26
itu positif malaria atau tidak yaitu pemeriksaan darah tepi tipistebal dengan mikroskop dan deteksi antigen Harijanto, 2000a.
Meskipun sangat sederhana pemeriksaan darah tepi dengan mikroskop merupakan gold standard dan menjadi pemeriksaan terpenting yang tidak boleh
dilupakan. Interpretasi yang didapat dari hasil pemeriksaan darah tepi adalah jenis dan kepadatan parasit Guerin, 2002.
Deteksi antigen digunakan apabila tidak tersedia mikroskop untuk memeriksa preparat darah tepi atau pada daerah yang sulit dijangkau dan keadaan darurat yang
perlu diagnosis segera. Teknik yang digunakan untuk deteksi antigen adalah immunokromatografi dengan kertas dipstick yang dikenal dengan Rapid Diagnostic
Test RDT. Alat ini dapat mendeteksi antigen dari Plasmodium falciparum dan non
falciparum terutama Plasmodium vivax Harijanto, 2000a.
2.1.6 Malaria Relaps
Istilah relaps telah digunakan secara luas dalam dunia kedokteran yang berarti kambuh atau adanya serangan ulang dari suatu penyakit setelah serangan pertama
hilang atau sembuh. Istilah ini juga digunakan untuk penyakit malaria, namun sedikit lebih spesifik Cogswell, 1992.
Relaps pada penyakit malaria dapat bersifat : a. Rekrudesensi relaps jangka pendek, yang timbul karena parasit dalam darah
daur eritrosit menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu setelah serangan pertama hilang.
Universitas Sumatera Utara
27
b. Rekurens atau relaps jangka panjang yang timbul karena parasit daur eksoeitrosit yang dorman, hipnozoit dari hati masuk dalam darah dan
menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang Prabowo, 2004.
Marchoux 1979 dalamCogswell 1992 menjelaskan mekanisme terjadinya relaps pada penyakit malaria sebagai berikut:
a. Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk ke dalam peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di
sinusoid hati tetapi beberapa di fagositosis. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale
, sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu beberapa bulan hingga 5 tahun menjadi aktif kembali dan
mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses ini dianggap sebagai timbulnya relaps jangka panjang long term relaps atau rekurens
recurrence. b. Dalam perkembangannya Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae
tidak memiliki fase eksoeritrosit sekunder. Parasit dapat tetap berada di dalam darah selama berbulan-bulan atau bahkan sampai beberapa tahun dan
menimbulkan gejala berulang dari waktu ke waktu. Timbulnya relaps disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik dan dikenal dengan istilah
rekrudesensi short term relapse. Pada malaria falciparum, rekrudesensi dapat terjadi dalam kurun waktu 28 hari dari serangan awal dan ini mungkin
menunjukkan adanya suatu resistensi terhadap chloroquine. Rekrudesensi
Universitas Sumatera Utara
28
yang panjang kadang dijumpai pada Plasmodium malariae yang disebabkan oleh stadium eritrositik yang menetap dalam sirkulasi mikrokapiler jaringan.
Timbulnya relaps atau serangan ulang pada penderita malaria berkaitan dengan keadaan berikut:
a. Tidak efektifnya respon imun dari penderita. Suatu kenyataan bahwa terjadinya penyakit akan menimbulkan respons imun
dari hospes yaitu dengan adanya reaksi radang, hal tersebut bergantung pada derajat infeksinya. Terjadinya relaps dan timbulnya penyakit erat
hubungannya dengan rendahnya titer antibodi atau peningkatan kemampuan parasit melawan antibodi tersebut. Respon imun terhadap malaria bersifat
spesies spesifik, seseorang yang imun terhadap Plasmodium vivax akan terserang penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh Plasmodium.
b. Pengobatan yang tidak sempurna Obat-obat malaria yang bersifat skizontisid darah efektif menekan proses
skizogoni fase eritrosit dan mengurangi gejala klinis. Karena merasa sudah sehat penderita berhenti minum obat sebelum seluruh dosis obat habis.
Kebiasaan lain adalah penderita berbagi obat dengan penderita lain sehingga dosis yang diharapkan tidak tercapai. Ini mengakibatkan relaps jangka
pendek. Pada kasus Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat terjadi pengaktifan kembali dari hipnozoit di hati dan menyebabkan relaps jangka
panjang.
Universitas Sumatera Utara
29
c. Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang Penyebab terjadinya serangan ulang yang paling sering terutama di daerah
endemis adalah adanya reinfeksi atau infeksi ulang yang terjadi segera setelah penderita menyelesaikan pengobatannya. Reinfeksi bisa terjadi 14 hari setelah
pengobatan. Hal ini dimungkinkan bila lingkungan penderita mendukung berkembangnya vektor malaria sehingga penderita selalu terpapar dengan
gigitan nyamuk yang infektif Omunawa, 2002. Masalah malaria menjadi semakin sulit untuk diatasi dan diperkirakan akan
menjadi hambatan bagi keberhasilan pembangunan kesehatan, oleh karena kejadian kesakitan dapat berlangsung berulang kali dan menyebabkan kelemahan fisik bagi
penderitanya. Kerugian semakin terasa bila kelompok usia produktif yang terkena, mengingat mereka adalah tenaga pembangunan utama.
Menurut Gani 2000, kerugian jangka pendek yang ditimbulkan akibat malaria dapat mencapai 11 sampai dengan 49 dari Pendapatan Asli Daerah
PAD di beberapa KabupatenKota. Pada dimensi jangka panjangnya, ternyata akibat malaria tidak kalah hebat. Ia akan menyebabkan gangguan kesehatan ibu dan anak,
intelegensia, produktivitas angkatan kerja, serta merugikan kegiatan pariwisata.
2.1.7 Penatalaksanaan Malaria