21
penyampaian pengalaman pribadi sebagai seorang kristiani Adisusanto, 1980:8. Dasar komunikasi ini jelas yaitu menimbulkan iman dan mengajak kelompok
untuk saling berbicara, menyapa hati mereka, memanggil mereka untuk bertobat serta mendorong mereka untuk bertindak.
3. Model Group Media
a. Pengertian Model Group Media
Group kelompok merupakan sekumpulan orang di tempat tertentu yang memiliki tujuan bersama dalam suasana kekeluargaan dan persahabatan.
Sedangkan media merupakan saluran perpanjangan ide dan inderawi manusia. Jadi yang dimaksudkan dengan Group media merupakan pertemuan kelompok
yang bersama-sama menyaksikan program media ukuran kecil dan setelah itu bertukar pikiran. Media ukuran kecil yang dimaksud adalah menggunakan alat-
alat yang mudah dibawa kemana-mana. Sarana yang digunakannya berupa gambar, poster, slide, program kaset, dan lain-lain Olivera, 1989:9-10.
Dasar pertemuan group media adalah melihat, menilai, bertindak, yang diperkaya dengan bahasa audiovisual dan teknik pertemuan kelompok Olivera,
1989:13. Penyajian dengan audiovisual ini dapat menarik orang untuk melihat kenyataan dengan hasil yang tidak hanya melibatkan intelektual saja namun juga
emosionalnya. Oleh sebab itu tiga unsur ini melihat-menilai-bertindak di dalam pertemuan kelompok, orang dapat saling belajar dan memanusiakan sesamanya.
Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak hanya menjadi omong kosong belaka namun juga dikonkretkan melalui tindakan nyata.
22
b. Metode SOTARAE
Model Group Media menggunakan metode SOTARAE yang merupakan singkatan dari Situasi, Obyek, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi dan Evaluasi.
SOTARAE sendiri merupakan petunjuk untuk mempermudah pengkajian suatu dokumen. SOTARAE ini biasanya menggunakan dokumen tertentu dan dokumen
itu hendaknya menarik untuk didiskusikan atau dibicarakan. Pokok-pokok mengenai arti SOTARAE Olivera, 1989:30-32 dapat
dijabarkan sebagai berikut. 1
S = Situasi. Tahap ini bertujuan untuk menjajaki atau mengetahui kesan para peserta
setelah melihat dokumen. Dokumen yang dimaksudkan di sini berupa film, artikel, foto, poster, slide, dan lain-lain. Pada tahap situasi ini fasilitator dapat
menanyakan kesan awal peserta setelah melihat dokumen misalnya film. 2
O = Obyektif. Peserta diajak untuk melihat fakta-fakta atau data-data dalam dokumen
secara mendetail, pokok demi pokok. Kemudian menelurusi alur ceritanya dengan seksama, dan mengesampingkan anggapan pribadi atau bersikap
seobyektif mungkin. Langkah ini harus ada untuk memahami isi dokumen dan terdapat kesesuaian dengan pendapat peserta mengenai detail-detailnya.
3 T = Tema.
Dalam langkah selanjutnya hal-hal di atas kemudian diringkas oleh fasilitator bersama peserta. Hasil-hasil observasi sehubungan dengan tema-
tema pokok dikelompokkan. Dalam kelompok besar peserta merumuskan
23
tema-tema bersama, kemudian membuat urutan prioritas sesuai dengan hal-hal yang dianggap penting.
4 A = Analisis.
Fasilitator mengajak peserta untuk kembali menelusuri tema yang telah disepakati dengan melihat apa yang menonjol jelas, konteks, mencari sebab,
hubungan dengan fakta, dan lain-lain. Hal ini bertujuan memperjelas materinya dan juga memperluas pemikiran. Selain itu dapat juga memberikan gambaran
menyeluruh mengenai tema permasalahan yang sedang dianalisis bersama. 5
R = Rangkuman. Setelah selesai tahap analisis, fasilitator mengarahkan peserta untuk
mampu merangkum. Merangkum dengan cara mengumpulkan kembali dan menunjukkan persoalan-persoalan yang telah jelas. Dalam tahapan ini tidak
perlu sampai pada persetujuan atau penyelesaian setiap permasalahan. 6
A = Aksi. Langkah selanjutnya yaitu merencanakan aksi atau tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan masalah yang telah disepakati dan dibahas bersama. Fasilitator dapat menampung usulan-usulan dari peserta namun harus sekonkret
mungkin dan dapat dilaksanakan. Susunlah organisasi yang perlu untuk melaksanakan aksi.
7 E = Evaluasi.
Evaluasi ini bertujuan untuk meninjau kembali metode yang telah dipakai. Melalui evaluasi ini kelompok dapat memperbaiki pertemuan
berikutnya nanti agar menjadi lebih baik.
24
Petunjuk-petunjuk dalam SOTARAE bukan merupakan rumusan sistematis yang harus diterapkan secara kaku. Kesalahan umum yang dilakukan peserta
dalam sebuah pertemuan adalah: 1
Menjawab sebelum pertanyaan disampaikan oleh pendamping. 2
Menganalisis sesuatu sebelum memeriksa detail-detailnya. 3
Menerima pendapat tertentu sebelum melihat dasar-dasar yang cukup. Oleh karena itu kesalahan umum tersebut dapat diatasi dengan metode
SOTARAE.
4. Katekese Model Group Media