3. Fungsi penelitian tindakan kelas
Secara umum, fungsi penelitian tindakan kelas adalah sebagai alat untuk memperbaiki mutu dan efisiensi praktik pembelajaran di
kelas. Secara khusus Cohen dan Manion dalam Zainal Arifin, 2011:101 memerinci fungsi penelitian tindakan menjadi lima katagori
yaitu: a.
Sebagai alat untuk memecahkan masalah melalui diagnosis dalam situasi tertentu
b. Sebagai alat pelatihan dalam jabatan dan membekali guru dengan
keterampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan menyadari kelebihan
dan kekurangan pada dirinya
c. Sebagai alat untuk mengendalikan pendekatan baru atau inovatif
dalam pembelajaran d.
Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dengan peneliti akademis, dan memperbaiki kegagalan
penelitian tradisional e.
Sebagai alternatif, impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian kooperatif
Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok Slavin dalam Rusman, 2007:201. Model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli
pendidikan Rusman, 2011:205.
2. Karakteristik model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning Rusman, 2011:206
3. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen
pembelajaran kooperatif adalah Lie dalam Sugiyanto, 2004:40-42 : a.
Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui:
saling ketergantungan
mencapai tujuan,
saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan
atau sumber,
saling ketergantungan
peran, dan
saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga
mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap meteri pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada
kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok
harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan
semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antara pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan
antara pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw