Hewan Percobaan Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Asam Jawa Pengumpulan Data Analisis Data

23 loperamid HCl tablet imodium ® , karboksi metil selulsa CMC, oleum ricini, norit, kloralhidrat, kloroform, toluene, etanol 80.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih jantan dengan berat badan 20 - 30 gram berumur 2 - 3 bulan. Sebelum digunakan, mencit dipelihara selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan diberi makan pelet hewan serta minum air.

3.3 Pembuatan Larutan Pereaksi

Pembuatan larutan pereaksi terdiri dari asam klorida 2N, asam sulfat 2N, besi III klorida 1, Bouchardat, Dragendorff, kloralhidrat, Mayer, Molish, natrium hidroksida 2N dan timbal II asetat 0,4M Depkes RI,1995. Liebermann-Burchard menurut Harborne 1987.

3.3.1 Besi III klorida 1

Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml kemudian disaring. 3.3.2 Bouchardat Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air sulisng hingga 100 ml.

3.3.3 Dragendorff

Sebanyak 0,85 g bismut III nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100 ml asam asetat glasial ditambahkan 40 ml air suling. Kemudian pada wadah lain ditimbang 8 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling, lalu dicampurkan Universitas Sumatera Utara 24 kedua larutan sama banyak. Kemudian ditambahkan 20 ml asam asetat glasial dan diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.3.4 Mayer

Sebanyak 1,35 g raksa II klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling. Kemudian pada wadah lain sebanyak 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml air lalu dicampurkan keduanya dan ditambahkan air suling hingga 100 ml. 3.3.5 Molish Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga volume 100 ml.

3.3.6 Asam klorida 2 N

Sebanyak 7,3 ml asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga volume 100 ml.

3.3.7 Asam sulfat 2 N

Sebanyak 9,8 ml asam sulfat pekat kemudian diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.3.8 Natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml.

3.3.9 Kloralhidrat

Sebanyak 50 g kloralhidrat dilarutkan dalam 20 ml air.

3.3.10 Liebermann-Bouchard

Sebanyak 5 ml asam asetat anhidrida dicampurkan dengan 5 ml asam sulfat pekat kemudian ditambahkan etanol hingga 50 ml Universitas Sumatera Utara 25

3.3.11 Timbal II asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal II asetat dilarutkan dalam air bebas karbondioksida hingga 100 ml. 3.4 Prosedur Pembuatan Simplisia 3.4.1 Pengambilan Bahan Pengumpulan bahan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah biji asam jawa. Biji yang digunakan adalah biji buah asam jawa yang sudah masak. Sampel diambil dari Jl.Tridharma USU Medan, Sumatera Utara.

3.4.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.

3.4.3 Pengolahan bahan tumbuhan

Biji asam jawa dikumpulkan dari buah asam jawa yang sudah masak, dicuci bersih lalu ditiriskan. Kemudian ditimbang. Setelah itu bahan tumbuhan dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40°C sampai kering lalu diserbuk dengan alat grinder dan disimpan di tempat kering. 3.5 Karakteristik Simplisia 3.5.1 Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik dan organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari simplisia biji asam jawa. Universitas Sumatera Utara 26

3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap biji asam jawa dengan cara menaburkan serbuk biji asam jawa diatas kaca preparat lalu diteteskan larutan kloralhidrat kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 × 40.

3.5.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi destilasi toluen. Cara penetapan: ke dalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml aquades, didestilasi selama 2 jam. Setelah toluena didinginkan dan volume air pada tabung penerima dibaca. Kemudian kedalam labu dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah jenuh. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume dibaca. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa Ditjen POM, 1995.

3.5.4 Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam akuades sampai 1 liter dengan menggunakan botol bersumbat warna coklat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 - 24 jam dan disaring, sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan Universitas Sumatera Utara 27 dalam oven pada suhu 105ºC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995.

3.5.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dengan menggunakan botol bersumbat berwarna coklat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 - 24 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995.

3.5.6 Penetapan kadar abu total

Lebih kurang 2 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan kedalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselen bersama isinya dipijarkan perlahan –lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadasr abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995.

3.5.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring dengan kertas saring, lalu dicuci dengan air panas. Kemudian residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot tetap, didinginkan dan ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara 28

3.6 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan senyawa golongan, flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, glikosida dan steroidtriterpenoid.

3.6.1 Pemeriksaan Flavonoid

Serbuk simplisia ditimbang 0,5 g, lalu ditambahkan 10 ml metanol, direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas dengan kertas saring. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling, setelah dingin ditambahkan 5 ml petroleum eter, dikocok hati-hati, lalu didiamkan sebentar. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40ºC, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoid dengan cara berikut: sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96, lalu ditambah 0,1 g serbuk Mg dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai warna merah unggu menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron Ditjen POM, 1995.

3.6.2 Pemeriksaan Alkaloid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung reaksi: a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Universitas Sumatera Utara 29 Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan diatas Ditjen POM, 1995.

3.6.3 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.6.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Ditjen POM, 1995.

3.6.5 Pemeriksaan glikosida

Sebanyak 3 g serbuk simplisia ditimbang kemudian disari dengan 30 ml campuran etanol 96 dengan air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari lapisan isopropanolol diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50ºC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol untuk larutan percobaan 0,1 ml larutan percobaan diuapkan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml Universitas Sumatera Utara 30 asam sulfat pekat melalui dinding tabung terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995.

3.6.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida

Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Liebermann- Burchard. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru hijau menunjukkan adanya steroidatriterpenoida Harborne, 1987.

3.7 Pemeriksaan Karakterisasi Ekstrak

Pemeriksaan karakterisasi ekstrak meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam Kemenkes RI, 2011.

3.7.1 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluen. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung dan tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik. Cara kerja: Dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluen dibiarkan mendingin selama 30 menit dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml volume I. Kemudian ke dalam labu alas bulat tersebut dimasukkan 5 g ekstrak yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Universitas Sumatera Utara 31 Setelah 2 jam didestilasi semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml volume II. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen Ditjen POM, 1995.

3.7.2 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g ekstrak dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 1995.

3.7.3 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 1995.

3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Asam Jawa

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Langkah pembuatan ekstrak etanol biji asam jawa adalah sebagai berikut : Ekstrak dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 80. Ekstrak diperoleh dengan cara 10 bagian Universitas Sumatera Utara 32 simplisia biji asam jawa 450 g dengan derajat halus yang cocok dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan etanol 80 3,375 ml, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari saring, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan disaring, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian 4500 ml. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Hasil maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental Depkes, 1979.

3.9 Percobaan Efek Antidiare

Percobaan efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, bahan uji, obat pembanding Loperamid HCl, Oleum Ricini dan pengujian efek antidiare.

3.9.1 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan adalah mencit putih jantan dengan berat 20 - 30 g dibagi 6 kelompok, 1 kelompok untuk normal, 1 kelompok untuk kontrol negatif, 1 kelompok untuk kontrol positif dan 3 kelompok uji. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, semua mencit dipelihara terlebih dahulu selama dua minggu dalam kandang yang baik pada suhu ruangan untuk penyesuaian lingkungan laboratorium. Mencit diberi makan pelet hewan dan minum air. Universitas Sumatera Utara 33

3.9.2 Penyiapan bahan dan pengujian efek antidiare

Penyiapan kontrol dan bahan uji meliputi penyiapan CMC-Na 0,5, penyiapan suspensi loperamid HCl dan penyiapan suspensi ekstrak etanol biji asam jawa. 3.9.2.1 Pembuatan CMC-Na 0,5 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5 bv dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 500 mg CMC-Na ditaburkan kedalam lumpang yang berisi air panas sebanyak 10 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga berbentuk gel dan diencerkan dengan sedikit air, kemudian dituang ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling sampai batas tanda.

3.9.2.2 Pembuatan suspensi tablet loperamid HCl

Tablet Imodium ® mengandung 2 mg loperamid HCl, ditimbang sebanyak 20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 29,21 mg. serbuk dimasukkan ke dalam kemudian lumpang dan ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5 sedikit demi sedikit sambil digerus homogen lalu ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5 hingga 10 ml.

3.9.2.3 Pembuatan suspensi ekstrak etanol biji asam jawa 2

Pembuatan suspensi ekstrak biji asam jawa 2 bv dilakukan dengan cara sebagai berikut: sebanyak 200 mg ekstrak biji asam jawa dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5 secukupnya kemudian digerus sampai homogen. Dituang ke dalam labu tentukur 10 ml, ditambahkan suspensi CMC-Na 0,5 sampai batas tanda. Universitas Sumatera Utara 34

3.9.2.4 Pengujian efek antidiare

Mencit dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I : kelompok kontrol, hewan diberi suspensi norit 5 sebanyak 0,1 ml10 g bb Kelompok II : hewan diberikan oleum ricini 0,5 ml kondisi diare Kelompok III : hewan diberikan suspensi EEBAJ dosis 50 mgkg bb Kelompok IV : hewan diberikan suspensi EEBAJ dosis 150 mgkg bb Kelompok V : hewan diberikan suspensi EEBAJ dosis 450 mgkg bb Kelompok VI : hewan diberikan suspensi loperamid dosis 0,52 mgkg bb MENIT KE 0 : Kelompok I : kelompok kontrol, hewan diberi suspensi norit 5 sebanyak 0,1 ml10 g bb Kelompok II : hewan diberikan oleum ricini 0,5 ml Mamoon dan Azam, 2012 Kelompok III : hewan diberikan suspensi EEBAJ dosis 50 mgkg bb Kelompok IV : hewan diberikan suspensi EEBAJ dosis 150 mgkg bb Kelompok V : hewan diberikan suspensi EEBAJ dosis 450 mgkg bb Kelompok VI : hewan diberikan suspensi loperamid dosis 0,52 mgkgbb MENIT KE 60 : Kelompok I : hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher Kelompok II : hewan diberikan norit 5 sebanyak 0,1 ml10 g bb Kelompok III, IV, V dan VI: hewan diberikan oleum ricini 0,5 ml Mamoon dan Azam, 2012. Universitas Sumatera Utara 35 MENIT KE 120 Kelompok II : hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher Kelompok III, IV, V dan VI: hewan diberikan norit 5 sebanyak 0,1 ml10 g bb Chitme, dkk., 2004. MENIT KE 180 Kelompok III, IV, V dan VI: hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher. Setelah hewan dikorbankan, usus dikeluarkan secara hati-hati. Diukur panjang usus yang dilalui marker norit mulai dari pylorus sampai ujung akhir berwarna hitam dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum dari masing- masing hewan coba. Kemudian dari masing-masing mencit dihitung persen lintas yang dilalui marker norit terhadap panjang usus seluruhnya Chitme, dkk., 2004. Untuk persentase lintas norit: = X 100

3.10 Pengumpulan Data

Nilai rasio kemudian dirata-ratakan untuk masing-masing kelompok dan nilai dari masing-masing kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok lainnya. Efek antidiare dinyatakan positif jika nilai rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada mencit lebih kecil bila dibandingkan kelompok kontrol Midian, 1991. Universitas Sumatera Utara 36

3.11 Analisis Data

Data hasil pengamatan persen lintas marker norit dianalisis secara statistic dengan metode ANAVA analisis variansi pada tingkat kepercayaan 95 dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 16. Universitas Sumatera Utara 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Bahan Tumbuhan 4.1.1 Identifikasi bahan tumbuhan Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor, Indonesia, menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah asam jawa Tamarindus indica L. suku Leguminosae.

4.1.2 Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia biji asam jawa yaitu berbentuk tidak teratur dengan panjang sekitar 1,6 cm, memiliki ketebalan ± 0,3 cm, keras dan warna coklat kemerahan atau hitam mengkilap yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia biji asam jawa terlihat adanya parenkim, pembuluh kayu dan pati yang dapat dilihat pada Lampiran 3 Menurut Kemenkes RI 2011, suatu simplisia dan ekstrak yang akan digunakan sebagai bahan baku obat harus memenuhi persyaratan mutu yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Kementerian Kesehatan RI Farmakope Herbal Indonesia. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia biji asam jawa dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara