6.4 Bedholan dan
Solah Wayang
Bedholan adalah mencabut wayang dari tanceban, yang di- lakukan sesuai dengan kepentingan dalam pakeliran. Setelah mela-
kukan bedholan maka wayang akan di gerakan solahkan atau yang disebut solah wayang. Solah wayang juga disesuaikan dengan kebu-
tuhan serta kepentingan dalam pakeliran.
Adapun yang sering dilakukan pada saat wayang berjalan adalah ulat-ulat dilanjutkan capeng. Ulat-ulat ialah menggerakkan ta-
ngan ke atas siku membentuk sudut + 65 derajat posisi telapak ta- ngan tengkurap tepat di depan mata. Gerakan ulat-ulat ini menggam-
barkan sedang melihat ke arah yang jauh. Sedangkan wayang berja- lan dengan berlenggang tangan ialah berjalan dengan langkah yang
pasti serta di ikuti lambaian tangan.
Pada saat gerakan wayang berjalan jongkok laku dho- dhok, pinggang wayang diperkirakan rata-rata dengan palemahan.
Untuk wayang merangkak mbrangkang tangan yang dilukiskan se- bagai orang merangkak rata dengan palemahan. Gerakan mengang-
kat serta memasukan ngentas wayang ke kiri atau ke kanan adalah semakin ke kiri atau semakin ke kanan diangkat setinggi kening da-
lang. Hal tersebut dilakukan dengan maksud supaya wayang tidak nampak tenggelam ambles. Untuk wayang yang sedang terbang,
yaitu wayang diangkat setinggi lengan dan tangan dalang diacung- kan ke atas. Setelah diangkat ke atas di entas ke kiri atau ke kanan
melebar, seolah-olah membuat setengah lingkaran dalam pengen- tasannya.
6.5 Ragam Gerak
6.5.1 Ragam Gerak Manusia
Ada beberapa jenis ragam gerak sebagai vokabuler perang untuk jenis manusia. Ragam gerak perang tersebut di antaranya
adalah ulat-ulat, tanceban, bertolak pinggang, capeng, saling mem- buru dan di buru buron atau uberan atau saling mengejar untuk pe-
rang tokoh yang bobotnya seimbang dalam perang ramai, menyam- bar samberan untuk tokoh yang bisa terbang, jeblosan untuk tokoh
gagah melawan gagah dalam perang darat, tendangan dugangan, saling meninju atau saling memukul tebahan atau jotosan, menarik
tangan lawan sendalan, saling melemparkan atau membuang, dan membanting bantingan, berkelahi atau bergulat, saling mengadu
kekuatan bahu, lengan, dan tangan deder cengkeh untuk tokoh-to- koh yang sama-sama kuat dalam perang ramai, memukul dengan
menggunakan sebatang kayu atau besi pendek gendiran untuk wa- yang alusan atau bambangan yang berperang melawan raksasa ca-
kil atau denawa lainnya, membenturkan kepala lawan ke tanah ge-
Di unduh dari : Bukupaket.com
jrugan, menyentil telinga lawan slentikan untuk perangan tokoh alusan melawan tokoh gagahan atau sejenis tokoh raksasa.
6.5.2 Ragam Gerak Raksasa.
Ragam gerak wayang raksasa harus disesuaikan dengan karakter raksasa. Pada umumnya gerakan yang sesuai adalah me-
lempar pandangan ulat-ulat, menggoda khusus untuk wayang Rak- sasa nggegiro, mundur ketakutan, tancep, capeng, bertolak ping-
gang, berpandangan secara ganas terhadap lawan, geram, suara gurau nggero-nggero, membentak nggetak, untuk denawa cakil ti-
dak membentak, menaburkan debu tanah kepada lawan nyawuri, bergulung dan berguling-guling nggubel lan nggulung, terlentang
dan menyahut atau kayang namun untuk denawa raton atau raja rak- sasa tidak melakukannya, menerobos brobosan, menerobos sambil
menyambar musuh tetapi tidak kena brobosan luput, merobohkan badan dengan punggungnya terlebih dahulu untuk menindih lawan
ngebruki mungkur, menyahut dari depan sambil melangkahkan kaki atau menerkam nubruk, menggigit dengan taring ngethut atau nyo-
kot, membuang musuh, mendesak tergesa ngancap, bernafas kencang terputus-putus menggeh-menggeh, kalah berlari dan me-
rangkak.
6.5.3 Ragam Gerak Wanara.