibroto, 2009. Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan
kerusakan pada kantung udara alveoli di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit
bernafas dan mengalami batuk kronis dan sesak nafas Muttaqin, 2008.
b. Faktor Resiko
Perhimpunan dokter paru Indonesia 2003 menyebutkan faktor resiko emfisema yaitu:
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan
riwayat merokok perlu diperhatikan : a. Riwayat merokok: meliputi perokok aktif, perokok pasif, dan mantan
perokok
Universitas Sumatera Utara
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun : ringan : 0-200, sedang : 200-600, berat : 600 2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus 4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
c. Klasifikasi
Terdapat 3 jenis emfisema menurut morfologinya: 1. Centriacinar Emphysema dimulai dengan destruksi pada bronkiolus dan meluas
ke perifer, mengenai terutamanya bagian atas paru. Tipe ini sering terjadi akibat kebiasaan merokok yang telah lama.
2. Panacinar Emphysema panlobuler yang melibatkan seluruh alveolus distal dan bronkiolus terminal serta paling banyak pada bagian paru bawah.
Emfisema tipe ini adalah tipe yang berbahaya dan sering terjadi pada pasien dengan defisiensi α1-antitripsin.
3. Paraseptal Emphysema yaitu tipe yang mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus. Proses ini terlokalisir di septa fibrosa atau berhampiran pleura
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003.
d. Manifestasi Klinis