Titilaras atau titinada adalah gambar atau tanda yang digu- nakan untuk menunjukkan tinggi-rendah dan panjang-pendek nada.
Gambar atau tanda atau bisa juga berwujud lambing itu untuk me- nyebut nama-nama setiap nadalaras. Lihat pada gamelan Jawa
yang namanya Demung, Saron dan Peking. Bilah-bilahnya diberi na- ma urut dari bawah ke atas rendah-tinggi bagi laras Slendro yaitu:
barang - gulu – dhadha – lima – nem dan yang laras Pelog: panung- gul - gulu – dhadha – lima – nem – barang. Baik laras Slendro mau-
pun Pelog titilarasnya diambilkan dari nama tubuh manusia. Namun seorang seniman berkualitas tinggi di Kepatihan Surakarta RMT.
Wreksadiningrat mencoba membuat titilaras yang lebih praktis, se- derhana, mudah dibaca, yaitu dengan lambang angka 1 – 2 – 3 – 4 –
5 - 6 bagi laras Slendro dan 1 – 2 – 3 – 4 - 5 – 6 – 7 bagi laras Pe- log. Ternyata hingga sekarang, nama nada larasbilah dengan lam-
bang angka ini sangat diminati oleh para seniman baik dalam pendi- dikan kesenian formal maupun non formal.
Titilaras yang diciptakan di Kepatihan Surakarta itu dinama- kan Titilaras Kepatihan. Titilaras tersebut digunakan sebagai penu-
lisan pembacaan lagu, pembelajaran vocal, dan peyimpan lagu.
8.2.4. Harmoni
Dalam susunan atau komposisi karawitan iringan pakeliran, harmoni merupakan keselarasan perpaduan volume tabuhan yang
meliputi keras-lirih, rempeg, laya atau tempo antar instrumen balan- cing. Misalnya keseimbangan antara tabuhan instrumen atau ricikan
gamelan dengan sindenan dan penggerong atau vokal pria wira- swara, tabuhan instrumen gamelan dengan vokal dalang baik yang
berupa sulukan maupun janturan.
Harmoni juga menyangkut kesesuaian totalitas penataan gending. Antara lain seperti karakter lagu atau tembang dan gen-
ding-gending, penggunaan Pathet, serta kesesuaian bangunan atau struktur suasana yang ingin dicapai dari penataan gending-gending
berdasarkan konsep alur suasana atau struktur dramatik dalam tata urutan adegan pakeliran yang telah disusun oleh ki dalang dengan
penata iringan, sehingga terjadi keselarasan dan kerjasama yang ba- ik antara keduanya.
8.3. Nama Instrumen dan Fungsinya
8.3.1. Rebab
Rebab adalah instrumen ricikan gamelan yang bahan ba- kunya terdiri dari kayu, kawat string, semacam kulit yang tipis untuk
menutup lubang pada badan rebab babat, bagian rebab atau ba- dan rebab yang berfungsi sebagai resonator bathokan, rambut
ekornya kuda yang berfungsi sebagai alat gesek kosok namun un-
Di unduh dari : Bukupaket.com
tuk saat ini lazim menggunakan senar plastik, dan kain yang dibordir sebagai penutup bathokan. Cara membunyikan rebab dengan cara
digesek dengan alat yang disebut kosok. Dalam sajian karawitan rebab berfungsi sebagai Pamurba
Yatmoko atau jiwa lagu, rebab juga sebagai pamurba lagu melalui garap melodi lagu dalam gending-gending, melaksanakan buka atau
introduksi gending, senggrengan, dan Pathetan agar terbentuk su- asana Pathet yang akan dibawakan. Rebab juga berfungsi untuk me-
ngiringi vokal yang dibawakan oleh ki dalang. Utamanya pada lagu jenis Pathetan dan Sendhon.
Gambar 4.30 Rebab
8.3.2. Kendang
Kendang adalah instrumen gamelan yang bahan bakunya terbuat dari kayu dan kulit. Cara membunyikan kendang dengan cara
dipukul dengan tangan di-kebuk atau di-tepak. Ukuran kendang Ja- watimuran yang dipakai dalam pedalangan terdiri dari 3 tiga jenis
kendang. Yakni kendang Gedhe, kendang Penanggulan tradisi Ja- wa Tengah dinamakan ketipung, dan kendang Gedhugan tradisi
Jawa Tengah dinamakan kendang ciblon atau sejenis.
Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali pamurba irama lagugending.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang. Hidup
atau berkarakter dan tidaknya sebuah lagu atau gending itu tidak ter- lepas dari keterampilan serta kepiawaian seorang pengendang da-
lam memainkan ukel atau wiled kendangannya dalam mengatur laya atau tempo.
Mengingat begitu pentingnya peranan ricikan kendang da- lam tata iringan karawitan, biasanya seorang dalang membawa pe-
ngendang sendiri dalam setiap pementasannya. Dengan membawa pengendang sendiri seorang dalang akan lebih mantap dalam meng-
gelar pakelirannya.
Para dalang menganggap kendang adalah bagian dari be- lahan jiwanya ketika ki dalang menggelar pakelirannya. Seorang pe-
ngendang bawaan dalang gawan biasanya sudah memahami de- ngan baik selera atau keinginan ki dalang. Ibarat pengemudi ia me-
mahami betul bagaimana selera tuannya. Gambar 5.1 Kendang Jawa Timuran
8.3.3. Gender