11
dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan PBV sebagai perbandingan.
2. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-
perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under over valuation. 3. Perusahaan dengan negative earning yang tidak dapat dinilai dengan
PER dapat dievaluasi dengan menggunakan PBV.
2.1.2 Keputusan Investasi
Martono dan Harjito 2003:3 menyatakan bahwa keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola
oleh perusahaan. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan. Secara
garis besar keputusan investasi dapat dikelompokkan ke dalam investasi jangka pendek seperti misalnya investasi dalam kas, persediaan, piutang,
peralatan produksi, tanah, kendraan, dan aktiva tetap lainya, maupun investasi jangka panjang dalam bentuk gedung, peralatan produksi, tanah,
kendaraan dan aktiva tetap lainnya Sartono, 2001:6. Keputusan investasi ini akan tercermin pada sisi aktiva dalam neraca perusahaan.
Menurut Hanafi 2004:149, dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang akan dilakukan :
a. Menaksir aliran kas dari investasi tersebut. b. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang.
Universitas Sumatera Utara
12
c. Mengevaluasi investasi tersebut dengan kriteria investasi seperti pay back period
, NPV, dan IRR. d. Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau tidak.
Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan perusahaan. Seorang manajer sebelum mengambil keputusan
investasi akan memperhitungkan return yang akan didapatkan. Hukum dasar dalam investasi yaitu high risk, high return; low risk, low return
menunjukkan bahwa keputusan investasi yang diharapkan adalah keputusan investasi yang paling menguntungkan, tentunya dengan
mempertimbangan return dan risk dari investasi tersebut Martono dan Harjito, 2003:137. Sehingga semakin tepat kebijakan investasi suatu
perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh juga semakin tinggi. Yang juga berarti bahwa nilai perusahaan juga akan semakin meningkat.
2.2.3 Keputusan Pendanaan
Menurut Martono dan Harjito 2003:4 keputusan pendanaan berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk
membelanjai investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia, sehingga diperoleh suatu kombinasi
pembelanjaan yang paling efektif”. Alternatif pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber. Keputusan
pendanaan bisa bersumber dari hutang jangka pendek current liabilities
maupun hutang jangka panjang long term debt dan modal
Universitas Sumatera Utara
13
saham perusahaan yang terdiri dari saham preferen preferred stock dan saham biasa common stock.
Dalam memilih sumber pendanaan, apakah bersumber dari dalam atau dari luar perusahaan, Pecking Order Theory menetapkan suatu
urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham
sebagai pilihan terakhir. Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah dibandingkan sumber dana
eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya akan digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana
internal. Pecking order
theory, yang dikembangkan oleh Stewart C. Myers dan Nicolas Majluf pada tahun 1984. Myers dalam Frank dan Goyal
2008 : 17, mengemukakan bahwa adanya kecenderungan perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan atas dasar hierarki
resiko pecking order. Pecking order theory adalah salah satu resiko yang mendasarkan pada asimetri informasi, dimana akan mempengaruhi
struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Dengan kata lain, pecking order theory menyatakan
bahwa perusahaan cenderung mempergunakan ekuitas internal internal equity
terlebih dahulu, dan apabila memerlukan pendanaan eksternal external finance
, maka perusahaan akan mengeluarkan debt sebelum menggunakan ekuitas eksternal external equity.
Universitas Sumatera Utara
14
Dalam penelitian ini keputusan pendanaan diukur dengan DER Debt to Equity Ratio. DER merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat leverage penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity
total modal yang dimiliki perusahaan, yang dirumuskan sebagai berikut :
= =
DER mencerminkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Gambaran DER suatu perusahaan
menurut Brigham dan Houston 2001 : 52 yaitu, “Akan lebih menguntungkan bagi perusahaan memiliki debt to equity ratio yang
tinggi, yaitu bila biaya bunga bank masih lebih rendah dari earning capacity
perusahaan atau bila debt cost masih lebih rendah dari equity funds
. Dengan struktur permodalan seperti itu, perusahaan akan memiliki profitability
yang tinggi, perusahaan juga dapat memberi peluang yang lebih besar dalam mendorong naik harga saham perusahaan. Demikian
pula perusahaan akan mampu meningkatkan nilai kekayaan pemegang saham, sekaligus memperoleh peluang yang besar pula dalam
mendorong pertumbuhan perusahaan”. keputusan pendanaan suatu perusahaan dalam menentukan struktur
modalnya adalah dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Sama seperti yang dinyatakan oleh Bhayani 2009, “the
DER Total Hutang
Total Ekuitas
Universitas Sumatera Utara
15
optimum debt level represents the debt level that maximizes firm value ”
bahwa tingkat hutang yang optimal dan tepat diharapkan mampu untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
2.2.4 Kebijakan Dividen