8.3.12. Siter
Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bu- nyinya adalah string kawat yang teknik menabuhnya dengan cara
di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus ukurannya lebih kecil dari
pada siter, dan clempung ukurannya lebih besar dari pada siter. Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang
fungsi siter sebagai pangrengga lagu. Gambar 5.11 Siter
8.3.13. Suling
Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi seba- gai pangrengga lagu adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu
wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang mele-
kat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang
menimbulkan bunyi atau suara.
Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup. Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling
yang berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama ja- raknya, sedangkan yang berlaras Pelog dengan lubang lima dengan
jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan Slendro. Untuk suling la-
ras Slendro dalam karawitan Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasil-
kan adalah laras lu 3, sedangkan pada karawitan Jawatengahan la- zim dengan laras ro 2.
8.4. Iringan Pedalangan
8.4.1. Pathetan
Dalam penyajian klenengan dan juga sebagai iringan wa- yang, sebelum rangkaian gending-gending dibunyikan biasanya di
Di unduh dari : Bukupaket.com
dahului oleh Pathetan dan atau senggrengan. Tujuannya adalah agar para pengrawit, mengetahui gending, laras, dan Pathet yang
akan ditabuh. Adapun jenis lagu Pathetan yang dibawakan bisa Pa- thetan jangkep ageng dan atau wantah dan bisa juga sebagian
atau Pathetan pendek yang di kalangan para pengrawit biasanya di- sebut Pathetan jugag. Dan ada yang lebih pendek lagi yang disebut
dengan senggrengan yang hanya dilakukan oleh rebab.
Gambar 5.12 Suling Bentuk penyajian Pathetan biasanya intrumentalia yang ter-
diri dari ricikan rebab, gender, gambang, dan suling. Bisa juga disaji- kan secara campuran yaitu instrumentalia tersebut di atas bersama-
an dengan vokal. Pathetan dalam karawitan Jawatimuran lazim terdiri tiga
macam Pathetan yakni Pathet Sepuluh, Pathet Wolu, dan Pathet Sanga. Sedangkan pada karawitan Jawatengahan Surakarta terdiri
dari Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyura dalam laras Slendro. Untuk laras Pelog ada Pathet Lima, Pathet Nem, dan Pa-
thet Barang. Dan beberapa Pathet khusus dalam pakelirannya, se- perti Pathet Kedu, Pathet Lasem, Pathet Jingking, dan sebagainya.
8.4.2. Gending Pembuka WiwitanPatalon
Sajian gending pembuka sebagai pertanda bahwa akan di mulai pergelaran wayang kulit dalam tradisi Surakarta disebut pata-
lon. Patalon adalah merupakan rangkaian gending-gending yang di- bunyikan dan di akhiri dengan sampak manyura. Tujuannya agar pe-
nonton cepat datang ke tempat pertunjukan.
Adapun gending-gending yang dibunyikan dalam gending pembuka di mulai dari gending Soran atau bonangan yang tabuhan-
nya dengan aksen kuat keras. Penyajian gending bonangan biasa-
Di unduh dari : Bukupaket.com
nya tanpa melibatkan vokal baik sindenan serta gerongan maupun ri- cikan alusan seperti rebab, gender, suling, siter, dan gambang. Jenis
gending yang dibunyikan untuk gending pambuka misalnya gending Giro Endro, Giro Balen, Giro Jaten, dan gending-gending gagahan
seperti Gagahan Gejig Jagung Slendro Sanga, Gagahan Sempa- yung Slendro Sanga, dan sebagainya.
Di dalam sajian pedalangan Jawatimuran gending wiwitan atau patalon dibunyikan sebagai pertanda bahwa pergelaran wayang
kulit akan di mulai. Gending yang digunakan adalah Ayak Talu atau Ayak Sepuluh. Dan biasanya ki dalang sudah duduk di posisinya,
atau bahkan ikut menabuh dengan memegang ricikan rebab atau gender.
8.4.3. Gending Jejer Adegan Panggungan