BAB VI SABET WAYANG
6.1 Sabet
Yang dimaksud sabet yaitu gerak gerik wayang dalam ga- rapan pakeliran. Di dalam prakteknya sabet menampilkan banyak
vokabuler gerak, misalnya vokabuler gerak untuk berjalan, untuk pe- rang, dan dibedakan menurut jenis manusia, raksasa, wanara, sar-
bosato, perampoganbarisan, dan sebagainya. Adapun jenis gerak dalam sabet di bagi menjadi dua: yaitu gerak murni dan gerak mak-
nawi.
Gerak murni adalah gerak di dalam sabet dari hasil pengo- lahan gerak wantah yang dalam pengungkapannya tidak memper-
timbangkan suatu pengertian gerak dalam sabet tersebut, dan yang dipentingkan adalah faktor nilai keindahan dan kemantapan sabet-
nya. Contoh: Pakeliran gaya Surakarta: sabet wayang kulit purwa adegan perang
bambangan melawan cakil, bambangan dengan gerak gendiran.
Pakeliran gaya Jawatimuran: adegan perang alusan atau perang ku- pu tarung, bambangan dengan gerakan
menghindar serta kewalannya tendang- nya menyamping.
Gerak maknawi adalah gerak wantah yang sudah digarap dalam sabet, yang pengungkapannya mengandung suatu pengertian
atau maksud di samping nilai keindahannya. Contoh pada saat ade- gan budhalan atau kapalan yaitu gerak para prajurit berkuda dengan
menarik-narik tali kuda, di dalam adegan wayang perang yaitu pada gerakan membuang, membanting, menghantam, menggertak, me-
nendang dan sabagainya. Adapun sabet sendiri dapat dibagi menja- di tiga bagian yaitu: tanceban, bedholan, solah.
6.2 Tanceban
Tanceban adalah posisi wayang untuk berdialog, istirahat, dan atau wayang capeng. Capeng adalah rangkaian dari gerak me-
ngencangkan dodot membetulkan gelang tangan, gelang kai atau binggel dan kelat bahu yaitu perhiasan berupa gelang dikenakan pa-
da lengan atas, memelintirkan kumis dan menetapkan jamang. Se- bagai alat untuk menancapkan wayang ialah batang pisang gede-
bog. Gedebog untuk pementasan wayang kulit dibagi menjadi dua
Di unduh dari : Bukupaket.com
bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas disebut siti inggil, dan bagian bawah disebut paseban. Ukuran siti inggil lebih
panjang 3 kali lipat atau lebih dari panjang paseban, karena pada ba- gian siti inggil di samping kanan dan samping kiri akan ditancapakan
pula wayang berjajar dari tepi jagadan kiri ke arah kiri dan dari tepi jagadan kanan ke arah kanan. Wayang yang disimping tersebut di-
sebut wayang simpingan. Jagadan wayang dibatasi dengan kayon yang ditancapkan di sisi kiri dan sisi kanan dalang berjarak kurang
lebih satu setengah depa tangan dalang ke kiri dan ke kanan dari po- sisi tempat duduk dalang.
Gambar 4.13 Tanceban dua tokoh
Tanceban pada siti inggil atau paseban baik yang di sisi kiri atau di sisi kanan di sesuaikan dengan berdasarkan pedoman. Pe-
doman tanceban dibedakan menurut kedudukan tokoh, derajat, dan umur.
Ada beberapa bagian tempat untuk menancapkan wayang yang sesuai dengan aturan serta kedudukan setiap tokoh wayang.
Aturan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut, jarak tanceban wayang berhadap-hadapan adepan yang paling dekat ialah dua ta-
ngan wayang di acungkan hingga bersentuhan. Tanceban wayang di siti inggil, untuk kaki wayang diperkirakan rata dengan bagian dari
kelir wayang yang paling atas palemahan yang umumnya berwarna hitam, kecuali untuk wayang yang menancap di paseban, atau pale-
mahan tidak pas atau terlalu tinggi sehingga antara kaki wayang ti- dak pas terpaksa tanceban tidak dapat menempati sebagaimana
yang dikehendaki. Tetapi palemahan kelir dapat ditaati pada saat
Di unduh dari : Bukupaket.com
wayang diangkat, berjalan, menari, terbang atau diperangkan. Tan- ceban tunggal di kiri atau di kanan ditancabkan kira-kira membuat
sudut 60 enam puluh derajat dari tempat duduknya dalang. Se-
dangkan tanceban wayang berhadap-hadapan lebih dari lima tokoh yang berada di sebelah kiri diusahakan nampak simetris atau seim-
bang. Untuk tanceban wayang lebih dari enam atau tujuh tokoh, di- samping diusahakan simetris dan dituntut pula muka wayang nam-
pak jelas dari bagian depan saja. Untuk penampilan wayang yang menggunakan kelir dalam menancapkan wayang, muka atau dahi
dan kaki depan wayang diusahakan rapat menempel kelir. Hal terse- but dilakukan dengan maksud untuk menghindari jangan sampai ter-
jadi bayangan rangkap.
6.3 Cepengan