35 Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan
belajar. Wilayah Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri
dari ribuan pulau besar dan kecil. Setiap pulau dihuni oleh satu atau beberapa suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki bahasa, kebudayaan, kebiasaan, adat istiadat,
dan agama yang berbeda-beda. Keragamanan suku bangsa yang dimiliki Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya dan dapat memperkokoh
persatuan bangsa. Hal ini merupakan kekuatan untuk membangun bangsa menjadi bangsa yang besar. Tidak membeda-bedakan suku bangsa yang dapat
mengakibatkan perselisihan dan kekacauan bangsa. Keanekaragaman budaya di Indonesia dapat dilihat dari rumah adat, pakaian
adat, tarian adat, senjata tradisional, bahasa daerah, seni pertunjukan atau teater rakyat, upacara adat, alat musik daerah, dan lagu daerah Adisukarjo, 2007: 80.
Contohnya, Provinsi Kalimantan Timur dengan rumah adat Lamin dan alat musik Sampe, Provinsi Sumatera Utara dengan pakaian adat Ulos dan senjata tradisional
Piso Surit, dan lain sebagainya. Kepribadian suatu bangsa dapat dilihat dari kebudayaan mereka. Hal ini menandakan bahwa budaya Indonesia adalah jati diri
dari bangsa yang majemuk, yang memiliki nilai penting bagi bangsa Indonesia dimata dunia.
Dalam penelitian pengembangan ini, difokuskan pada satu pokok bahasan yang dijadikan topik dalam media kartu kuartet pembelajaran yaitu budaya Indonesia.
berdasarkan kurikulum KTSP maka kompetensinya adalah sebagai berikut.
36 a. Standar Kompetensi
Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa dilingkungan kabupatenkota dan provinsi.
b. Kompetensi Dasar Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat kabupatenkota,
provinsi. c. Indikator
a Menyebutkan contoh keragaman budaya yang ada di 20 provinsi di Indonesia.
b Menghargai dan menghormati keragaman budaya Indonesia. c Melestarikan keragaman budaya Indonesia.
Berdasarkan kompetensi pada pokok bahasan budaya Indonesia, materi pada media kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia untuk kelas IV semester 1
dibatasi pada 20 provinsi yang meliputi rumah adat, pakaian adat, alat musik tradisional dan senjata tradisional.
D. Penerapan Media Kartu Kuartet dalam Pembelajaran IPS
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas masih menggunakan mertode ceramah. Keterbatasan media pembelajaran di sekolah dan penggunaan
media pembelajaran yang belum optimal membuat siswa kurang tertarik dengan pembelajaran IPS. Siswa masih menganggap mata pelajaran IPS merupakan mata
pelajaran hafalan saja dimana siswa dituntut banyak menghafal dan mencatat.
37 Melihat kondisi tersebut mendorong peneliti untuk mengembangkan media
kartu kuartet pembelajaran untuk materi keragaman budaya Indonesia. Media kartu kuartet pembelajaran dijadikan solusi cara belajar yang berbeda. Media kartu
kuartet pembelajaran merupakan media pembelajaran berupa permainan dengan berbentuk kartu, yang berisi mata pelajaran IPS untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar
dengan materi keragaman budaya yang terdiri dari 20 provinsi di Indonesia. Dengan kartu ini siswa dapat belajar secara mandiri dan berinteraksi langsung
dengan materi pelajaran dan teman. Melalui interaksi langsung diharapkan ingatan siswa akan materi dapat bertahan lama. Selain itu media kartu kuartet pembelajaran
budaya Indonesia merupakan media yang fleksibel, sehingga dapat digunakan baik di sekolah maupun di rumah.
Media kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia dapat digunakan melalui metode permainan baik secara mandiri maupun kelompok. Penggunaan media kartu
kuartet pembelajaran budaya Indonesia dapat digunakan secara mandiri dengan menjawab kuis yang tersedia. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan cara
mencari kartu yang dimaksud dalam kuis. Sedangkan penggunaan media kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia
dengan cara berkelompok dapat dilakukan dengan tanya jawab atau dengan permianan. Panduan cara bermain adalah sebagai berikut.
1. Siswa membaca buku petunjuk media lalu memulai permainan. 2. Buat kelompok yang terdiri dari 2-4 orang.
3. Untuk menentukan pemain pertama maka para pemain melakukan hompimpa. 4. Pemain yang mendapat kesempatan pertama bertugas untuk mengocok kartu.
38 5. Sisa kartu diletakkan di tengah para pemain.
6. Setiap pemain harus mengumpulkan 4 buah kartu dengan judul yang sama. Apabila terkumpul 4 judul yang sama disebut 1 seri terkumpul.
7. Setiap pemain harus mengumpulkan kartunya dengan cara meminta kartu pada pemain lain. Misalnya, seorang pemain memegang kartu Jawa Tengah,
berjudul Joglo, berarti dia harus meminta kartu Jawa Tengah dengan menyebutkan judul kartu yang dicari yaitu Kain Kebaya, Gamelan, dan Keris.
8. Pemain lain yang memiliki kartu yang disebutkan oleh peminta harus menyerahkan kartunya.
9. Apabila tidak memiliki kartu yang diminta, maka pemain yang meminta harus mengambil satu kartu dari tumpukan sisa kartu.
10. Lakukan langkah nomer 7, 8, dan 9 sampai pemain mengumpulkan seri kartu. 11. Kartu dikumpulkan sampai menjadi satu seri lengkap, lantas kartu bisa
diturunkan tidak dimainkan lagi. 12. Permainan akan berakhir apabila kartu dari salah satu pemain telah habis atau
sudah tidak memiliki kartu untuk dimainkan. 13. Pemenang permainan adalah pemain yang dapat mengumpulkan seri
terbanyak. 14. Apabila saat permainan berakhir tetapi belum ada pemain yang berhasil
mengumpulkan 1 seri kartu yang sama maka pemenangnya adalah pemain yang memiliki 2-3 buah kartu pada judul kartu yang sama.
15. Setelah permainan berakhir, setiap pemain menyebutkan seri kartu yang terkumpul.
39 Materi akan tersampaikan pada siswa saat siswa saling mencari kartu dengan
cara meminta kartu lalu menyebutkan provinsi kartu dan nama gambar yang ingin dicari. Dengan begitu siswa akan mengetahui keragaman budaya Indonesia
tersebut. Selain itu saat diakhir permainan pemain akan membacakan kartu seri yang telah terkumpul untuk dilihat kebenarannya. Diharapkan dengan
menggunakan media ini siswa menjadi lebih aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
E. Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Kelas IV 1. Perkembangan Berpikir Siswa
Seorang ahli psikologi berkebangsaan Swiss bernama Jean Piaget melakukan sebuah studi mengenai perkembangan kognitif pada anak. Rita Eka Izzaty, dkk
2008: 117 menjelaskan bahwa Piaget mengembangkan teori bagaimana kemampuan anak untuk berpikir melalui satu rangkaian kata.
Jean Piaget 1973: 54 menjelaskan bahwa perkembangan intelektual dibagi menjadi tiga periode, yaitu sebagai berikut
a. The period of sensorimotor intelligence b. The periode of preparation and of organization of concrete operations of
categories, relations, and number. 1 The subperiod of preoperatory representations
2 The subperiod of concrete operations c. The periode of formal operations
Adapun penjabaran periode tersebut adalah sebagai berikut.
40 a. Tahapan sensorimotorik, yang berlangsung dari umur 0-2 tahun. Hal ini
dikarenakan anak memahami lingkungannya dengan melalui penginderaan sensori dan melalui gerakan-gerakan motorik.
b. Tahapan preoperasional, yang berlangsung dari umur 2-6 tahun. Pada tahapan ini anak telah menggunakan aktivitas mental dalam berpikir dan memiliki ciri
egosentris. c. Tahapan operasional konkret, yang berlangsung dari umur 6 atau 7-11 atau 12
tahun. Pada tahapan ini anak mampu berpikir logika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata saja. Anak merasa mudah
apabila menyelesaikan masalah-masalah yang divisualisasikan. d. Tahapan operasional formal, yang berlangsung dari umur 12 sampai 18 tahun.
Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir logis dengan benda-benda yang abstrak.
Berdasarkan tahapan di atas, maka siswa usia sekolah dasar masuk dalam tahapan operasional konkret. Pada tahapan ini siswa sudah mampu berpikir secara
logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa akan mudah menerima materi apabila terdapat benda nyata atau benda yang divisualisasikan. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media kartu kuartet
pembelajaran budaya Indonesia untuk menggantikan fungsi benda konkret ke dalam kelas.