nya tanpa melibatkan vokal baik sindenan serta gerongan maupun ri- cikan alusan seperti rebab, gender, suling, siter, dan gambang. Jenis
gending yang dibunyikan untuk gending pambuka misalnya gending Giro Endro, Giro Balen, Giro Jaten, dan gending-gending gagahan
seperti Gagahan Gejig Jagung Slendro Sanga, Gagahan Sempa- yung Slendro Sanga, dan sebagainya.
Di dalam sajian pedalangan Jawatimuran gending wiwitan atau patalon dibunyikan sebagai pertanda bahwa pergelaran wayang
kulit akan di mulai. Gending yang digunakan adalah Ayak Talu atau Ayak Sepuluh. Dan biasanya ki dalang sudah duduk di posisinya,
atau bahkan ikut menabuh dengan memegang ricikan rebab atau gender.
8.4.3. Gending Jejer Adegan Panggungan
Gending jejer adalah gending yang penyajiannya setelah gending patalon suwuk atau berhenti yang kemudian dilanjutkan de-
ngan Pathetan Slendro Pathet Pepuluh sampai selesai. Gending je- jer dilaksanakan setelah dhodhogan dalang sebagai tanda kesiapan
jejer wiwitan. Buka atau intro dilakukan oleh rebab atau gender atau gambang menurut kebutuhan, fungsinya adalah untuk mengiringi
adegan awal pakeliran yakni jejer wiwitan atau adegan panggungan.
Pada pergelaran wayang kulit gaya Jawatimuran gending yang digunakan untuk mengiringi jejer adalah gending yang sudah
dibakukan sesuai pakem wet yaitu gending yang secara tradisi se- lalu digunakan untuk mengiringi adegan jejer pertama. Adapun gen-
ding yang digunakan itu adalah gending Gandakusuma Slendro Pa- thet Sepuluh. Kalau gaya Surakarta ada perbedaan, misalnya untuk
jejer wiwitan dalam adegan Kahyangan menggunakan gending Ka- wit, untuk adegan negara Astina dengan gending Kabor, untuk nega-
ra Amarta dengan gending Karawitan, dan sebagainya.
8.4.4. Pelungan atau Drojogan
Pelungan atau Drojogan adalah lagu vokal dalang yang di bawakan mengelir secara bersamaan dalam gending Gandakusuma,
pada saat pelaksanaan ini sindenan berhenti. Isi cakepan atau syair- nya adalah menggambarkan tentang segala sarana yang terkait de-
ngan aspek pakeliran seperti dalang sebagai purba wasesa, wayang dengan estetikanya, kelir atau jagadan, larapan, keprak, kotak serta
tutupnya, cempala, blencong, perangkat gamelan, sinden, pradong- ga atau pengrawit, dan sebagainya.
Selain menggambarkan segala peralatan atau uba rampe yang terkait dengan pakeliran seperti tersebut di atas, syair pelungan
juga mengisyaratkan permohonan ki dalang kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta agar mendapatkan berkah keselamatan selama men-
jalankan kewajibannya menggelar pakeliran semalam suntuk.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Penyajian pelungan di bawakan dalam gending Gandaku- suma Slendro Pathet Sepuluh bagian inggah. Bagian inggah adalah
merupakan bagian gending kelanjutan dari bagian awal atau merong mbok-mbokan, sebelum janturan atau pocapan dalang di laksana-
kan yakni pada saat sirepan gending. Contoh cuplikan bagian teks syair atau cakepan pelungan:
Ingsun miwiti ndalang Wayangku yana bambang paesan
Kelire minangka jagad dumadi Yana larapan naga pepasihan
Pracike yana tapele bumi Dhodhogku sangga bawana
Gligen prajege wesi Pluntur mega mangkrang, plisir mega gupala
Yana kawating lapat wekat Kothake wayang kayu cendana sari
Yana tutupe jati kusuma Blencong kencana murti
Sulake hyang bathara surya Urube hyang bathara brama
............................................ di barengi dengan sindenan Ingsun dalang purba wasesa dhawah gong
Kairing pradangga niyaga putra ............................................ di barengi dengan sindenan
Yana karengga swarane para waranggana ............................................ dan seterusnya
8.4.5. Gending Tamu