Pelayanan Resep PENELAAHAN PUSTAKA

Menurut National Coordinating for Medication Error Reporting and Prevention NCCMERP kategorisasi medication error adalah sebagai berikut: Tabel II. Taksonomi dan Kategorisasi Medication Error Tipe error Kategori Keterangan No error A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya error B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko: a. obat mencapai pasien dan sudah terlanjur diminum digunakan b. obat mencapai pasien, tetapi belum sempat diminum digunakan Error No harm D Error terjadi dan konsekuensinya pasien memerlukan monitoring, tetapi tidak menimbulkan risiko harm pada pasien E Error terjadi dan konsekuensinya pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko harm pada pasien yang bersifat sementara F Error terjadi dengan konsekuensi pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumah sakit dan menyebabkan risiko harm yang bersifat sementara. G Error terjadi dan menyebabkan risiko harm permanen Error harm H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian misal anafilaksis, henti jantung Error death I Error terjadi dan menyebabkan kematian pada pasien

D. Pelayanan Resep

Pada dasarnya sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter tidak dapat diganti dengan padanannya. Namun demikian pasien berhak untuk memilih obat serta mendapatkan obat tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan dari apoteker Anonim, 1999. Dengan mempertimbangkan faktor ekonomi penerima pelayanan kesehatan pengguna, serta untuk melindungi yang bersangkutan dari penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat yang tidak tepat 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sehingga dapat membahayakan kesehatan atau jiwa, maka dapat dimungkinkan penggantian sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter dengan padanannya berupa obat generik, sepanjang hal tersebut disetujui atau atas sepengetahuan dokter yang mengeluarkan resep atau atas persetujuan pasien yang bersangkutan. Penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat yang tidak tepat dalam hal ini adalah berkaitan dengan jumlah sediaan farmasi yang berupa obat yang harus digunakan dalam pelayanan kesehatan yang bersangkutan Anonim, 1998. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027MENKESSK2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan pelayanan resep meliputi skrining resep, dan penyiapan obat. 1 Skrining resep meliputi: a. Skrining persyaratan adminitratif 1 Nama, SIP dan alamat dokter 2 Tanggal penulisan resep 3 Tanda tangan paraf dokter penulis resep 4 Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien 5 Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta 6 Cara pemakaian yang jelas 7 Informasi lainnya b. Skrining kesesuaian farmasetik Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c. Skrining pertimbangan klinis Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu mengunakan persetujuan setelah pemberitahuan. 2 Penyiapan obat meliputi a. Peracikan: 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. b. Pengetiketan Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c. Pengemasan obat Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. d. Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. e. Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. g. Monitoring obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya. 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Prosedur Tetap