Macaranga tanarius L. Müll. Arg.
6. Pembuatan FHEMM
Ekstrak pekat ditimbang dan dilarutkan ke dalam pelarut heksan dan etanol 1:1 , volume pelarut disesuaikan dengan bobot ekstrak, perbandingan 1:5.
Kemudian dilakukan maserasi mekanik menggunakan alat orbital shaker dengan kecepatan putaran 140 rpm. Hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring
dan corong Buchner dengan bantuan pompa vakum. Sisa ekstrak yang masih ada di dalam erlenmeyer diremaserasi dengan pelarut heksan dan etanol 1:1 kemudian
dilakukan remaserasi. Proses remaserasi dapat dihentikan ketika warna filtrat menjadi bening.
Filtrat dipisahkan dengan penyarinya dengan alat rotary vaccum evaporator
. Kemudian filrat dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya. Setelah itu, dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
pada suhu 45°C hingga didapatkan fraksi dengan bobot tetap. Rendemen fraksi merupakan selisih berat cawan berisi fraksi dan berat
cawan kosong. Rata-rata rendemen dihitung dari jumlah bobot fraksi dari semua replikasi per jumlah replikasi. Persentase rendemen FHEMM didapatkan dari total
jumlah bobot fraksi per total jumlah bobot ekstrak kental dikalikan 100.
7. Pembuatan larutan CMC-Na 1 sebagai pelarut ekstrak metanol
Lima gram CMC-Na 1 yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam 250 mL air mendidih dan didiamkan selama 24 jam hingga CMC-Na 1
mengembang di dalam gelas beaker. Larutan CMC-Na 1 yang telah mengembang dipindahkan ke labu takar 500 mL dan di add 250 mL sisa air
mendidih hingga tanda batas.
8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Larutan hepatotoksin yang digunakan adalah CCl
4
, dibuat dalam konsentrasi 50 dengan perbandingan CCl
4
dan olive oil sebagai pelarut 1:1 Janakat dan Al-Merie, 2002.
9. Pembuatan larutan sediaan FHEMM
FHEMM ditimbang kemudian diujikan kelarutannya terlebih dahulu di dalam CMC-Na 1. Larutan sediaan FHEMM dibuat dengan melarutkan 600 mg
FHEMM dengan 25 mL CMC, hingga diperoleh konsentrasi suspensi FHEMM sebesar 600 mg25 mL.
10. Uji pendahuluan