40 a. Tahapan sensorimotorik, yang berlangsung dari umur 0-2 tahun. Hal ini
dikarenakan anak memahami lingkungannya dengan melalui penginderaan sensori dan melalui gerakan-gerakan motorik.
b. Tahapan preoperasional, yang berlangsung dari umur 2-6 tahun. Pada tahapan ini anak telah menggunakan aktivitas mental dalam berpikir dan memiliki ciri
egosentris. c. Tahapan operasional konkret, yang berlangsung dari umur 6 atau 7-11 atau 12
tahun. Pada tahapan ini anak mampu berpikir logika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata saja. Anak merasa mudah
apabila menyelesaikan masalah-masalah yang divisualisasikan. d. Tahapan operasional formal, yang berlangsung dari umur 12 sampai 18 tahun.
Pada tahapan ini anak sudah mampu berpikir logis dengan benda-benda yang abstrak.
Berdasarkan tahapan di atas, maka siswa usia sekolah dasar masuk dalam tahapan operasional konkret. Pada tahapan ini siswa sudah mampu berpikir secara
logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa akan mudah menerima materi apabila terdapat benda nyata atau benda yang divisualisasikan. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media kartu kuartet
pembelajaran budaya Indonesia untuk menggantikan fungsi benda konkret ke dalam kelas.
41
2. Tugas-tugas Perkembangan Siswa
Seorang guru harus mengetahui tugas-tugas perkembangan siswa. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat membantu dan membimbing siswa untuk mencapai
tugas-tugas perkembangan itu. Elida Prayitno 1991: 17 menjelaskan pentingnya guru mengetahui tugas-tugas perkembangan siswanya, yaitu membantu siswa
dalam hal-hal yang berikut ini. a. Menentukan tujuan pendidikan di sekolah.
b. Memilih bahan ajar yang sesuai kemampuan siswa. c. Memilih strategi belajar yang sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan siswa.
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 103-104 mengemukakan tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir usia sekolah dasar yaitu sebagai
berikut. 1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat terhadap diri sendiri.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya. 4. Mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin secara tepat.
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai. 8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
42 9. Mencapai kebebasan pribadi.
Berdasarkan ulasan di atas, maka media kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia yang dikembangkan dapat membantu siswa mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Adapun tugas-tugas perkembangan yang dapat dicapai menggunakan kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia ialah belajar bergaul
dengan teman sebaya dan mengembangkan sikap terhadap kelompok melalui aktivitaas permainan secara berkelompok.
F. Kerangka Berfikir
IPS merupakan bidang studi yang materinya merupakan integrasi dari ilmu- ilmu sosial yang menelaah kehidupan dan gejala-gejala sosial dalam masyarakat.
IPS bertujuan untuk membekali peserta didik dalam ranah kognitif pengetahuan, afektif sikap, dan psikomotor keterampilan sehingga mampu dalam
berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Agar tujuan pembelajaran IPS
tersebut dapat tercapai maka diperlukan pemahaman konsep materi yang matang di kemampuan awal siswa dalam mempelajari materi selanjutnya. Proses
pembelajaran yang dilakukan siswa di kelas perlu adanya kesamaan pemahaman agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Dalam proses pembelajaran, media pembelajaran memegang peranan penting untuk membantu dalam penyampaian materi. Guru yang masih menggunakan
pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah dan penggunaan media yang kurang optimal membuat pembelajaran menjadi tidak menarik siswa untuk
43 semangat belajar, sehingga pemahaman materi pun rendah atau tidak optimal.
Media yang terdapat di sekolah ini sangat minim, dan guru belum berinovasi untuk membuat media. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran
untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Media yang dikembangkan yaitu kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia.
Media ini merupakan sejenis kartu permainan yang digunakan secara mandiri atau berkelompok. Dipilih media kartu kuartet karena media kartu kuartet pembelajaran
budaya Indonesia dapat memvisualisasikan keragaman budaya Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yang masuk pada tahapan operasional
konkret. Pada tahap ini siswa akan mudah menerima materi apabila terdapat benda nyata atau benda yang divisualisasikan. Media kartu merupakan media sederhana
yang memiliki keunggulan, yaitu praktis dan fleksibel. Selain itu media kartu menyajikan pesan-pesan pendek yang memudahkan siswa untuk mengingat. Siswa
kelas IV masih sangat menyukai kegiatan yang menyenangkan, penuh keceriaan dan sarat dengan nilai-nilai permainan sehingga kartu kuartet pembelajaran budaya
Indonesia dikemas dalam bentuk permainan sehingga belajar akan lebih menyenangkan. Bermain kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia secara
berkelompok membuat siswa dapat belajar bergaul dengan teman sebaya. Melalui Media kartu kuartet pembelajaran budaya Indonesia, siswa akan menyebutkan
materi keragaman budaya Indonesia dan mereka tidak menyadari bahwa sudah mengulang-ulang materi. Belajar menggunakan media kartu kuartet pembelajaran
budaya Indonesia yang dikembangkan diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar, dan merangsang perhatian dan pikiran siswa untuk belajar secara aktif.