8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan hakikat nilai hidup, kelompok Punk, hakikat kelompok, dan upaya mendidik anak Punk.
A. Hakikat Nilai Hidup
1. Definisi Nilai Hidup
Menurut Max Scheler Wahana, 2004, nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring dengan
perubahan barang. Allport dalam Mulyana, 2011 mendefinisikan nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya. Nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya. Surakhmad
1980 mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia memahami nilai hidup berdasarkan konsep bersatunya faham nasionalisme, agama, dan
komunisme agar bangsa Indonesia bertindak dan berpikir berdasarkan konsep tersebut.
Surakhmad mengemukakan 1980:11 sangat mungkin terdapat kelompok warga negara yang a berbuat tidak sesuai dengan
nilai-nilai hidup bangsa Indonesia karena tidak memahami makna nilai hidup itu, serta kelompok yang b tidak berbuat sesuai dengan nilai
hidup bangsa yang sudah diketahuinya. Patokan keberhasilan setiap usaha untuk meniadakan kelompok-kelompok semacam itu ialah
apabila telah secara umum disepakati bahwa dalam tingkah laku setiap
warga negara telah tercermin nilai-nilai itu sebagai nilai-nilai yang benar-benar hidup dalam pribadinya. Yang dituju adalah pengalaman
nilai-nilai hidup itu; pengalaman yang sejati hanya dapat tumbuh dari penghayatan yang benar.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga
negara Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai- nilai hidup yang hanya hidup apabila dihayati dan diamalkan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai hidup adalah dasar yang hidup di dalam diri seseorang untuk
bertindak. Nilai-nilai akan hidup apabila dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Nilai Hidup Menurut Spranger
Edward Spranger adalah seorang filsuf dan juga seorang psikolog yang berasal dari Jerman. Spranger lahir di Berlin pada tanggal
27 Juni 1882 dan meninggal di Tubingen pada tanggal 17 September 1963. Spranger adalah seorang mahasiswa dari Wilhem Dilthey dan
juga seorang tokoh utama aliran psikologi yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan kerohanian. Ia merupakan seorang guru besar di
Universitas Leipzig, Universitas Berlin, dan Universitas Tubingen. Spranger memilki karya utama yang mempersoalkan kepribadian
manusia yaitu Lebensformen, Geistewissenschaftliche Psychologie und Ethik der Personlichkeit Suryabrata, 2006.
Spranger dalam Suryabrata, 2006 membedakan adanya dua macam roh di dalam manusia, yaitu roh subjektf dan roh objektif. Roh
subjektif merupakan roh yang masing-masing ada pada setiap manusia, sedangkan roh objektif merupakan kebudayaan yang terjelma dan
berkembang selama berabad-abad bersama manusia. Roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan menggunakan roh objektif sebagai
norma. Kebudayaan oleh Spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai
karena kebudayaan merupakan kumpulan nilai yang tersusun menurut struktur tertentu. Roh subjektif sebagai sistem nilai-nilai dalam
masing-masing individu yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh dasar, pendidikan, dan lingkungan dengan berpedoman
kepada roh objektif juga mengandung enam nilai kebudayaan. Walaupun roh subjektif mengandung enam nilai kebudayaan, namun
hanya satu nilai yang dominan dan nilai tersebut yang memberi bentuk kepada kepribadian individu. Spranger dalam Mulyana, 2011
mengklasifikasikan enam nilai yang sering dijadikan sumber oleh manusia dalam kehidupannya untuk menganut sebuah nilai sebagai
berikut: a.
Nilai Kebenaran Nilai kebenaran melibatkan pertimbangan logis dan rasional
dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai
kebenaran memiliki kadar benar-salah menurut pertimbangan akal pikiran. Nilai kebenaran juga didapatkan melalui pengamatan dan
pembuktian. Tingkah laku dasar manusia dari nilai kebenaran yaitu berpikir
karena tujuan yang dikejar oleh nilai kebenaran adalah pengetahuan objektif yang diambil dari kesimpulan atas sejumlah
fakta kehidupan. Untuk mencapai tujuannya, orang yang menganut nilai ini secara khas mengambil sikap ilmiah. Sikap ini diartikan
sebagai sikap mencari identitas-identitas dan perbedaan- perbedaan. Orang yang menganut nilai ini adalah seorang yang
mampu berpikir secara logis, mencintai kebenaran, dan konsekuen. b.
Nilai Ekonomis Nilai ekonomis berkaitan dengan pertimbangan nilai yang
berkadar untung-rugi. Nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Objek yang ditimbang adalah nilai
dari suatu barang atau jasa. Pertimbangan nilai ekonomis mengutamakan segi kepraktisan
dan kegunaan. Orang yang menganut nilai ini selalu kaya akan gagasan yang praktis dan cenderung kurang memperhatikan
bentuk dari tindakan yang dilakukannya. Sikapnya yang praktis memungkinkan manusia mencapai banyak hal di dalam hidupnya.
c. Nilai Estetik
Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan keharmonisan. Nilai estetik lebih mencerminkan keberagaman
sesuatu. Nilai estetik mengandalkan pada hasil penilaian pribadi seseorang yang bersifat subjektif.
Tingkah laku dasar manusia dari nilai estetik yaitu menikmati keindahan. Nilai estetik mengutamakan pemberian kesan atau
pengaruh pada perasaan. Manusia yang mempunyai nilai ini juga tidak hanya menilai berdasarkan pengalaman dari luar yang
diterima panca indera, melainkan juga oleh jiwanya. Setiap pengalaman dinilai dari segi rahmat, simetri, dan keselarasan.
Manusia yang memiliki nilai estetik menghargai hidup sebagai bagian dari peristiwa.
d. Nilai Sosial
Nilai tertinggi pada nilai sosial adalah kasih sayang antar manusia. Kadar nilai ini bergerak antara kehidupan yang
individualistik dengan yang alturistik. Sikap tidak berpraduga jelek terhadap orang lain, sosiabilitas, keramahan, dan perasaan simpati
dan empati merupakan perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial.
Nilai sosial yang paling ideal dapat dicapai ketika seseorang dengan yang lainnya saling memahami. Sifat utama manusia dari
nilai ini yaitu besar kebutuhannya untuk hidup diantara orang lain
dan mengutamakan kepentingan umum. Nilai sosial banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang yang senang bergaul, suka
berderma, dan cinta sesama manusia. e.
Nilai Politik Nilai tertinggi dalam nilai politik adalah kekuasaan. Kekuatan
merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap pemilikan nilai politik pada diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah
bukti dari seseorang yang kurang tertarik pada nilai politik. Ketika persaingan dan perjuangan menjadi isu yang kerap terjadi dalam
kehidupan manusia, kekuatan menjadi dorongan utama dan berlaku universal pada diri manusia.
Nilai politik bertujuan untuk mengejar kesenangan dan kesadaran akan kekuasaannya sendiri. Yang menjadi dorongan
pokok nilai ini adalah ingin berkuasa. Oleh karena itu, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah
sampai pada pengaruh yang tinggi atau otoriter. Ada kepribadian tertentu yang menonjol pada manusia politis yaitu mereka yang
menginginkan kekuasaan pribadi melebihi segala sesuatu yang lain memiliki pengaruh yang luas maupun popularitas.
f. Nilai Agama
Nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai
ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan.
Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan. Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak
manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara itiqad dengan perbuatan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa enam orientasi nilai yang menjadi rujukan manusia dalam kehidupannya
terdiri dari nilai yang menentukan identitas sesuatu, berupa utilitas atau kegunaan, mencerminkan keberagaman, kasih sayang antar
manusia, kekuasaan, dan bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan.
3. Faktor-faktor Pembentuk Nilai Hidup