rata-rata 6-7 hari. Sedangkan untuk APA yang memiliki pekerjaan lain ada sebanyak 34,5 yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari.
APA punya pekerjaan lain atau tidak
50 50
Ya Tidak
Gambar 24. Punya tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA
Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya bekerjaan lain
0.0 10.3
89.7
10.3 55.2
34.5
20 40
60 80
100
3 hari per minggu
3 sd 5 hari per minggu
6 sd 7 hari per minggu
Jumlah hari Persentas
e
APA tidak memiliki
pekerjaan lain APA memiliki
pekerjaan lain
Gambar 25. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya pekerjaan lain
B. Deskripsi Mengenai Persepsi APA terhadap Perannya dalam Pelayanan Resep
1. Skrining resep
68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dari skrining resep adalah untuk menilai apakah resep yang diberikan oleh dokter rasional untuk kebutuhan klinis pasien karena pada dasarnya
penulis resep dokter adalah orang yang pertama kali dapat mencegah terjadinya medication error. Menurut Santoso 1996 prinsip dari peresepan yang rasional
adalah memenuhi kriteria efektif, aman, dan ekonomis. Agar kriteria kerasionalan peresepan terpenuhi, obat yang diresepkan harus: tepat indikasi, tepat obat, tepat
pasien, tepat dosis dan cara pemberian, tepat informasi, tepat evaluasi dan tindak lanjut Santoso, 1996. Skrining resep yang dilakukan dengan cermat dapat mencegah
terjadinya medication error. a. Skrining administratif resep
Tujuan dilakukan skrining administratif resep adalah untuk mengetahui keabsahan resep, memudahkan apoteker untuk menghubungi dokter jika ada hal-hal
yang kurang jelas berkaitan dengan resep, dan untuk mengetahui apakah apotek memiliki obat sesuai yang diminta di dalam resep.
Skrining administratif resep yaitu meliputi nama, SIP, alamat dokter tidak dilakukan oleh petugas di 2 apotek 3,4. Sedangkan apotek yang petugasnya
melakukan skrining nama, SIP, alamat dokter yang paling sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1. Apoteker Pendamping yang
melakukan 1,2, AA 31,0. Skrining tanggal penulisan resep tidak dilakukan oleh petugas di 1,7
apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yaitu 62,1 adalah
69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan oleh APA, 3,4 oleh Apoteker Pendamping, 32,8 oleh AA, dan tidak ada petugas yang bukan tenaga kefarmasian yang melakukan.
Skrining tanda tangan paraf dokter tidak dilakukan oleh petugas di 3,4 apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining yang
lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 3,4 apotek, 31,0 AA,
dan tidak ada petugas yang bukan tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta tidak dilakukan
petugas di 1,7 apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di
apotek adalah APA sebanyak 62,1. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping 3,4, dan asisten apoteker 32,8. Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian
yang melakukan. Skrining nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, dilakukan oleh
petugas di semua apotek yang disurvei. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 72,4 APA, 3,4 Apoteker Pendamping,
24,1 AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining cara pemakaian yang jelas dilakukan oleh tenaga kefarmasian di
semua apotek yang disurvei. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 74,1 APA, 3,4 Apoteker Pendamping, 22,4
AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek
62,1 62,1
62,1 62,1
72,4 74,1
3,4 3,4
3,4 3,4
3,4 3,4
31,0 32,8
31,0 32,8
24,1 22,4
3,4 1,7
3,4 1,7
10 20
30 40
50 60
70 80
Nama, SIP, alamat dokter
Tgl penulisan resep
Tanda tangan paraf dokter
Nama, alamat, umur pasien, jenis
kelamin, dan berat badan pasien
Nama obat, potensi, dosis,
jumlah yang diminta
Cara pemakaian yang jelas
Skrining administratif Persentase
Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian
tidak dilakukan
Gambar 26. Petugas yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek
71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Skrining kesesuaian farmasetik Skrining kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompabilitas, cara, dan lama pemakaian Anonim, 2004
a
. Tujuan dilakukan skrining ini adalah untuk mengetahui kesesuaian obat di dalam resep
dengan kondisi pasien dan untuk mengetaui apakah sediaan obat dapat dibuat atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan skrining kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan tidak dilakukan oleh petugas di 1,7 apotek. Apotek yang tenaga
kefarmasiannya melakukan paling banyak skrining tersebut dilakukan oleh APA yaitu 70,7 apotek, sisanya dilakukan oleh Apoteker Pendamping 3,4 dan AA
sebanyak 24,1. Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining terhadap dosis tidak dilakukan petugas di 1,7 apotek. Untuk
apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan 79,3 adalah oleh APA, 1,7 oleh Apoteker Pendamping, 17,2 oleh AA, dan tidak ada petugas selain dari farmasi
yang melakukan. Skrining terhadap potensi obat tidak dilakukan oleh petugas di 15,5
apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut, yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak
75,9. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 1,7 apotek, 6,9 AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skrining terhadap stabilitas obat tidak dilakukan oleh petugas di 22,4 apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut yang
paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 67,2. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping 1,7, dan
asisten apoteker 8,6. Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Skrining terhadap inkompatibilitas tidak dilakukan oleh petugas di 19,0 apotek. Untuk apotek yang tenaa kefarmasiannya melakukan skrining ketika
Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 70,7 APA, 1,7 Apoteker Pendamping, 8,6 AA, dan tidak ada petugas selain tenaga
kefarmasian yang melakukan. Skrining lama dan cara pemberian tidak dilakukan oleh petugas di 1,7
apotek yang disurvei. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut
dilakukan oleh 77,6 APA, 3,4 Apoteker Pendamping, 17,2 AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Terlihat pada gambar 27 bahwa apotek yang petugasnya tidak melakukan skrining kesesuaian farmasetika terhadap potensi, dosis, dan inkompatibilitas lebih
besar dari skrining terhadap bentuk sediaan, dosis, cara dan lama pemberian. Hal ini kemungkinan disebabkan apoteker kurang menguasai dalam hal tersebut.
73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik resep ketika APA berada di apotek
70,7 79,3
75,9 67,2
70,7 77,6
3,4 1,7
1,7 1,7
1,7 3,4
24,1 17,2
6,9 8,6
8,6 17,2
1,7 1,7
15,5 22,4
19 1,7
10 20
30 40
50 60
70 80
90
B entuk sediaan
Dosis Potensi
S tabilitas
In komp
ati bi
litas
C ar
a d an lama pember
ian
Skrining kesesuaian farmasetik Persentase
Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian
tidak dilakukan
Gambar 27.Petugas yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik ketika APA berada di apotek
74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Pertimbangan klinis
Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain Anonim, 2004
a
. Diketahui dari hasil penelitian bahwa pertimbangan klinis terhadap adanya
alergi tidak dilakukan oleh petugas di 12,1 apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan 79,3 adalah oleh APA, 1,7 oleh Apoteker
Pendamping, 17,2 oleh AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Pertimbangan klinis terhadap efek samping obat tidak dilakukan oleh petugas di 12,1 apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan
pertimbangan tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 79,3. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping
sebanyak 3,4 apotek, 5,2 AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Pertimbangan klinis terhadap interaksi tidak dilakukan oleh petugas di 19,0 apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan pertimbangan
tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 74,1. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping
3,4, dan asisten apoteker 3,4. Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Pertimbangan klinis terhadap kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dll tidak dilakukan oleh petugas di 8,6 apotek. Untuk apotek yang melakukan
75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertimbangan tersebut ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek pertimbangan tersebut dilakukan oleh 81,0 APA, 3,4 Apoteker Pendamping,
6,9 AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Yang lebih sering melakukan skrining pertimbangan klinis ketika APA berada di apotek
79.3 79.3
74.1 81
1.7 3.4
3.4 3.4
6.9 5.2
3.4 6.9
12.1 12.1
19 8.6
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Adanya alergi Efek samping Interaksi
Kesesuaian dosis,
durasi, jumlah obat
dll
Skrining pertimbangan klinis P
e rs
en ta
se
Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian
tidak dilakukan
Gambar 28. Petugas yang lebih sering melakukan skrining pertimbangan klinis ketika APA berada
di apotek
d. Apakah apotek melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan terhadap resep?
Pelayanan resep sepenuhnya merupakan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek APA oleh karena itu apabila apoteker menganggap bahwa dalam
resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila ternyata dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep Anonim, 1993. Sesuai standar
76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kompetensi di apotek apoteker perlu mengambil tindakan profesi atas persetujuan pasien berupa penyelesaian sementasra masalah obat untuk menghindari
meningkatnya morbiditas pasien jika komunikasi dengan dokter tidak dimungkinkan. Kemampuan apoteker untuk berkomunikasi dengan dokter sangat
diperlukan oleh karena itu apoteker tidak seharusnya menyerahkan tugas tersebut kepada orang lain karena apotekerlah yang paling kompeten dan juga memiliki
kedudukan yang sejajar dengan dokter. Apabila yang melakukan komunikasi dengan dokter bukan apoteker sendiri misalkan saja petugas lain yang berada di bawah
apoteker maka ada kemungkinan dokter kurang merespon apa yang dikomunikasikan karena dokter menganggap kurang kompeten.
Hasil penelitian dapat dilihat dalam gambar 29 yaitu petugas di semua apotek yang disurvei melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan
terhadap resep. Komunikasi tersebut dilakukan oleh 86,2 APA ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek, 1,7 dilakukan oleh Apoteker Pendamping, dan
12,1 dilakukan oleh AA. Tidak ada petugas selaian dari farmasi yang melakukan komunikasi tersebut.
Data tersebut dapat diartikan bahwa 86,2 Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek cukup berperan dalam melakukan komunikasi dengan dokter
apabila ada keraguan terhadap resep dan sisanya yaitu 13,8 Apoteker Pengelola Apotek kurang berperan selama di apotek dalam melakukan komunikasi dengan
dokter.
77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan resep ketika APA berada di apotek
86.2
1.7 12.1
0.0 0.0
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Apoteker Pengelola
Apotek Apoteker
Pendamping Asisten
Apoteker Bukan tenaga
kefarmasian Tidak dilakukan
Petugas Persentase
Gambar 29. Petugas yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter jika ada keraguan ketika APA berada di apotek
e. Apakah obat untuk pasien tidak mampu diusulkan kepada dokter untuk diganti dengan obat generik?
Apoteker berkewajiban untuk melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang berorientasi pada kepentingan masyarakat tetapi
apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan paten yang mungkin akan memberikan profit yang lebih besar bagi apotek.
Pada dasarnya apoteker tidak boleh mengganti obat yang tertulis di dalam resep dengan padanannya namun pasien memiliki hak untuk memilih obat yang
dikehendakinya dan apoteker boleh melayani asalkan mutu obat terjamin. Apabila ada pasien yang tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep apoteker
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. Hal ini bisa dengan mengusulkan obat dalam resep tersebut untuk diganti dengan
78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
padanannya berupa obat generik. Cara lain yang juga bisa dilakukan oleh apotek adalah dengan memberikan potongan harga tertentu kepada pasien, tetapi jika pasien
benar-benar tidak mampu menebusnya baru diusulkan kepada dokter penulis resep.
yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengan obat generik kepada dokter ketika APA berada di apotek
72.4
1.7 8.6
0.0 17.2
20 40
60 80
Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker Bukan tenaga
kefarmasian tidak dilakukan
Petugas P
e rs
enta se
Gambar 30. Petugas yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengn obat generik kepada dokter jika ada pasien yang tidak mampu ketika APA berada di apotek
Diketahui dari hasil penelitian bahwa obat untuk pasien tidak mampu tidak diusulkan untuk diganti dengan obat generik oleh petugas di 17,2 apotek. Apotek
yang tenaga kefarmasiannya melakukan usul kepada dokter 72,4 dilakukan oleh APA ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek, 1,7 dilakukan oleh
Apoteker Pendamping, 8,6 dilakukan oleh asisten apoteker, dan petugas selain tenaga kefarmasian tidak ada yang melakukan.
Artinya bahwa ada sebanyak 72,4 Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek cukup berperan dalam melakukan usul untuk penggantian resep kepada
79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dokter apabila apoteker menemui pasien yang tidak mampu menebus obatnya. Dan sisanya Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek tidak berperan dalam
melakukan usul penggantian obat kepada dokter.
2. Peracikan, Pengetiketan, dan penyerahan obat