1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi.
Perkembangan dan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari jasa yang diberikan oleh guru. Guru adalah satu-satunya komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Guru merupakan ujung tombak dari sebuah proses pendidikan yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subyek dan obyek belajar.
Sedangkan pendidikan merupakan proses pendewasaan terhadap siswa yang merupakan tahap perkembangan dari sebuah kehidupan manusia. Proses
pendewasaan yang dialami anak didik ketika memperoleh pendidikan di antaranya adalah pendewasaan intelektual, pendewasaan moral, dan
pendewasaan sosial. Menjadi guru bukanlah hal yang mudah, suatu pekerjaan yang menuntut kompetensi luar dalam. Maksud luar dalam di sini adalah guru
itu selain harus bisa mengajar transfer ilmu juga dituntut untuk bisa mendidik transfer moral. Begitu berat tanggung jawab seorang guru,
sehingga keliru jika ada orang yang mengatakan semua orang bisa menjadi guru
www.surya.co.id .
Citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi
penilaian serta penghargaan warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk kerja para guru yang telah berkarya dan adanya perubahan persyaratan jabatan
guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi era profesionalisasi dan spesialisasi Samana, 1994:113.
Citra dan wibawa guru pada masa kolonial lebih tinggi dibandingkan dengan guru sekarang ini. Masa itu, guru adalah profesi yang diidam-idam
kan. Karena guru menerima gaji 40 gulden, padahal seorang inlander hanya perlu segobang 2,5 sen untuk hidupnya. Tak heran jika sekolah keguruan
menjadi lulusan sekolah terbaik. Di samping fasilitas dan kemudahan yang diperoleh, status guru akan membawanya menuju strata atas dalam kelas
masyarakat. Tidak sedikit guru yang kemudian sampai di puncak sebagai pimpinan masyarakat
http:debrito.netisi .
Mutu pendidikan Indonesia sekarang ini sangat rendah. Ketika mutu pendidikan itu dinilai rendah, maka sasaran tombak pertama adalah guru.
Guru sebagai pelaku utama pendidikan adalah kambing hitam persoalan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan
langsung dengan rendahnya mutu guru. Berbagai dakwaan muncul: guru tidak profesional, guru tidak bertanggung jawab mengajar tapi justru mencari
obyekan. Berbagai persoalan yang dihadapi guru-guru Indonesia hampir setiap hari menghiasi media massa: gaji dan tunjangan hidup yang rendah,
profesionalitas yang semakin luntur, sampai penghargaan dan status sosial guru yang semakin merosot di mata masyarakat.
Persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan non material. Yang non material
misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum. Adapun yang temasuk aspek material adalah gaji,
tunjangan, dan intensif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Walaupun secara langsung tidak
berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan.
Salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah terbatasnya sumber daya tenaga pengajar guru. Keterbatasan sumber
daya ini, antara lain dipengaruhi terbatasnya jumlah siswa berprestasi yang bersedia menjadi guru. Cukup jarang siswa berprestasi waktu di sekolah,
setelah lulus kuliah kemudian menjadi guru. Mayoritas siswa dengan prestasi baik melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi cenderung memilih fakultas non
keguruan. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan di sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi. Tidak
sedikit siswa berprestasi kemudian direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari bangku kuliah. Selain itu, perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan
dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perbedaan minat siswa untuk bekerja menjadi guru Gilarso, 1995 :5
Lembaga pendidikan guru FKIP, bukanlah idola para siswa dan orang tua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi
sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang “kurang baik” karena pendapatannya rendah. Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon
guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu secara akademis. Mayoritas mahasiswa FKIP adalah berasal dari masyarakat desa,
pinggiran, atau kota lapisan bawah. Mereka memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negri sipil. Namun
kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat di angkat lantaran kemampuannya juga rendah.
Jika kita amati, dalam dasawarsa terakhir terungkap bahwa minat masuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP terus merosot, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Berita surat kabar akhir-akhir ini terungkap bahwa beberapa daerah mulai kekurangan guru. Ini berarti antara kebutuhan guru dan
mendidik calon guru belum seimbang. Dalam upaya mengatasi ketimpangan dalam menyiapkan tenaga kependidikan itu, diperlukan daya tarik untuk
menjadi guru. Karena negara kita sedang membutuhkan guru yang berkompetensi, pemerintah berusaha menarik minat siswa di SLTA. Di
samping itu, pemerintah juga terus mencari cara supaya dapat memiliki siswa yang benar-benar ingin mengabdi menjadi guru yang baik. Keinginan menjadi
guru itu harus datang dari diri sendiri, tidak bisa dipaksa-paksa. Kebanyakan jaman sekarang ini orang menjadi guru karena terpaksa.
Lahirnya UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk menjadi guru. Dalam UU Guru dan Dosen
tersebut dijelaskan bahwa pengakuan dan kedudukan guru dan dosen mempunyai misi yaitu: a mengangkat martabat seorang guru dan dosen, b
menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen, c meningkatkan kompetensi guru dan dosen, d meningkatkan mutu pendidikan, e mengurangi
kesenjangan ketersediaaan guru dan dosen antar daerah dari segi mutu, jumlah, kualitas akademik dan kompetensi, f meningkatkan pelayanan yang
bermutu. Di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, pemerintah daerah memberikan
insentif tambahan yang cukup signifikan kepada para guru pegawai negri sipil PNS. Dengan tunjangan dari pemerintah daerah sekitar Rp 2 juta per bulan,
penghasilan seorang guru PNS minimal Rp 3 juta. Undang-undang Guru dan Dosen juga memberikan sinyal bahwa kesejahteraan guru akan ditingkatkan.
Guru yang memenuhi kualifikasi akademik dan mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok.
Belum lagi tambahan tunjangan fungsional sebesar Rp 500.000,00 per bulan. Peningkatan drastis kesejahteraan guru yang sempat menjadi topik yang
sangat hangat dibicarakan di kalangan masyarakat mengubah minat siswa terpanggil untuk menjadi guru.
Keberadaan UU Guru dan Dosen membuat posisi guru sebagai sebuah profesi semakin terlindungi, serta kesejahteraan guru semakin terjamin. Tidak
hanya program sertifikasi saja yang menyebabkan semakin banyak orang yang menginginkan untuk berprofesi menjadi guru. Belum lama ini pemerintah
telah mengeluarkan PP No 10 tahun 2008 tentang gaji PNS, yang menyatakan bahwa mulai April 2008 gaji PNS naik 20 dari gaji pokoknya. Dengan
demikian, secara tidak langsung kesejahteraan guru negri juga akan semakin meningkat.
Pengalaman PPL diduga juga berpengaruh dalam minat seorang mahasiswa untuk menjadi seorang guru. Pembentukan kemampuan keguruan
dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap, dan nilai-nilai berbagai mata kuliah dan
kemudian secara bertahap lagi dalam latihan Praktik Pengalaman Lapangan PPL. Latihan dalam Praktik Pengalaman Lapangan dilakukan secara
bertahap pula seperti terlihat dalam tahap-tahap latihan: 1 Latihan Keterampilan terbatas melalui latihan dalam Pengajaran Mikro PPL 1 yang
berlangsung dalam situasi buatan simulasi, 2 pengenalan lapangan melalui observasi dan penghayatan langsung berbagai aspek kehidupan di sekolah, 3
latihan keterampilan secara terintegrasi dalam situasi yang sebenarnya untuk berlatih mengerjakan tugas-tugas mengajar dan non mengajar. Hal-hal yang
diperoleh selama melakukan PPL juga mempengaruhi tinggirendahnya seorang mahasiswa untuk menjadi guru, jika pengalaman yang diperoleh
mahasiswa menarik atau berkesan maka minat menjadi guru akan tinggi
begitu juga sebaliknya jika pengalaman selama melakukan PPL mahasiswa itu merasa kurang berkesan maka minat untuk menjadi seorang guru akan rendah.
Selanjutnya dalam mengarahkan minat mahasiswa untuk menjadi guru tidak lepas dari faktor lingkungan keluarga yang terkait langsung dengan
pekerjaan orang tua serta tidak lepas dari diri mahasiswa itu sendiri yang dapat dilihat dan diukur dari prestasi belajarnya.
Jenis pekerjaan yang ada dalam keluarga, khususnya orang tua mahasiswa akan mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap profesi guru.
Orang tua yang sukses didalam pekerjaannya menjadi seorang guru, akan memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama dengan orang tuanya.
Dengan begitu tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan menentukan pilihan untuk menjadi seorang guru sebagai warisan dari orang
tua mahasiswa. Walaupun anak tersebut juga tertarik untuk mencari pekerjaan di bidang lain, kemungkinan mereka untuk menjadi seorang guru sangat kuat
karena mereka telah menyaksikan dan menikmati keberhasilan orang tuanya menjadi seorang guru. Bagi mahasiswa yang orang tuanya bukan seorang guru
pun tidak akan menutup kemungkinan bagi mereka nantinya untuk menjadi seorang guru. Hal itu dapat terjadi melihat kondisi saat ini dimana peluang
untuk menjadi guru sangat besar dan jaminan kesejahteraan guru mulai meningkat. Akan tetapi ada kemungkinan mahasiswa yang orang tuanya
bukan seorang guru kurang memiliki minat untuk menjadi guru dibandingkan dengan mahasiswa yang orang tuanya seorang guru.
Berdasarkan dari fenomena-fenomena di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Prestasi Belajar, Pengalaman PPL 2 dan Jenis Pekerjaan Orang Tua Terhadap Minat
untuk Menjadi Guru” , studi kasus pada mahasiswa Prodi Pendidikan
Akuntansi Angkatan 2006-2007 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
B. Identifikasi Masalah