70
antar kelompok terlihat dengan hasil diskusi yang dikoreksi tidak ditemukan banyak kesalahan.
4. Dalam mengerjakan soal dapat mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
5. Siswa berani mengajukan pertanyaan yang dianggap kurang sesuai dengan jawabannya.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus III, dapat dianalisis dan direfleksi sebagai berikut :
1 Proses
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus III lebih terarah karena pengalaman siswa pada siklus I dan II. Dengan kenyataan adanya
perbaikan-perbaikan dari kekurangan pada siklus sebelumnya. Begitu juga keaktivan siswa selalu meningkat berdasarkan penilaian dari hasil
kedua observer terhadap kegiatan guru maupun siswa meningkat dan menjadi lebih baik.
Dalam menjawab pertanyaan dan keberanian siswa bertanya serta mengungkapkan pendapat dari hasil kerja diskusi kelompok
semakin meningkat. Hal ini bisa dibuktikan adanya siswa yang pasif, diam dan malu, berani mengungkapkan pendapat dan menyelesaikan
soal di papan tulis. Kepercayaan diri siswa tumbuh dapat dilihat saat siswa mewakili melaporkan hasil diskusi kelompok.
71
2 Hasil
Hasil evaluasi yang diberikan pada pembelajaran siklus III mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil siklus II.
Tabel 4.6 Data Nilai Pre Tes dan Pos Tes Siswa Pada Siklus III
NO NILAI BANYAK SISWA
NILAI RATA-RATA PRE TES
POS TES PRE TES
POS TES 1 90-100
18
54,5 81,4 2 70-80
13 19
3 50-60 20
7 4 30-40
6 -
5 0-20 5
- Jumlah
44 44
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki nilai diatas 70 sebanyak 84 yaitu 37 siswa. Dari jumlah tersebut
menunjukkan bahwa ketuntasan secara klasikal telah melebihi target yang ditetapkan yaitu 75. Pelaksanaan tindakan siklus III dapat
dikategorikan berhasil dengan nilai rata-rata kelas 81,4. Dengan tingkat kesulitan materi lebih tinggi nilai pada siklus III meningkat
dibanding pada siklus II. Sebagai tindak lanjut anak-anak yang kurang akan diberikan pengajaran remedial. Karena tujuan penelitian sudah
tercapai maka tidak diperlukan lagi siklus berikutnya.
72
B. Pembahasan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siswa kelas IV SD Gayamsari 05
di Semarang, tahun pelajaran 2008-2009 dilakukan sebanyak 3 siklus dapat berjalan dengan baik. Hal ini berkat kerjasama peneliti dengan teman sejawat
dan berkonsultasi dengan pembimbing serta mengkaji berbagai teori belajar mengajar yang berkaitan dengan tindakan yang peneliti ambil dalam proses
perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan dengan
memfokuskan pada penggunaan metode penemuan terbimbing berbasis realistik. Pada kegiatan inti, siswa belajar dalam kelompok untuk menemukan
sendiri cara pemecahan masalah secara kelompok dengan maksud 1 Meningkatkan keaktivan siswa, 2 Siswa menemukan sendiri informasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional Moedjiono, 1992:86. Namun pembelajaran ini belum optimal disebabkan guru kurang
memanfaatkan tutor sebaya, sehingga tujuan penemuan terbimbing belum tercapai sepenuhnya karena guru masih banyak memberikan penjelasan secara
individual maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata mencapai 66,8.
Perbaikan pembelajaran siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka guru mengupayakan perbaikan pembelajaran dengan cara pemanfaatan tutor sebaya pada setiap kelompok. Ini
bertujuan agar semua kelompok dapat bekerja aktif karena masing-masing