29
c. Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang Penyebab terjadinya serangan ulang yang paling sering terutama di daerah
endemis adalah adanya reinfeksi atau infeksi ulang yang terjadi segera setelah penderita menyelesaikan pengobatannya. Reinfeksi bisa terjadi 14 hari setelah
pengobatan. Hal ini dimungkinkan bila lingkungan penderita mendukung berkembangnya vektor malaria sehingga penderita selalu terpapar dengan
gigitan nyamuk yang infektif Omunawa, 2002. Masalah malaria menjadi semakin sulit untuk diatasi dan diperkirakan akan
menjadi hambatan bagi keberhasilan pembangunan kesehatan, oleh karena kejadian kesakitan dapat berlangsung berulang kali dan menyebabkan kelemahan fisik bagi
penderitanya. Kerugian semakin terasa bila kelompok usia produktif yang terkena, mengingat mereka adalah tenaga pembangunan utama.
Menurut Gani 2000, kerugian jangka pendek yang ditimbulkan akibat malaria dapat mencapai 11 sampai dengan 49 dari Pendapatan Asli Daerah
PAD di beberapa KabupatenKota. Pada dimensi jangka panjangnya, ternyata akibat malaria tidak kalah hebat. Ia akan menyebabkan gangguan kesehatan ibu dan anak,
intelegensia, produktivitas angkatan kerja, serta merugikan kegiatan pariwisata.
2.1.7 Penatalaksanaan Malaria
Malaria diobati dengan obat yang mengganggu siklus hidup ataupun metabolisme Plasmodium Parmet et al, 2007. Roe 2009 membagikan pengobatan
malaria kepada dua kategori yaitu, pengobatan malaria non-falciparum dan pengobatan malaria falciparum. Pada malaria non-falciparum, yaitu malaria yang
Universitas Sumatera Utara
30
disebabkan oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae atau Plasmodium knowlesi
, infeksi bisa diobati dengan obat standar yaitu klorokuin Roe et al, 2009. Harga murah dan ketersediaan klorokuin menyebabkannya sebagai
antimalarial yang paling sering digunakan. Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae hampir selalu sensitif terhadap obat ini dan hanya
beberapa strain Plasmodium vivax dari daerah Oceania yang resistan Finch et al, 2005. Roe 2009 mengatakan bahwa vaquone dan proguanil, atau meflokuin,
ataupun kuinin tambah tetrasiklin dapat diberi pada kasus Plasmodium vivax yang resisten. Primakuin digunakan untuk mengeradikasi hipnozoit yang menyebabkan
relaps. Menurut Marano 2009, Plasmodium knowlesi sensitif terhadap semua obat antimalarial yang biasa digunakan dan tidak memerlukan regimen pengobatan yang
khas. Terdapat peningkatan resistensi terhadap klorokuin dan sulfadoksin pada
infeksi malaria falciparum sehingga obat-obatan tersebut tidak bisa digunakan sebagai pengobatan infeksi tersebut. Infeksi malaria falciparum ringan sering diobati
dengan kombinasi obat atovaquone dan proguanil, artemether dan lumefantrin yang bisa ditoleransi lebih baik daripada penggunaan kuinin. Meflokuin juga bisa
digunakan sebagai pengobatan infeksi malaria ringan Roe et al, 2009. Infeksi malaria falciparum berat merupakan suatu kondisi gawat darurat dan
memerlukan penanganan yang segera. Rosenthal 2008 mengatakan bahwa sampai tahun 2007, kuinidin secara intravena merupakan terapi pilihan. Namun sekarang
sudah terdapat sediaan artesunate secara intravena dan ini merupakan terapi pilihan
Universitas Sumatera Utara
31
terbaru oleh karena obat ini mempunyai efektivitas yang lebih tinggi serta efek samping yang kurang berbanding dengan kuinidin. WHO merekomendasikan
artesunate secara intravena sebagai pilihan pengobatan untuk orang dewasa dan kanak-kanak yang terinfeksi dengan malaria berat di kawasan dengan kadar
penularan yang rendah. Pada daerah dengan kadar penularan yang tinggi, juga direkomendasikan pengobatan dengan artesunate, artemether atau kuinin.
Malaria berat ataupun hitung parasit yang melebihi 1 pada pasien non-imun merupakan suatu keadaan gawat darurat. Kuinin harus diberikan secara intravena
dengan segera. Fasilitas perawatan intensif seperti ventilasi mekanik dan dialisis mungkin diperlukan. Anemia berat mungkin akan memerlukan transfusi darah.
Pemantauan yang teliti terhadap keseimbangan cairan merupakan hal yang penting oleh karena edema paru dan gagal ginjal pre-renal sering berlaku pada keadaan
seperti ini Finch et al, 2005.
2.1.8 Pencegahan Malaria