Pengaruh keahlian terhadap kualitas audit.

dilaporkan dalam bentuk Naskah Hasil Pemeriksaan NHP supaya ditanggapi auditi sebelum disusun Laporan Hasil Pemeriksaan LHP oleh auditorpengawas. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05M.Pan032008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP dalam standar pelaporan menyebutkan bahwa laporan hasil audit yang dibuat oleh auditor harus jelas dan dimengerti oleh pengguna laporan. LHP yang disusun harus berdasarkan Kerta Kerja Pemeriksaan KKP agar informasinya akurat dan objektif dan auditi dapat segera melakukan tindak lanjut. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor : 05M.PAN032008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN. Lampiran 3 SPKN yang terdapat dalam Peraturan BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007 paragraf 17 menyatakan pemeriksaan akan lebih bermamfaat jika temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat di tindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa secara efektif. Auditi bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi dan memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Pemantauan secara terus-menerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

2.1.3 Pengaruh keahlian terhadap kualitas audit.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05M.Pan032008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa : auditorpengawas harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Universitas Sumatera Utara Satu S-1 atau yang setara. Latar belakang pendidikan serta sikap dan perilaku merupakan kriteria standar yang harus dimiliki para auditor APIP untuk mencapai mutu audit yang tinggi. Kinerja audit akan tercipta dengan baik apabila APIP harus mempunyai kriteria tertentu yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekruitmen. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh auditorpengawas, wajib menggunakan SPKN. Pernyataan standar umum pertama SPKN adalah Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Organisasi pemeriksa dalam menerima pegawai harus memiliki prosedur rekruitmen, pengembangan berkelanjutan dan evaluasi atas pemeriksa untuk mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Meinhard, et al, 1987 menyatakan pengetahuan itu diukur dengan seberapa tinggi pendidikan auditor Universitas Sumatera Utara sehingga auditor akan memiliki pengetahuan di lapangan dan dapat mengetahui berbagai isu, selain itu auditor akan lebih mudah untuk mengikuti perkembangan. Auditor harus memiliki kompetensi teknis seperti auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Selain kompetensi, auditor wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit, lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Pelatihan di bidang akuntansi sektor pemerintah dan ilmu- ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas auditi juga sangat diperlukan. APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan. Seorang auditor harus mempunyai Sertifikat Jabatan Fungsional Auditor JFA dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan continuing professional education sesuai dengan jenjangnya. Sri lastanti 2005 mengatakan keahlian atau kompetensi adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Audit membutuhkan keahlian tinggi dan profesionalisme. Keterampilan ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain, antara lain, adalah pengalaman. Menurut Tubbs 1992 auditor yang berpengalaman memiliki kelebihan dalam hal : 1 Mendeteksi kesalahan, 2 Memahami akurat kesalahan, 3 Menemukan penyebab kesalahan. Libby dan Frederick 1990 menemukan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan dan untuk mengklasifikasikan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur sistem Universitas Sumatera Utara akuntansi yang digunakan Libby, 1985. Berdasarkan berbagai teori yang diperoleh maka latar belakang pendidikan, pengetahuan kompetensi teknis auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan peningkatan keahlian melalui penjenjangan dan pelatihan teknis berkelanjutan sangat berpengaruh terhadap kualitas audit.

2.1.3 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit