Rongga mulut Lambung Usus besar Kolon

11 laun isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja Tan dan Rahardja, 2007.

2.3.1 Rongga mulut

Rongga mulut merupakan awal dari saluran cerna dan tempat makanan padat dikunyah menjadi halus dan dicampur dengan ludah. Pada saat mengunyah yang berperan penting adalah gigi, otot pengunyah, lidah, pipi, dasar mulut dan langit- langit. Proses menelan dimulai secara sadar dan kemudian berlanjut secara reflex, makanan yang dilapisi ludah akan masuk melalui faring ke esofagus Tan dan Rahardja, 2007.

2.3.2 Lambung

Anatomi lambung manusia dibedakan atas beberapa bagian yaitu bagian kardia daerah bermuaranya esofagus, fundus, korpus, antrum pembesaran sebelum akhir lambung dan pylorus. Makanan dicerna dalam lambung, tercampur dengan asam, mukus dan pepsin, kemudian dikeluarkan ke dalam duodenum dengan kecepatan yang stabil dan terkendali. Mukosa lambung banyak mengandung kelenjar, di daerah pilorus dan kardia, kelenjar tersebut mensekresikan mukus. Di korpus lambung dan fundus, kelenjar juga mengandung sel parietal yang mensekresikan asam klorida dan sel peptik yang mensekresikan pepsinogen. Sekret-sekret ini bercampur dengan mukus Ganong, 2008. Apabila makanan masuk ke lambung, fundus dan bagian atas korpus akan melemas dan mengakomodasi makanan dengan sedikit peningkatan tekanan. Peristaltik kemudian dimulai di bawah korpus yang mencampur dan menghaluskan makanan serta memungkinkan makanan dalam bentuk setengah cair mengalir sedikit demi sedikit melalui pirolus dan memasuki duodenum Ganong, 2008. Universitas Sumatera Utara 12

2.3.3 Usus halus

Di usus halus, isi usus tercampur dengan sekresi sel-sel mukosa, getah pancreas dan empedu. Pencernaan yang dimulai dari mulut dan lambung, diselesaikan di lumen dan sel-sel mukosa usus tempat produk pencernaan diserap, bersamaan dengan sebagian besar vitamin dan cairan. Dalam usus halus terdapat sekitar 9 liter air setiap hari yang terdiri dari 2 liter dari makanan dan 7 liter dari sekresi saluran cerna, tetapi hanya 1 - 2 liter yang sampai ke kolon. Sel mukosa di usus halus yang disebut dengan enterosit, memiliki sejumlah besar mikrovili yang menutupi permukaan apikalnya. Di dalam mikrovili ini banyak terdapat enzim Ganong, 2008. Usus halus terdiri atas duodenum, jejenum dan ileum. Bagian pertama duodenum terkadang disebut duodenal cup atau bulb, daerah ini menerima isi lambung yang bersifat asam yang mengalir melalui pilorus. Berdasarkan kesepakatan, 40 bagian atas usus halus sebelah distal duodenum disebut jejenum dan 60 sisanya disebut ileum walaupun tidak terdapat batasan anatomi yang jelas diantara keduanya. Katup ileosekum menandai titik berakhirnya ileum di kolon. Usus halus berukuran lebih pendek pada keadaan hidup dibandingkan pada keadaan mati karena setelah kematian, otot di sebagian besar saluran cerna melemas sehingga jarak yang diukur saat otopsi menjadi lebih panjang. Jarak dari pilorus ke katup ileosekum pada manusia hidup dikatakan sepanjang 285 cm Ganong, 2008.

2.3.3.1 Gerak peristaltik usus

Usus halus mencerna dan menyerap kimus dari lambung melalui serangkaian kontraksi otot polos, yaitu peristaltik dan segmentasi. Pada peristaltik, kontraksi ini merupakan respon refleks yang timbul bila dinding saluran cerna teregang oleh isi Universitas Sumatera Utara 13 lumen kimus dan terjadi di semua bagian saluran cerna mulai dari esofagus sampai rektum. Kontraksi ini mendorong kimus ke arah usus besar. Aktivitas peristaltik dapat meningkat atau menurun melalui input autonom Ganong, 2008. Kontraksi segmentasi merupakan kontraksi berbentuk cincin yang muncul dalam interval yang relatif teratur di sepanjang usus lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-segmen di antara kontraksi- kontraksi sebelumnya. Kontraksi ini mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan pajanannya pada permukaan mukosa. Kontraksi segmentasi dipicu oleh peningkatan lokal influx Ca 2+ disertai gelombang peningkatan konsentrasi Ca 2+ yang menyebar Ganong, 2008. Pada kontraksi segmentasi, memperlambat waktu transit di usus halus sehingga waktu transit sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang daripada keadaan puasa. Hal ini memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan enterosit sehingga absorpsi meningkat. Gelombang peristaltik yang sangat kuat peristaltic rush, tidak terjadi pada orang normal tetapi timbul pada usus yang mengalami obstruksi Ganong, 2008.

2.3.4 Usus besar

Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan yang dapat dibagi menjadi cecum usus buntu sekum, colon dan rectum. Diusus besar dengan pengentalan isi usus terbentuk feses. Pada sisi sebelah atas bermuara ileum dan melalui katup ileosekal isi usus halus akan masuk sedikit demi sedikit kedalam usus besar Mutschler, 1991. Universitas Sumatera Utara 14

2.3.5 Kolon

Fungsi utama kolon adalah penyerapan air, natrium dan mineral lainnya sehingga membuat tinja menjadi semi padat. Diameter kolon lebih besar daripada diameter usus halus dan panjangnya sekitar 100 cm pada orang dewasa hidup dan sekitar 150 cm pada saat otopsi. Bagian ileum yang terdapat katup ileosekum menonjol sedikit ke dalam sekum sehingga peningkatan tekanan kolon akan menutupnya sedangkan peningkatan tekanan ileum akan menyebabkan katup ileosekum terbuka. Jadi, katup ini mencegah refluks isi kolon ke dalam ileum. Katup ini tertutup dalam keadaan normal. Setiap kali gelombang peristaltik mencapainya, katup ini terbuka sebentar dan memungkinkan sebagian kimus ileum masuk ke dalam sekum Ganong, 2008. Kolon mengandung bakteri dalam jumlah besar meliputi Escherichia coli E.coli, Enterobacter aerogenes, Bacteriodes fragilis. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja Ganong, 2008. E. coli adalah anggota flora normal usus yang berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO 2 , H 2 O, energi dan mineral Ganiswarna, 1995. E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel. Toksin yang dihasilkan oleh E. coli merangsang sekresi Na + dan air di usus halus Ganong, 2008. Universitas Sumatera Utara 15

2.4 Uraian Diare

Diare secara umum didefinisikan sebagai bentuk tinja abnormal cair yang disertai dengan peningkatan frekuensi buang air besar yakni lebih dari tiga kali per hari Mutschler, 1991. Kandungan cairan merupakan penentu utama volume dan konsistensi feses dan air umumnya 70 sampai 85 dari berat feses total. Kandungan cairan feses menggambarkan keseimbangan antara sekresi air dan elektrolit dan absorpsi di sepanjang saluran gastrointestinal. Diare merupakan kondisi ketidak seimbangan absorpsi dan sekresi air dan elektrolit Sukandar, dkk., 2008. Selama masa diare, terjadi peningkatan motilitas saluran cerna yang disertai peningkatan sekresi dan penurunan absorpsi cairan, yang mengakibatkan kehilangan elektrolit khususnya Na + dan air Rang, et al., 2007. Pada diare infeksi, umumnya infeksi terdapat pada usus besar dan ujung distal ileum, menyebabkan mukosa teriritasi dan kecepatan sekresinya bertambah dan pergerakan dinding usus biasanya meningkat Guyton, 1990. Diare yang disebabkan oleh kolera, toksinnya langsung merangsang sekresi elektrolit dan cairan berlebihan pada ileum distalis dan kolon. Jika sejumlah besar Na + , K + dan air keluar dari kolon dan usus halus ke dalam tinja diare, akan menyebabkan terjadinya dehidrasi, kolaps kardiovaskular, hipovalemia dan akhirnya syok. Oleh karena itu, dasar pengobatan yang penting adalah mengganti cairan elektrolit secepat kehilangannya Guyton, 1990. Terdapat 4 mekanisme patofisiologi yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare Sukandar, dkk., 2008 yaitu: 1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida Universitas Sumatera Utara