Ketentuan Peralihan Ketentuan Penutup

93 8 menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

14. Sanksi Administrasi

Pelaku usaha yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap larangan dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin atau denda administrasi. Terhadap tindak lanjut dari hasil pengawasan yang telah menunjukan adanya bukti yang dapat dikualifikasi sudah terjadi pelanggaran maka terhadap penanggung jawab usaha danatau kegiatan dapat dikenakan sanksi administrasi. Pengenaan Jenis sanksi administrasi dilakukan dengan: a. pencabutan izin dilakukan apabila pemegang izin telah benar-benar terbukti melanggar persyaratan dalam izin dan atau telah melanggar hukum. b. denda administrasi dilakukan untuk memberikan penghukuman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

15. Ketentuan Pidana

Setiap orang yang terbukti melakukan pelanggaran teradap ketentuan larangan menjual barang danatau jasa yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan danatau norma-norma yang berlaku, melakukan penimbunan barang yang menyebabkan terjadinya kelangkaan dan meningkatkan harga barang di pasar serta menjual barang danatau jasa yang kadaluarsa atau tidak sesuai dengan estándar yang telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5.5 Ketentuan Peralihan

Ketentuan peralihan diperlukan apabila materi hukum dalam peraturan perundang-undangan sudah pernah diatur. Ketentuan peralihan harus memuat pemikiran tentang penyelesaian masalahkeadaan atau peristiwa yang sudah ada pada saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan yang baru. 94 Ketentuan peralihan memuat: 1. Ketentuan-ketentuan tentang penerapan peraturan perundang-undangan baru terhadap keadaan yang terdapat pada waktu peraturan daerah itu mulai berlaku. 2. Ketentuan-ketentuan tentang melaksanakan peraturan daerah itu secara berangsur-angsur. 3. Ketentuan-ketentuan tentang penyimpangan untuk sementara waktu dari peraturan daerah itu. 4. Ketentuan-ketentuan mengenai aturan khusus bagi keadaan atau hubungan yang sudah ada pada saat mulai berlakunya peraturan daerah itu. 5. Ketentuan-ketentuan tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk memasyarakatkan peraturan daerah itu.

5.6 Ketentuan Penutup

Ketentuan Penutup berbeda dari Kalimat Penutup. Dalam undang-undang, yang biasanya dirumuskan sebagai Ketentuan Penutup adalah ketentuan yang berkenaan dengan pernyataan mulai berlakunya undang-undang atau mulai pelaksanaan suatu ketentuan undang-undang. Ketentuan penutup dalam peraturan perundang-undangan, biasanya memuat ketentuan mengenai: 1. penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan; 2. nama singkat peraturan perundang-undangan; 3. status peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya; dan 4. saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut. Ketentuan penutup dalam suatu undang-undang dapat memuat ketentuan pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislatif. Yang bersifat eksekutif, misalnya, menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum, atau untuk mengeluarkan dan mencabut perizinan, lisensi, atau konsesi, pengangkatan dan memberhentikan pegawai, dan lain 95 sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislatif, misalnya, memberi wewenang untuk membuat peraturan pelaksanaan lebih lanjut delegation of rule-making power dari apa yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

5.7 Penutup