Pathet Irama Garap Gending Dan Unsur-Unsurnya

BAB VIII TATA IRINGAN

8.1. Pengertian Dan Fungsi Iringan Pedalangan

Keberhasilan sebuah pergelaran wayang kulit tidak terlepas salah satunya dari kemampuan kerja sama yang baik antar personal yang terlibat dalam menggarap gending-gending iringan, mulai dari penata iringan, pengrawit musisi, dan vokalis sindenpenggerong dalam meramu serta menyajikan gending-gending yang dibawakan. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila seorang dalang berusaha menempatkan iringan menjadi salah satu bagian penting dalam kon- sep pakelirannya. Bahkan pada masa sekarang ini seorang dalang tidak segan-segan untuk menganggarkan dana khusus guna meme- san gending iringan dari seorang penata karawitan yang dianggap mampu untuk membuatkan iringan pakelirannya. Seorang dalang menyadari betul bahwa melalui penataan iringan yang baik dan tepat atau berbobot, keberadaan dirinya akan terbantu dalam mengembangkan ide atau gagasan kreatifnya, se- hingga pergelaran yang dibawakan akan sukses. Tata iringan karawitan pakeliran adalah rangkaian penataan lagu atau aransemen yang terdiri dari berbagai macam bentuk gen- ding instrumentalia dan vokalia, baik tunggal maupun koor atau ber- sama, senggakan, keplok, serta berbagai garap teknik tabuhan. Berdasarkan pandangan tersebut di atas dapat diambil ke- simpulan bahwa fungsi karawitan iringan dalam pakeliran adalah se- bagai pendukung utama yang harmonis guna keberhasilan seorang dalang dalam mengembangkan ide kreatifnya sanggit agar perge- laran wayang yang dibawakan menjadi berbobot atau bermutu dan mencapai keberhasilan secara baik.

8.2. Garap Gending Dan Unsur-Unsurnya

8.2.1. Pathet

Salah satu unsur penting dalam garap gending yang ada pada pakeliran adalah Pathet. Dalam sajian pedalangan merupakan penunjuk pembagian waktu serta dinamika garap bagi seorang da- lang ketika menggelar pakelirannya semalam suntuk maupun pake- liran padat. Sekarang di jaman tehnologi aturan pathet mengalami per- geseran waktu, bahwa dimulai sesudah shalat Isak dan diakhiri Di unduh dari : Bukupaket.com sebelum shalat subuh. Dalam waktu semalam untuk pathet bisa di- bagi menjadi: Dalam pementasan pekeliran semalam suntuk pedalangan gaya Jawatimuran, penggunaan Pathet secara garis besar dikelom- pokkan menjadi empat bagian. Yakni Pathet Sepuluh digunakan dan dilaksanakan menjelang Jejer Wiwitan dalam penyajian gending Ayak Sepuluh Ayak Talu dengan dua versi sampai pada awal per- tunjukan atau bagian adegan pertama jejer wiwitanadegan pang- gungan, yaitu dalam gending Gandakusuma Laras Slendro Pathet Sepuluh kemudian dilanjutkan Sendhon Prabatilarsa. Setelah penyajian gending-gending dan sulukan dalang ter- sebut di atas kemudian suasana diubah menjadi Pathet Wolu di mu- lai dari sajian gending Gedhog Tamu dan atau Krucilan Laras Slen- dro Pathet Wolu. Suasana Pathet Wolu ini berakhir pada setelah adegan Gara-gara adegan Karang Klethak yang terdiri dari tokoh-to- koh Semar, Bagong, dan Besut. Sedangkan dalam pakeliran gagrag Surakarta ditandai dengan adegan masuknya parepat panakawan yaitu adegan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Selanjutnya adalah Pathet Sanga dilaksanakan setelah adegan Gara-gara sampai pada perang buto begal. Suasna Pathet Sanga ini berlangsung sampai kurang lebih pukul 3 dini hari. Setelah itu menggunakan Pathet Serang sampai akhir pergelaran pakeliran, yakni adegan perang penghabisan brubuh. Penggunaan suasana Pathet Serang kemudian di sambung dengan gending penutup da- lam adegan tancep kayon, sebagai pertanda bahwa penyajian pake- liran semalam suntuk selesai.

8.2.2. Irama

Irama adalah cepat lambatnya perjalanan suatu sabetan balungan gending. Dalam tata iringan pakeliran Jawatimuran irama merupakan salah satu unsur musikal penting yang menentukan dina- mika serta karakter. Para seniman pengrawit pedalangan Jawatimuran memba- gi irama dalam sajian karawitan menjadi tiga bagian yakni: irama ce- SurakartaYogja, Banyumas Pathet Manyura jam 18.00-21.00 Pathet Nem jam 21.00-24.00 Pathet Sanga jam 24.00-03.00 Pathet Manyura jam 03.00-06.00 Jawatimuran Pathet Sepuluh jam 18.00-21.00 Pathet Wolu jam 21.00-02.00 Pathet Sanga jam 02.00-04.00 Pathet Serang jam 04.00-05.00 Di unduh dari : Bukupaket.com pat seseg kenceng, sedang sedheng dan lambat alon. Penyaji- an irama dalam pakeliran wayang kulit biasanya berbeda dengan pe- nyajian irama dalam tabuhan gending-gending untuk klenengan atau uyon-uyon. Dalam teknik tabuhan pakeliran wayang kulit penyajian ga- rap irama cenderung berubah-ubah setiap saat, menyesuaikan de- ngan suasana adegan yang hendak dicapai atau diinginkan. Berbe- da dengan penyajian irama dalam klenengan bebas yang cenderung linier dan monoton atau ajeg. Perubahan garap irama ini terkadang disertai dengan perubahan volume atau keras lirih aksen tabuhan instumen gamelan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memper- kuat struktur dramatik atau dinamika alur ceritera yang dibawakan oleh ki dalang.

8.2.3. Laras