harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan
semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antara pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan
antara pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Rusman,
2011:218 a.
Siswa dikelompokkan dengan anggota kurang lebih 4 orang b.
Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda c.
Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru kelompok ahli
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Pembahasan
g. Penutup
2. Kelebihan pembelajaran kooperatf tipe Jigsaw
Pengaruh positif dalam pembelajaran kooperati tipe Jigsaw Jhonson and Jhonson, Teti Sobardi dalam Rusman, 2011:219.
a. Meningkatkan hasil belajar
b. Meningkatkan daya ingat
c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi
d. Mendorong tubuhnya motivasi intrinsik
e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen
f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru
h. Meningkatkan harga diri anak
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif
j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong
3. Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
a. Memerlukan pengorganisasian kelas yang lebih mantap
b. Membutuhkan waktu yang lama
c. Penilaian tergantung dengan kelompok
D. Keaktifan Siswa
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar
dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya
mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil
belajar dimaksimalkan Hisyam Zaini, 2008:xiv. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pelajaran, ada kecenderungan untuk cepat melupakan
apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari dosen.
Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak Hisyam Zaini, 2008:xiv.
E. Prestasi Belajar Siswa
Tulus Tu’u 2004:75 mengemukakan bahwa prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran disekolah yang bersifat kognitif dan biasanya
ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar siswa dapat
dirumuskan sebagai berikut http:rppsilabusterbaru.com?p=130: 1.
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran
disekolah. 2.
Prestasi belajar tersebut terutama dinilai oleh aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. 3.
Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Nana Sudjana dalam Tulus Tu’u, 2004:23 mengemukakan bahwa
di antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotor, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Suryadi dkk 1992:35 mengemukakan bahwa: “prestasi