Strategi Gambaran Umum Usaha Kecil 1. Potensi dan Tantangan

37

1. Strategi

Pemberian status hukum bagi sektor informal adalah salah satu inti dari perlindungan dan pemberdayaan sektor informal. maka prasyarat utamanya adalah pelaku usaha di sektor informal itu harus telah memiliki lahan, rumah ataupun harta benda lainnya yang akan difasilitasi pengurusan keabsahan dokumen kepemilikannya untuk kemudian dijadikan jaminan dalam rangka memperoleh kredit dari bank. Masalahnya, belum tentu semua pelaku usaha sektor informal di Indonesia memiliki lahan dan rumah sendiri, ataupun harta benda lain yang bernilai signifikan. Banyak di antara mereka mungkin hanya menyewa rumah atau lahan untuk usahanya, atau bahkan tinggal di rumah yang tidak permanen di atas tanah milik pihak lain tanpa izin. Untuk itu, setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyikapi masalah di atas, pertama, pemerintah dapat menerapkan model pembiayaan seperti yang dilakukan oleh Muhammad Yunus dengan Grameen Bank-nya di Bangladesh yang memberikan kredit tanpa jaminan untuk orang miskin namun memiliki kemauan untuk memperbaiki nasibnya. Dengan demikian, seorang pelaku usaha di sektor informal tidak harus memiliki lahan dan rumah untuk dijadikan jaminan kredit dari bank. Kedua, karena secara faktual ada sektor informal di Indonesia yang hanya mengandalkan pengetahuan dan keterampilan, seperti misalnya pembuat sepatu atau barang kerajinan skala kecil, pembuat perkakas ringan, perancang busana, dan pengembang software individual, pemerintah dapat mensosialisasikan pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual HKI atas hasil karya pelaku usaha tersebut, serta memberikan kemudahan dalam mengurus sertifikat HKI yang relevan untuk hasil karya mereka sebagai bukti kepemilikan yang sah. Hal ini penting, agar pelaku usaha mendapatkan perlindungan negara dari tindakan pihak lain yang mencoba meniru dan memanfaatkan secara komersil hasil karyanya itu tanpa izin pelaku usaha yang bersangkutan. Setelah mendapatkan sertifikat HKI itu, pemerintah harus membantu menjembatani pelaku usaha itu dengan pelaku usaha besar atau investor yang berminat memproduksi hasil karya itu secara massal, agar pelaku usaha 38 itu bisa mendapatkan royalti dari produksi hasil karyanya tersebut. Bukti kepemilikan HKI atas hasil karya pelaku usaha tersebut akan memperkuat posisi tawarnya terhadap pelaku usaha besar atau investor tersebut. Strategi perlindungan usaha kecil dan sektor informal bila mengacu pada arah kebijakan yang berfokus pada penciptaan iklim usaha yang kondusif, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pendanaan a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi usaha kecil dan sektor informal untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan selain bank b. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, mudah, murah dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Sarana dan prasarana a. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan usaha kecil dan sektor informal. b. Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi usaha kecil dan sektor informal. 3. Informasi usaha a. Mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis. b. Mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, penjaminan, teknologi, desain, dan mutu. 4. Kemitraan a. Mewujudkan kemitraan antara usaha kecil dan sektor informal dengan Usaha Besar. b. Mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan usaha kecil dan sektor informal dalam pelaksanaan transaksi usaha dengan Usaha Besar. c. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar bargaining position usaha kecil dan sektor informal. d. Mencegah pembentukan struktur pasar yang mengarah terjadinya persaingan tidak sehat dalam bentuk monopoli, oligopoli, dan monopsoni. 39 e. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan usaha kecil dan sektor informal. 5. Perizinan usaha a. Menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan perizinan satu pintu. b. Memberikan keringanan biaya perizinan usaha bagi usaha kecil dan sektor informal. 6. Kesempatan berusaha a. Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya b. Menetapkan alokasi waktu berusaha untuk usaha kecil dan sektor informal di sub sektor perdagangan retail c. Mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai nilai seni budaya yang bersifat khusus dan turun temurun d. Mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh usaha kecil dan sektor informal melalui pengadaan secara langsung e. Mengatur pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja pemerintah f. Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan 7. Promosi dagang a. Meningkatkan promosi produk usaha kecil dan sektor informal di dalam dan di luar negeri. b. Memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk usaha kecil dan sektor informal di dalam dan di luar negeri. c. Memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk usaha kecil dan sektor informal yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri. 8. Dukungan kelembagaan Mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga 40 profesi sejenis lainnya sebagai lembaga penunjang pengembangan usaha kecil dan sektor informal.

2. Prioritas Kelompok Sasaran