mendidih hingga tanda batas.
8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Larutan hepatotoksin yang digunakan adalah CCl
4
, dibuat dalam konsentrasi 50 dengan perbandingan CCl
4
dan olive oil sebagai pelarut 1:1 Janakat dan Al-Merie, 2002.
9. Pembuatan larutan sediaan FHEMM
FHEMM ditimbang kemudian diujikan kelarutannya terlebih dahulu di dalam CMC-Na 1. Larutan sediaan FHEMM dibuat dengan melarutkan 600 mg
FHEMM dengan 25 mL CMC, hingga diperoleh konsentrasi suspensi FHEMM sebesar 600 mg25 mL.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis toksin karbon tetraklorida. Dosis CCl
4
sebagai hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie 2002, bahwa dosis 2 mgkgBB
terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST dan penurunan kadar albumin pada tikus bila diberikan secara intraperitonial.
b. Penetepan dosis FHEMM Penetapan dosis FHEMM bersifat eksploratif. Dosis tertinggi yang dapat
ditetapkan yaitu 137,14 mgkgBB. Peringkat dosis II ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari dosis tertinggi ½ x 137,14 mgkgBB = 68,57
mgkgBB dan peringkat dosis I ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari peringkat dosis II ½ x 68,57 mgkgBB = 34,28 mgkgBB.
c. Penetapan konsentrasi FHEMM Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat dibuat
dimana pada konsentrasi tersebut fraksi dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari spuit
per oral serta fraksi dapat terlarut sempurna dalam pelarut CMC-Na 1. Konsentrasi fraksi yang dapat ditetapkan yaitu 600 mg25 mL.
d. Penetapan waktu pencuplikan darah. Hewan uji tikus betina galur Wistar berjumlah 5 ekor. Dimana masing-
masing tikus diambil darah pada jam ke-0 setelah pemberian CCl
4
, kemudian diambil darah pada jam ke-24 dan pada jam ke-48 diambil darahnya kembali.
Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata.
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji tikus betina galur Wistar dibagi acak menjadi 6 kelompok, masing-masing 5 ekor. Pengelompokan hewan uji adalah sebagai berikut:
a. Kelompok I kelompok kontrol CMC-Na 1 ; 2 mLKgBB . Perlakuan dilakukan secara peroral dan diberikan CMC-Na 1. Pada jam ke-6
setelah pemberian FHEMM diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
b. Kelompok II kelompok kontrol CCl
4
; 2 mLKgBB. Perlakuan dilakukan secara peroral dan diberikan larutan CCl
4
yang telah dilarutkan olive oil. Pada jam ke-6, diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
c. Kelompok III kelompok kontrol dosis III tanpa pemberian CCl
4
; 137,14 mgKgBB. Perlakuan dilakukan peroral dan diberikan sediaan FHEMM.
Pada jam ke-6 setelah pemberian FHEMM, diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
d. Kelompok IV kelompok dosis I 34,28 mgKgBB FHEMM, diberi CCl
4
yang dilarutkan ke dalam olive oil. Perlakuan dilakukan peroral kemudian diberikan CCl
4
6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl
4
, semua kelompok diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
e. Kelompok V kelompok dosis II 68,57 mgKgBB FHEMM, diberi CCl
4
yang dilarutkan ke dalam olive oil. Perlakuan dilakukan peroral kemudian diberikan CCl
4
6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl
4
, semua kelompok diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
f. Kelompok VI kelompok dosis III 137,14 mgKgBB FHEMM, diberi CCl
4
yang dilarutkan ke dalam olive oil. Perlakuan dilakukan peroral kemudian diberikan CCl
4
6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl
4
, semua kelompok diambil darahnya untuk penetapan aktivitas albumin.
12. Pembuatan serum