Laras Garap Gending Dan Unsur-Unsurnya

pat seseg kenceng, sedang sedheng dan lambat alon. Penyaji- an irama dalam pakeliran wayang kulit biasanya berbeda dengan pe- nyajian irama dalam tabuhan gending-gending untuk klenengan atau uyon-uyon. Dalam teknik tabuhan pakeliran wayang kulit penyajian ga- rap irama cenderung berubah-ubah setiap saat, menyesuaikan de- ngan suasana adegan yang hendak dicapai atau diinginkan. Berbe- da dengan penyajian irama dalam klenengan bebas yang cenderung linier dan monoton atau ajeg. Perubahan garap irama ini terkadang disertai dengan perubahan volume atau keras lirih aksen tabuhan instumen gamelan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memper- kuat struktur dramatik atau dinamika alur ceritera yang dibawakan oleh ki dalang.

8.2.3. Laras

Laras adalah susunan nada-nada dalam satu gembyangan oktaf yang sudah tertentu tinggi rendah dan tata intervalnya. Di Ja- wa seperangkat gamelan biasanya menggunakan dua laras, yakni laras Slendro dan Pelog. Laras Slendro terdiri dari 5 nada yakni ba- rang 1ji, gulu 2ro, dhadha 3lu, ma 5ma, dan nem 6nem. Sedangkan laras Pelog dibagi menjadi 7 deret nada seperti pada sa- ron yaitu penunggul 1ji, gulu 2ro, dhadha 3lu, Pelog 4pat, ma 5ma, nem 6nem, dan barang 7pi. Laras juga mengandung pengertian nada, misalnya kempul laras ma 5, kenong laras nem 6, dan seterusnya. Dalam karawitan pedalangan ada juga laras minir atau mi- ring yakni nada-nada dalam laras Slendro yang disajikan secara mi- nir atau miring pada salah satu bagian lagu tertentu dan atau selu- ruhnya, baik vokal sulukan dalang, sindenan, tembang, maupun ga- rap cengkok rebaban. Penyajian nada-nada miring biasanya dengan menaikkan dan atau menurunkan ½ laras dari nada-nada baku dal- am laras Slendro. Contoh bagian penggalan cakepan lagu Sendhon Prabatilarsa Slendro Pathet Sepuluh yang dibawakan dengan laras miring, misalnya Teja .... teja .... tejaning wong nembe kaeksi...... Pe- nyajian laras miring dalam sindenan misalnya: sindenan gending Ge- dog Rancak Laras Slendro Pathet Wolu dan gending jenis Krucilan Laras Slendro bisa Pathet Wolu dan Sanga apabila digunakan un- tuk mengiringi res-resan atau adegan dalam suasana sedih wayang nangis. Laras yang dimaksud oleh bingkai Sastra Gending ialah su- ara thinthingan pukulan gamelan. Sedangkan yang dipergunakan untuk merasakan suara itu telinga. Laras juga merupakan system nada-nada dalam karawitan. Laras di luar system karawitan berarti enak di dengar indah. Ada dua laras dalam karawitan Jawa, yaitu Laras Pelog dan Laras Slendro. Di unduh dari : Bukupaket.com Titilaras atau titinada adalah gambar atau tanda yang digu- nakan untuk menunjukkan tinggi-rendah dan panjang-pendek nada. Gambar atau tanda atau bisa juga berwujud lambing itu untuk me- nyebut nama-nama setiap nadalaras. Lihat pada gamelan Jawa yang namanya Demung, Saron dan Peking. Bilah-bilahnya diberi na- ma urut dari bawah ke atas rendah-tinggi bagi laras Slendro yaitu: barang - gulu – dhadha – lima – nem dan yang laras Pelog: panung- gul - gulu – dhadha – lima – nem – barang. Baik laras Slendro mau- pun Pelog titilarasnya diambilkan dari nama tubuh manusia. Namun seorang seniman berkualitas tinggi di Kepatihan Surakarta RMT. Wreksadiningrat mencoba membuat titilaras yang lebih praktis, se- derhana, mudah dibaca, yaitu dengan lambang angka 1 – 2 – 3 – 4 – 5 - 6 bagi laras Slendro dan 1 – 2 – 3 – 4 - 5 – 6 – 7 bagi laras Pe- log. Ternyata hingga sekarang, nama nada larasbilah dengan lam- bang angka ini sangat diminati oleh para seniman baik dalam pendi- dikan kesenian formal maupun non formal. Titilaras yang diciptakan di Kepatihan Surakarta itu dinama- kan Titilaras Kepatihan. Titilaras tersebut digunakan sebagai penu- lisan pembacaan lagu, pembelajaran vocal, dan peyimpan lagu.

8.2.4. Harmoni