v. p.o Profil absorpsi parasetamol

Fraksi parasetamol yang terabsorpsi f nilainya berbanding lurus dengan nilai C maks artinya peningkatan nilai f akan meningkatkan C maks . Fraksi parasetamol yang terabsorpsi penting diketahui pada pemberian ekstravaskular seperti peroral, karena pada kenyataannya tidak semua obat yang diberikan dapat terabsorpsi. Hal ini terjadi karena obat yang diberikan peroral harus melewati tempat absorpsi yaitu saluran cerna. Selain itu obat juga dibawa oleh aliran darah melalui vena porta hepatika untuk melalui organ hati. Tempat-tempat tersebut memungkinkan terjadinya kehilangan obat misalnya karena dekomposisi pada dinding saluran cerna serta terjadinya first pass effect pada hati yang akan dibahas selanjutnya. Oleh karena itu untuk mengetahui fraksi parasetamol yang terabsorpsi diperlukan data pada pemberian intra vaskuler, obat dianggap terbsorbsi seluruhnya dengan nilai fraksi = 1 sebagai pembanding untuk data AUC . . AUC v i ∞ − AUC p.o pada pemberian intra per oral ∞ − AUC 100 x AUC AUC F

i.v. p.o

= 28 Didalam penelitian ini fraksi obat yang terabsorpsi diasumsikan satu karena tidak dimiliki data i.v, oleh karena itu semua parameter yang berhubungan dengan f seperti Cmaks, Vd ∞ − AUC ss serta Cl T nilainya dinyatakan dalam satuan fraksi dosis yang terabsorpsi. Nilai Vc menurun sebanding dengan penurunan Vd ss pada kelompok perlakuan meskipun penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik. Penurunan tersebut mengakibatkan memendeknya t maks dan meningkatnya C maks . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sebagaimana dinyatakan pada persamaan 7 bahwa nilai V c disini berbanding terbalik dengan nilai C maks. Perubahan nilai k a sangat tergantung pada faktor fisiologi tertera pada tabel IV, maka peningkatan nilai k a bermakna bahwa pemberian air berkarbonasi mengubah satu atau lebih faktor fisiologi seperti aliran darah, kecepatan pengosongan lambung dan motilitas usus. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Houston Levy 1974 dengan judul “Effect of Buffered Carbohydrate solutions Coca-Cola and Emetriol on Bioavailability of Riboflain in Man” menyatakan bahwa kandungan gas dalam minuman berkarbonasi seperti coca-cola diduga menyebabkan peningkatan bioavailabilitas dari ribolavin dengan meningkatkan mixing pada lambung dan mungkin juga mempengaruhi motilitasnya. Maka kemungkinan besar kandungan gas pada air berkarbonasi yang digunaan dalam penelitian ini juga memberi efek yang serupa. Kemungkinan lain adalah kandungan gas yang dihasilkan olah air berkarbonasi Anonim, 2002 didalam diduga meningkatkan volume awal starting volume pada lambung. Starting volume yang besar akan meningkatkan awal kecepatan pengosongan lambung Mayerson, 2002. Penjelasan yang mungkin logis adalah starting volume yang meningkat menyebabkan tekanan pada lambung gastric distention juga meningkat, dimana gastric distention adalah stimulus alami yang meningkatkan kecepatan pengosongan lambung Mayerson, 2002. Peningkatan kecepatan pengosongan lambung memicu peningkatan laju absorpsi parasetamol. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ini logis karena tahap pembatas kecepatan rate-limiting step absorpsi parasetamol yang terjadi pada usus halus bagian atas adalah kecepatan pengosongan lambung sehingga dapat dikatakan dengan meningkatnya kecepatan pengosongan lambung meningkat pula laju absorpsi PU Heading, 1973; Whitehouse, 1981. Kecepatan pengosongan lambung bukan merupakan satu-satunya faktor fisiologi yang berpengaruh terhadap profil absorpsi. Faktor lainnya yaitu pH medium absorpsi, koefisien partisi lemak-air juga fenomena first pass effect. Pada senyawa obat yang bersifat asam lemah dengan adanya medium yang bersifat asam maka bentuk tak terionnya akan lebih banyak sehingga absorpsinya akan lebih baik dengan adanya medium tersebut. Air berkarbonasi mengandung asam bikarbonat yang memiliki sifat asam, asam ini bersifat lemah dengan nilai K a1 = 2,5×10 −4 dan K a2 = 5.61×10 −11 persamaan 23 dan 24 namun dalam larutan akan berada pada kesetimbangan dengan molekul CO 2 dengan jumlah lebih banyak persamaan 23 sehingga keasaman justru semakin turun. Keasaman dari air berkarbonasi diduga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah parasetamol bentuk tak terion, karena pada dasarnya parasetamol dengan nilai pKa-nya sebesar 9,5 kondisi pH pada lingkungannya tidak berpengaruh signifikan terhadap bentuk tak-terionnya. Artinya keasamaan air berkarbonasi diduga tidak mempengaruhi absorpsi parasetamol. ∞ − AUC , menggambarkan jumlah obat yang tersedia dalam darah pada waktu nol hingga waktu tak hingga. Selain pada nilai k a, ∞ − AUC juga tergantung pada dosis. Namun karena dosis yang diberikan pada masing-masing subyek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penelitian adalah sama maka artinya dosis tidak berpengaruh pada perubahan . Data pada penelitian ini menegaskan dampak dari peningkatan k ∞ − AUC ∞ − AUC a seperti yang disebutkan sebelumnya. Peningkatan nilai pada kelompok perlakuan sebesar 28,35 p 0,05 yang menggambarkan peningkatan jumlah PU- plasma. Hubungan antara k ∞ − AUC a dan ditulis pada persamaan 5. ∞ − AUC Dapat dilihat bahwa selain peningkatan nilai k a akan memperbesar nilai , tetapan laju eliminasi β dan tetapan laju distribusi α juga dapat mempengaruhi terhadap parasetamol, nilai keduanya berbanding terbalik dengan nili . Nilai α kelompok perlakuan tidak mengalami perbedaan yang bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol berarti peningkatan nilai pada perlakuan tidak terpengaruh oleh α. Sedangkan β pada kelompok perlakuan menurun secara bermakna sebesar 15,00 p 0,05 dan hal ini ikut berperan pada peningkatan nilai tersebut. ∞ − AUC ∞ − AUC ∞ − AUC ∞ − AUC ∞ − AUC Lag time yang terjadi hampir di semua subyek kelompok perlakuan dengan waktu ratarata 0,81 menit. Lag time menggambarkan adanya penundaan pengosongan lambung. Akibatnya pada 5 menit pertama pencuplikan sampel, diperoleh data bahwa kadar yang diabsorpsi di menit-menit pertama pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol. Diduga penyebabnya adalah kandungan gas dari air berkarbonasi mula-mula akan memenuhi lambung sifat gas memenuhi ruangan yang ditempati hal ini menunda pengosongan beberapa saat sampai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI akhirnya gas tersebut memberikan tekanan pada lambung gastric distention dan diketahui bahwa yang memicu pengosongan lambung yang pada saat itu kondisinya penuh. Namun lag time ini tidak menurunkan jumlah parasetamol yang diabsorpsi secara keseluruhan pada kelompok perlakuan. Mekanismenya perubahan berupa penurunan pada fase eliminasi sementara ini masih berupa dugaan yaitu bahwa terjadi penurunan metabolisme parasetamol atau penurunan ekskresi parasetamol, ataukah keduanya terjadi bersamaan. Sementara dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengosongan lambung pada kelompok perlakuan, meningkatkan laju absorpsi parasetamol dan menurunkan jumlah parasetamol yang dieliminasi sehingga terjadi penurunan t maks, peningkatan C maks serta menjadikan kadar PU-plasma menjadi lebih besar. Penurunan t maks dapat berakibat onset parasetamol lebih cepat. Peningkatan C maks dapat berakibat pada peningkatan intesitas kerja parasetamol ini. Sedangan kadar PU-plasma yang menjadi lebih besar dapat pula memperbesar daya analgesik parasetamol.

2. Profil distribusi parasetamol