1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai calon konselor yang handal, mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma diharapkan bisa
menjalankan fungsi layanan Bimbingan dan Konseling dalam satuan pendidikan bagi konseli seperti penyesuaian diri dengan lingkungan; mampu
mengembangkan diri di bidang minat dan bakat; dan pengembangan potensi yang optimal. Hal tersebut dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 111 tahun 2014 pada pasalnya yang ke-2 nomor 1.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Bimbingan dan Konseling di atas menjelaskan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling bagi
konseli pada satuan pendidikan memiliki fungsi sebagai pemahaman diri dan lingkungan bagi konseli. Pemahaman diri yang dimaksudkan ialah pemahaman
diri yang berkaitan dengan kesadaran diri seseorang. Kesadaran diri seorang calon konselor dapat dilatihkan agar mampu mengelola kesadaran awareness diri
dalam segala tingkah lakunya untuk membantu mempersiapkan dirinya menjadi
seorang konselor yang profesional yang nanti dapat membantu konseli untuk mengembangkan kesadaran diri konseli.
Menurut Kode Etik Profesi Konseling pada Bab II bagian A mengenai kualifikasi seorang konselor, konselor yang profesional dituntut agar memiliki
nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang profesi konseling. Semua hal ini dapat di peroleh ketika memiliki kesadaran diri self
awareness yang merupa kan ”modal dasar” konselor dalam menjalankan tugas
Flurentin, 2010. Solso 2008 mengemukakan bahwa kesadaran diri self awareness
merupakan proses fisik dan psikologis yang mempunyai hubungan timbal balik dengan kehidupan mental yang terkait dengan tujuan hidup, emosi, dan proses
kognitif yang mengikutinya. Sifat-sifat seseorang yang sudah mengenal dirinya yaitu mampu berinovasi, berpikir secara sehat, bertanggung jawab atas
tindakannya, dan bisa mengambil resiko. Drucker dalam Lowney, 2005 mengungkapkan bahwa, di dalam lingkungan baru keberhasilan karier tidak di
rencanakan. Karier berkembang ketika orang siap akan peluang karena mereka tahu kekuatan mereka, metode kerja, dan nilai-nilai mereka
.
Seorang calon konselor yang profesional diharapkan mampu mengenal diri sendiri: kekuatan-kekuatan, kelemahan-kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan
hidup mereka. Solso 2008 mengungkapkan aspek-aspek utama dalam kesadaran diri meliputi atttention, wakefulness, architecture, recall of knowledge, dan
emotive. Pribadi yang memiliki self awareness yang baik dapat berpengaruh pada kinerjanya nanti saat sudah menjadi seorang konselor.
Self awareness kesadaran diri dapat memengaruhi kinerja seorang konselor, dalam hal ini masih ditemukan beberapa mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang kurang sadar akan pentingnya mengembangkan kesadaran diri self
awareness. Misalnya mahasiswa masih sering terlambat mengumpulkan tugas, sehingga tanggung jawab sebagai mahasiswa belum dilaksanakan agar dapat
memenuhi kebutuhan mahasiswa yaitu mengembangkan disiplin ilmu maupun sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan kesadaran diri self awareness
akan membantu mahasiswa untuk dapat memahami diri sendiri serta dapat membantunya dalam menjalankan tugas nantinya sebagai seorang konselor yang
profesional. Meskipun pada kenyataannya mahasiswa progam studi Bimbingan dan
Konseling angkatan 2014 sudah berusaha untuk mengembangkan kesadaran diri dengan selalu hadir dalam perkuliahan dan aktif dalam beberapa kegiatan kampus.
Masih terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014, antara lain
kebiasaan menunda-nunda perkerjaan, kurangnnya niat membaca, tidak empati terhadap teman yang sakit, sikap yang masih seperti pelajar SMA yang mengeluh
akan tugas kampus, belum bersikap selayaknya calon konselor, sering melontarkan kata makian kepada teman, dan kurang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial. Mahasiswa yang sudah memiliki self awareness dalam dirinya akan
melakukan hal-hal sebgai berikut; mahasiswa aktif dalam berkonsultasi dengan
dosen pembimbing saat menjalankan program magang baik magang 1, magang 2, dan maupun magang 3 kedepannya agar hambatan-hambatan yang dialami
mahasiswa di tempat magang dapat terbantu dan dosen bisa mengetahui kegiatan apa yang dilakukan oleh mahasiswa saat magang. Self awarenes sangat penting
bagi mahasiswa sebagai para calon konselor, agar dapat membantu mahasiswa untuk semakin bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri, bagaimana
sikap dirinya dalam bersosialisasi, mengelola emosinya, dan pada akhirnya mahasiswa dapat menjadi pribadi yang matang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membahasnya dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Self Awareness Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Dan Implikasinya Pada Usulan Topik Program Pengembangan Diri” dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah