36 Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2008
4.2 Letak Geografis
Kecamatan Kampung Rakyat merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sedangkan Desa Teluk panji II merupakan
salah satu desa yang ada di Kecamatan tersebut. Ibu kota Kecamatan kampung Rakyat terletak di daerah Tanjung Medan, sedangkan kantor lurah di Teluk Panji
II terletak di Dusun 2, jarak Ibu Kota Kecamatan Kampung Rakyat dengan Ibu Kota Kabupaten Labuhanbatu Selatan 25 KM dengan luas wilayah 70.915 Ha
sedangkan luas wilyah Desa Teluk Panji II adalah seluas 1021 Ha. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Desa Teluk Panji II adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Teluk Panji III
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Panji I
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan PT SMA Supra
Mitra Abadi Sekretaris Desa
Sarno
Kaur Umum
Iyas h bib
Kaur Keuangan
Junedi Kaur
Pemerintaha n
M
i Kaur Kesra
sarjoko Kaur
Pembangunan Yasiran
Kadus III Wardiono
Kadus II Saliyadi
Kadus I Ali Hasan
Universitas Sumatera Utara
37 Keseluruhan luas lahan kelurahan ini menurut penggunaannya dapat di
lihat sebagai berikut: Tabel 4.1: Luas Lahan Menurut Penggunanya
Penggunaannnya Luas Ha
Tanah sawah Tanah kering
Bangunanpekarangan Lainnya
- 827
172 22
Jumlah 1021
Sumber: Kantor Kepala DesaTeluk Panji II, 2012
4.3 Fasilitas Kelurahan
Fasilitas desa merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.Fasilitas desa merupakan fasilitas umum yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Teluk Panji II
ada beberapa sarana umum yang digunakam warga untuk memenuhi kebutuhan rohani dan jasmaninya yakni:
4.3.1 Fasilitas Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem
Universitas Sumatera Utara
38 pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Keberadaan pendidikan di zaman ini sebagai salah satu bagian untuk mengadaptasikan manusia yang mampu mengembangkan sumber daya manusia
SDM untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui pendidikan, manusia diharapkan memiliki wawasan masa depan yang memberikan
jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Peningkatan sumber daya manusia SDM adalah hal yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat agar dapat mengembangkan potensi dan prestasi
sehingga mampu bersaing di masa depan. Hal ini tentunya menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan peningkatan wawasan secara terus menerus. Meskipun
demikian sarana pendidikan di Desa Teluk Panji II masih sedikit. Hal ini dapat di lihat di tabel 2 yakni sebagai berikut:
Tabel 4.2 :Fasilitas Pendidikan Fasilitas Pendidikan
Negeri Swasta
PAUD SD
SLTP SLTA
MTS 1
1 1
- -
- -
- -
-
Universitas Sumatera Utara
39 Jumlah
3 Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa fasilitas pendidikan di desa Teluk Panji II masih minim. Hal ini terlihat dari belum adanya SLTA Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas di daerah tersebut sehingga membuat anak anak yang ingin mengenyam pendidikan yang lebih tinggi harus sekolah ke desa tetangga yaitu
sidodadi. Sekolah Lanjutan Tahap Atas SLTA dan pendidikan swasta hanya ada di Kelurahan lain. Begitu juga dengan sekolah MTS Madrasah Tsanawiyah
Swata juga belum ada di daerah tersebut sehingga bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anak nya di bidang keagamaan harus menempuh jarak 5km ke
desa sidodadi. Hal ini dikarenakan jarak yang mereka tempuh cukup jauh dan
memerlukan alat transportasi. Padahal tingkat kesejahteraan di desa ini relatif tinggi tetapi karena adanya pemahaman dari orang tua yang menganggap untuk
menjadi seorang petani sawit tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.Walaupun sebagian masyarakat sudah mengenyam pendidikan tingkat tinggi.Rendahnya pendidikan
tentunya sangat berpengaruh dengan peningkatan sumber daya alam manusia dan kualitas hidup masyarakat Teluk Panji II yang berjalan seiring dengan
peningkatan status sosial ekonominya. Dalam upaya mewujudkan peningkatan tersebut, peranan partisipasi masyarakat akan pendidikan perlu ditingkatkan. Akan
tetapi realitas yang ada di wilayah Kecamatan Kampung Rakyat Teluk Panji II tingkat kepedulian anggota masyarakat terhadap pendidikan belum maksimal.
Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat akan pendidikan tidak lepas dari pada cara pandang anggota masyarakat pentingnnya memiliki pemahaman
Universitas Sumatera Utara
40 pendidikan. Rata-rata pendidkan masyarakat Teluk Panji II hanya menammatkan
pendidikan sekolah dasar SD.Kekurangan wawasan keluarga juga tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan generasi yang berikutnya.Karena
kehidupan dalam keluarga memiliki anggapan menjadi petani kelapa sawit tidak harus sekolah yang inggi-tinggi.Di samping itu juga adanya persepsi dari orang
tua yang menanggap lebih baik membantu orang tua dari pada sekolah.Persepsi orang tua tersebut akhirnya menomorduakan pendidikan formal.Menurut para
orang tua yang paling penting adalah bisa mencari nafkah dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, inilah yang menjadi pemahaman umum dari masyarakat.
4.3.2 Fasilitas Kesehatan
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Pengukuran Indek
Manusia IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam undang-unang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting untuk mendapat perhatian. Jika tidak terdapat kondisi kesehatan yang tidak baik, maka akan dapat
menyebabkan ketidakmampuan bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Kondisi umum
kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
Universitas Sumatera Utara
41 lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan
kesehatan di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan di Desa Teluk Panji II dapat di lihat pada tabel di Bawah ini.
Tabel 4.3: Fasilitas Kesehatan
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Berdasarkan tabel 3 bahwa fasilitas kesehatan yang ada di desa Teluk
Panji II sangat minim.Terlihat bahwa di desa ini belum ada Puskesmas kemudian posyandu hanya ada 2 dua buah sedangkan Pustu 1 satu buah. Di desa ini
belum ada apotek dan hanya ada di desa lain, padahal apotek merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar masyarakat dengan mudah mendapatkan obat.
Hanya sarana Posyandu dan Pustu ini saja yang dapat dimanfaatkkan oleh masyarakat Teluk Panji II untuk mengobati berbagai macam penyakit yang di
derita mereka.Sarana kesehatan merupakan tempat yang dikunjungi oleh masyarakat setempat jika mereka mengalami keluhan-keluhan seperti demam,
batuk serta flu. Jika balai pengobatan tersebut tidak mampu menangani penyakit yang tergolong cukup parah maka akan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit
Sarana Kegiatan Jumlah Buah
Puskesmas Posyandu
Pustu Apotek
- 2
1 -
Jumlah 3
Universitas Sumatera Utara
42 yang letaknya di Kotapinang dengan jarak tempuh 45 KM dengan perjalanan 2
dua jam.
4.3.3 Fasilitas Sarana Ibadah
Untuk menunjang aktifitas keagamaan di Desa Teluk Panji II ini telah di bangun fasilitas beribadah.Toleransi dan saling menghargai antar umat beragama
sudah tertanam dalam diri masing-masing warga sehingga sangat jarang terjadi konflik antar agama dan suku di daerah ini. Berikut ini adalah fasilitas ibadah
yang ada di Desa Teluk Panji II: Tabel 4.4:Fasilitas Sarana Ibadah
Fasilitas Rumah Ibadah Jumlah Buah
Mesjid Surau
Musholla Gereja
1 -
10 2
Jumlah 13
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Dari tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa jumlah sarana ibadah yang terdapat
di Desa Teluk Panji II yakni 13 Tiga Belas buah bangunan yang terdiri dari 1 Satu Mesjid, 10 Sepuluh Musholla dan 2 Dua Gereja. Dari tabel terlihat
bahwa Musholla yang paling banyak di bangun di Desa Teluk Panji II ini, karena dari tabel tersebut kita dapat melihat bahwa agama islam merupakan mayoritas di
Desa Teluk Panji II. Namun walaupun demikian mereka tetap menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.Hidup toleransi
dan saling menghargai antar umat beragama di daerah ini terjalin sangat baik
Universitas Sumatera Utara
43 karena saling menghormati kepercayaan yang dianut oleh setiap masing-masing
agama.
4.3.4 Fasilitas Hiburan dan Komunikasi
Sarana hiburan yang terapat di Desa Teluk Panji II berupa Tv dan Handphone sebagai alat komunikasi yang hampir semua penduduk desa memiliki
sarana tersebut. Sarana hiburan Tv merupakan sarana kebutuhan untuk berkumpul bersama keluarga dirumah. Sedangkan Handphone atau telepon genggam
dijadikan alat komunikasi untuk menghubungi sanak saudara, teman kerja serta untuk kepentingan lainnya.
Selain itu jika ada pesta perkawinan, masyarakat tidak lagi menggunakan musik tradisonal yang mereka tampilkan seperti kuda kepang tetapi sudah
menggunakan hiburan keyboard, dan jika ada kemalanagan mereka hanya melakukan semacam perkumpulan seperti kenduri bagi yang beragama islam.
Sarana hiburan tersebut sudah berlangsung lama tanpa ada membeda-bedakan suku diantara mereka.
4.3.5 Fasiilitas Perdagangan
Sarana perdagangan yang mereka memiliki hanya berupa kedai-kedaitoko kelontongan yang bentuknya juga sangat sederhana dan itu merupakan milik
pribadi.Kedaitoko tersebut menjual makanan, minuman, rokok, sendal, obat- obatan dan juga sayur-sayuran seadanya.Sarana perdagangan mereka buat karena
jarak pasar dengan tepat tinggal mereka sangat jauh yang disebut dengan pasar sidodadi yang juga menjual segala jenis kebutuhan mereka.
Universitas Sumatera Utara
44 Tabel 4.5 :Fasilitas Perdagangan
Jenis Perdaganan Jumlah
Pasarpecan Cafe
Kedai Toko
- 2
13 2
Total 17
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Dari tabel 4.5 dapat di jelaskan bahwa pasar yang merupakan salah satu
tempat terjadinya interaksi beragam etnik di desa ini tidak ada. Akan tetapi pasar hanya ada di daerah lain yaitu di sidodadi dengan jarak tempuh 5 KM dari Teluk
Panji II. Pasar tersebut di buka pada hari senin dan jumat yang disebut dengan pekanan.Pada hari-hari tersebutlah banyak masyarakat Desa Teluk Panji II
berbelanja dan berinteraksi dengan sesama warga yang pada saat itu juga sedang berbelanja.Tak jarang mereka sesama warga Teluk Panji II sering berjumpa dan
berteguran di pasar tersebut.Kemudian di Desa Teluk Panji II terdapat 2 dua cafe yang menjual makanan-makanan seperti Bakso, Mie ayam, Pecal dan lain-
lain. Biasanya masyarakat di Desa Teluk Panji II membeli di cafe tersebut
pada malam hari sebagai pengganti makan malam sekaligus bersantai setelah seharian bekerja di ladang. Pada saat itulah terjadi interaksi antar beragam
etnis.Selain cafe yang menjadi tempat terjadinya interaksi secara langsung, kedai dan toko juga merupakan tempat terjadinya interaksi antar beragam etnis. Di desa
Teluk Panji II terdapat 13 tiga belas kedai yang menjual kebutuhan memasak dan 2 tokoh yang menjual kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya fasilitas
perdagangan di Desa Teluk Panji II seperti, cafe, kedai dan toko memudahkan
Universitas Sumatera Utara
45 bagi masyarakat Desa Teluk Panji II untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
membuat hubungan antar etnis semakin harmonis.
4.3.6 Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat daerah Teluk Panji II adalah sepeda motor dan mobil. Walaupun sarana untuk
transportasi belum memadai seperti jalan belum diaspal tetapi sarana transportasi untuk menuju ke kota besar seperti Kotapinang, Medan, Rantau Prapat telah
tersedia yaitu dengan menggunakan bus KPB Kotapinang Baru, CV Sartika dan CV Candra. Tarif untuk jasa transportasi dari Teluk Panji II menuju Medan Rp.
110.000 perorang.Ketersediaan sarana dan prasarana ini menjadikan masyarakat dengan mudah menjangkau kota-kota besar seperti Medan dan Rantau Prapat.
Tabel 4.6 :Fasilitas transportasi Jenis kendaraan
Jumlah Buah Angkutan PenumpangBus
Angkutan barangtruk Mobil pribadi
Sepeda motor 3
5 7
101 Total
116 Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012
Dari table 4.6 dapat dilihat bahwa di Desa Teluk Panji II memiliki sarana transportasi yang lengkap sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
46 perjalanan dalam maupun luar kota. Adapun jenis transportasi yang terdapat di
Desa teluk Panji II yaitu 3 tiga buah bus seperti KPB Kotapinang Baru, CV Sartika dan CV Candra yang merupakan alat transporatsi dengan tujuan
perjalanan menuju Kota Medan yang beroperasi setiap hari dengan jam keberangkatan pukul 08.00 WIB untuk bus CV Sartika. Sedangkan bus KPB
Kotapinang Baru dan CV Candra beroperasi setiap hari mulai pukul 20.00 WIB dari Desa Teluk Panji II menuju Kota Medan. Selain bus, jenis kendaraan lain
yang terdapat di Desa Teluk Panji II yaitu 5 lima buah truk atau angkutan barang, 7 tujuh buah mobil pribadi, dan 101 seratus satu sepeda motor.
Berdasarkan data di atas, dapat kita lihat bahwa masyarakat Desa Teluk Panji II paling banyak menggunkan sepeda motor. Hal ini dikarenakan harga
sepeda motor dapat di jangkau oleh masyarakat dan model pembayarannya bisa dilakukan dengan kredit sehingga meringankan bagi warga Teluk Panji II.
4.4 Karakteristik Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Teluk Panji II ini berjumlah 1.433 jiwa dengan jumlah 367 KK.Jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 747 jiwa, sedangkan
untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 686 jiwa.
4.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Di Anut
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di tengah perbedaan.Perbedaaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup
rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat dinamis, humanis dan
Universitas Sumatera Utara
47 demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan bawah
sehingga kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakandinikmati oleh kalangan-kalangan atasorang kaya saja.
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah
bangsa, pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu
tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Sebagai usaha untuk menanamkan sesuatu yang mendasar bagi terwujudnya stabilitas dan ketahanan nasional maka pembinaan kerukunan antar
umat beragama telah ditanamkan secara teknis melalui kebijakan pemerintah sehingga umat beragama hidup secara rukun, dan saling menghormati sesama
umat beragama. Komposisi penduduk berdasarkan jumlah agama yang dianut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 :Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Agama Yang Di Anut Agama
F Islam
Kristen Protestan Kristen Katolik
Hindu Budha
1289 101
43 -
- 90
7 3
Universitas Sumatera Utara
48 Jumlah
1433 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Bedasarkan tabel 4.7 dapat diihat bahwa agama yang paling banyak di
anut di daerah ini adalah agama islam dengan jumlah 90 . Agama ini banyak dianut oleh Etis Jawa dan Mandailing serta Sunda. Hal ini dikarenakan Etnis Jawa
dan Sunda merupakan etnis yag pertama menduduki daerah ini. Sedangkan Kristen Protestan berjumlah 7 serta sebanyak 3 menganut agama Kristen
Katolik.
4.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian di daerah pedesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga yang bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah
pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.Berikut ini adalah tabel komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel4.8: Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata Pencaharian
F Jumlah
Pertanian Industri
PNSTNIPOLRI Lainnya
1166 165
40 62
81,33 11,51
2,81 4,35
Jumlah 1433
100 Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa masyarakat di Desa Teluk Panji II bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 81,33, bekerja di bidang Industri
Universitas Sumatera Utara
49 sebanyak 11,51, PNSTNIPOLRI sebanyak 2,81, kemudian di bidang lain-
lainnya sebanyak 4,35 berdasarkan data tersebut terlihat bahwa mayoritas masyarakat desa teluk panji II bekerja sebagai petani. Hal ini dikarenakan Desa
Teluk Panji II merupakan desa transmigrasi dimana setiap kepala keluarga dahulunya diberikan lahan sebanyak 2 dua hektar lahan sawit oleh pemerintah
sehingga untuk memenuhi kebutuhan hiupnya sehari-hari masyarakat Desa Teluk Panji bergantung kepada hasil sawitnya.
4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik
Berikut ini adalah tabel komposisi desa teluk panji II berdasarkan kelompok etnik. Tabel 4.9 :Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik
EtnikSuku F
Jawa Mandailing
Sunda Batak Toba
Lain-lain 975
186 129
143 29
62 15
11 10
2 Jumlah
1433 100
Universitas Sumatera Utara
50 Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa kelompok etnis yang paling banyak jumlahnya adalah Etnis Jawa yaitu sebanyak 70. Sedangkan kedua
komposisi penduduk yang banyak berdasarkan etnis yaitu Mandailing sebanyak 15, yang ke tiga Etnis Sunda sebanyak 5 dan yang ke empat Etnis Batak Toba
sebanyak 3. Walaupun penduduk di Desa Teluk Panji II mayoritas Etnik Jawa namun hubungan sosial yang terjadi antara etnis baik Etnis Mandailing, Sunda
dan Batak Toba terjalin sangat harmonis di dalam kehidupan sehari-hari.
4.4.4 Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, Datang dan Pergi
Jumlah penduduk di Desa Teluk Panji II selalu berubah terkadang pada periode tertentu bertambah dengan cepat, tetap, dan terkadang
berkurang.Penduduk di Desa Teluk Panji II dapat bertambah dengan cepat jika kesadaran masyarakat akan kualitas penduduk masih kurang, atau oleh karena
meningkatnya desakan tingkat ekonomi masyarakat dan fasilitas kesehatan sehingga mengalami pertumbuhan alami secara cepat. Pertumbuhan penduduk
yang cepat dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya sarana dan prasarana suatu daerah sehingga banyak penduduk dari daerah lain berdatangan. Penduduk
dapat berjumlah tetap jika penduduk yang datang dan pergi, atau penduduk yang lahir dan mati pada suatu wilayah dalam jumlah yang sama. Penduduk dapat
berkurang jika penduduk yang pergi dan mati lebih besar dari pada penduduk yang datang dan lahir.Oleh karena itu, jumlah penduduk Desa Teluk Panji II harus
selalu dicatat dan di data tingkat perubahannya.Berikut adalah tabel data
Universitas Sumatera Utara
51 penduduk yang lahir, mati, datang dan pergi di Desa Teluk Panji II pada tahun
2014. Tabel 4.10 :Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, Datang dan Pergi
Jenis Jumlah Jiwa
Lahir Mati
Datang Pergi
4 2
5 1
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Berdasarkan tabel 4:10 dapat diketahui jumlah penduduk yang lahir pada
tahun 2014 yaitu sebanyak 4 empat jiwa, sedangkan penduduk yang mati pada tahun 2014 sebanyak 3 tiga jiwa dan penduduk yang datang di tahun 2014
sebanyak 5 lima jiwa sedangkan yang pergi senyak 1 satu jiwa. Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang lahir lebih banyak dari
pada penduduk yang mati, begitu juga dengan penduduk yang datang dari pada penduduk yang pergi. Banyaknya penduduk yang datang ke Desa Teluk Panji II
dari daerah lain seperti dari Rantau Prapat, Kisaran dan Bagan Batu disebabkan oleh semakin membaiknya infrastuktur Desa Teluk Panji II.
4.4.5 Persentase Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut Status Pendidikan
Setiap warga negara yang berusia 7 sampai 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar pasal 6 UU No. 20 tahun 20030. Berdasarkan data Di Kantor
Universitas Sumatera Utara
52 Kepala Desa Teluk Panji II persentase penduduk usia 7 sampai 15 tahun menurut
status pendidikannya dapat dilihat pada tabel 11 berikut: Tabel 4.11: Persentase Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut Status Pendidikan
Status pendidikan Jumlaah
Sekolah Tidak sekolah
88,14 11,86
Jumlah 100.00
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat kualitas Sumber Daya Manusia
SDM yang terkait dengan status pendidikan yang berusia 7 sampai 15 tahun yang bersekolah baik tingkat Sekolah Dasar SD dan Sekolah Tingkat Pertama
SMP berjumlah 88,14 . Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 7 sampai 15 tahun yang tidak sekolah yaitu
berjumlah 11,86.
4.4.6 Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut Status Pendidikan
Keberhasilan pembangunan Teluk Panji II di tentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan
kualitas sumber daya manusia tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus di upayakan, di mulai dengan membuka kesempatan
seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk
Universitas Sumatera Utara
53 mengetahui seberapa banyak penduduk Teluk Panji II yang mengenyam
pendidikan pada usia 16 sampai 18 dapat dilihat pada tabel 12 berikut: Tabel 4.12.Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut Status Pendidikan
Status pendidikan Jumlah
Sekolah Tidak sekolah
92.00 8.00
Jumlah 100.00
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui angka pendidikan pada penduduk
usia 16 sampai 18 tahun yang bersekolah sebanyak 92 . Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak bersekolah yaitu berjumlah
8.
4.4.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Status Pekerjaan
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang penting untuk dibahas karena sebagai salah satu indikator pembangunan ekonomi.Kondisi ketenagakerjaan yang
baik berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Permasalahan ketenagakerjaan yang masih menjadi hambatan di Indonesia diantaranya adalah
tingginya tingkat pengangguran, rendahnya kualitas tenaga kerja, pekerja dibawah umur dan lain sebagainya.Terkait dengan tenaga kerja, partisipasi penduduk
Universitas Sumatera Utara
54 dalam dunia kerja harus didukung oleh kualitas sumber daya manusia SDM
yang memadai.Berikut adalah data penduduk Desa Teluk Panji II yang berumur 15 tahun keatas menurut status pekerjaan.
Tabel 4.13 :Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Status Pekerjaan
Status pekerjaan Jumlah
Bekerja Tidak tidak bekerja
67,65 32,35
Jumlah 100.00
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012 Dapat dilihat pada tabel 4.13 bahwa jumlah penduduk yang berumur 15
tahun keatas menurut status pendidikan sebanyak 67,65 sudah bekerja. Kemudian jumlah penduduk yang tidak bekerja pada usia 15 tahun keatas
menurut status pekerjaannya berjumlah 32,25 .
4.5 Profil Informan
1. Informan Pertama Kepala Desa Teluk Panji II
Nama : Aminuddin
Usia : 58 Tahun
Etnik : Sunda
Pekerjaan : Kepala Desa
Pendidikan Terakhir: STM Jenis Kelamin : Laki-Laki
Universitas Sumatera Utara
55 Bapak Aminuddin adalah seseorang yang berperan dalam membangun
Desa Teluk Panji II dan merupakan salah satu tokoh masyarakat yang di percaya untuk menjadi kepala desa di desa ini.Pak Aminuddin menjabat sebagai kepala
desa selama dua periode dimana periode pertama Pak Aminuddin menang dalam pemilihan kepala desa pada tahun 2002-2008 dan kembali menang tahun 2008-
2014. Pak Aminuddin sudah menetap di desa ini selama 24 tahun dan
mempunyai seorang istri bernama muyasaroh yang beretnis sunda. Mereka sudah di karuniai 4 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki dan semuanya
sudah berumah tangga.Diantara 6 orang anaknya ada yang melakukan perkawaninan campuran amalgamasi yaitu dengan Etnis Mandailing dan Jawa
sedangkan ang lainnyamenikah dengan sesama etnis yaitu sunda. Sebagai seorang kepala desa yang berhubungan langsung dengan
masyarakat tak jarang Pak Aminuddin menghadapi warga yang beragam etnis baik dalam masalah pengurusan KTP, KK, SKTM dan lain-lain. Hal ini membuat
Pak Aminuddin banyak tahu tentang etnis yang ada di desa ini di tambah lagi lingkungan sekitar rumah Pak Aminuddin bertetanggaan dengan Etnis Mandailing
dan Etnis Jawa. Sebagai seorang kepala desa, Pak Aminuddin memberikan contoh kepada
warganya untuk bisa saling menghargai antar etnik yang berbeda, walaupun sebagai kepala desa, tidak jarang Pak Amnuddin berkumpul di warung-warung
bersama masyarakat Desa Teluk Panji II untuk mengobrol-ngobrol santai di sela waktu luangnya. Bagi Pak Aminuddin seorang kepala desa selain harus bisa
memipin warganya ia juga harus bisa berhubungan dekat dengan warga di
Universitas Sumatera Utara
56 desanya. Baginya seorang kepala desa sama saja dengan warga biasa tanpa harus
selalu duduk dengan orang-orang atau pejabat-pejabat desa. Hal ini lah yang membuat Pak Aminunddin di senangi oleh warga Desa Teluk Panji II, sehingga ia
menjabat sebaga kepala desa Teluk Panji II selama 2 dua periode. Dalam berhubunngan sehari-hari, walaupun Pak Aminuddin beretnis sunda, namun
dalam berinteraksi ia tidak pernah membeda-bedakan etnis yang beragam tersebut. Bagi Pak Aminuddin semua etnis adalah teman dekat Pak Aminuddin.
2. Informan Kedua Warga Teluk Panji II
Nama : Amran Harahap
Usia : 45 Tahun
Etnik : Batak Mandailing
Pekerjaan : Guru PNS
Pendidikan Terakhir: S1 Pendidikan Jenis Kelamin : Laki-laki
Pak Amran adalah seorang guruSD di Desa Teluk Panji II. Ia mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris. Dalam aktifitas nya sehari hari sebagai seorang
guru informan ini sudah terbiasa bergaul dengan guru-guru yang beretnis lain dan menghadapi anak-anak yang beragam etnis yang tentunya berbeda-beda
perilakunya. Dalam mengajar di kelas informan ini juga sering memberikan arahan kepada murid-muridnya agar tidak berteman memandang antar suku yang
Universitas Sumatera Utara
57 satu dengan yang lain dan untuk tidak saling mengolok-olokkan yang bersifat
menyinggung sara. Pak Amran sudah 18 tahun tinggal di Desa ini dan banyak mengerti
tentang kondisi desa tersebut. Beliau mempunyai seorang istri yang bernama Nursayida Ritonga yang beretnis Mandailing. Mesikipun beliau sudah
berumahtangga selama 15 tahun tetapi mereka belum dikarunia seorang anak oleh sang pencipta. Namun mereka tetap sabar dalam mengarungi rumah tangganya
dan hidup bahagia penuh canda. Meskipun beliau beretnis Mandailing tetapi beliau sangat lancar berbahasa
Jawa dan Sunda. Hal ini di karenakan beliaubertetangga dengan Etnis Jawa dan Sunda. Di mana sebelah kanan rumah beliau bertetangga dengan Etnis Jawa,
sebelah kiri rumah beliau juga bertetangga dengan Etnis Jawa dan depan rumah beliau betetangga dengan Etnis Sunda. Informan ini mengatakan ketika ia
berkomunikasi dengan Etnis Mandailing ia juga menggunakan bahasa Mandailing, dan ketika ia berkomunikasi dengan Etnis Jawa ia menggunakan
bahasa Jawa, begitu juga ketika ia berinteraksi dengan Etnis Sunda, ia juga menyesuaikan dengan mereka lawan bicaranya yaitu dengan menggunakan bahasa
Sunda. Walaupun ia tidak terlalu lancar berkomunikasi dengan bahasa etnis lain, tapi ia mengerti karena ia sudah terbiasa berkomunikasi dengan masyarakat yang
berbeda etnis dengannya. Banyak hal yang menunjukkan hubungan antar etnis di Desa Teluk Panji
II terjalin harmonis, baik dalam hal perayaan pesta perkawinan maupun dalam hal kemalangan dimana masyrakat dengan agama yang berbeda dan etnis yang
berbeda akan berbondong-bondong menjenguk jika salah seorang warga di sekitar
Universitas Sumatera Utara
58 mereka tertimpah musibah dan kemalangan. Inilah suatu bentuk hubungan
harmonis yang terjadi sampai saat ini di Desa Teluk Panji II.
3. Informan Ketiga Ketua KUD Teluk Panji II
Nama : Suheri
Usia : 40 Tahun
Etnik : Jawa
Pekerjaan : Ketua KUD
Pendidikan Terakhir: SMEA Jenis Kelamin : Laki-laki
Pak Suheri adalah salah seorang warga Desa Teluk Panji II yang melakukan perkawinan campuran Amalgamasi dengan etnik Batak Mandailing.
Saat ini ia sudah berusia 40 tahun, dan sudah banyak mengetahui kejadian- kejadian yang terjadi di Desa Teluk Panji II. Istrinya yang bernama Sahnawati
Pulungan saat ini berusia 39 tahun dan ia bekerja sebagai guru PNS di salah satu sekolah di Desa Teluk Panji II. Mereka memiliki 3 tiga orang anak, diantara nya
2 dua orang anak laki-laki dan 1 satu orang anak perempuan di mana semua anaknya masih sekolah.
Pak Suheri atau yang sering disapa Pak Heri sangat mengenal tetangga bahkan seluruh masyarakat Desa Teluk Panji II dengan baik dan benar, baik itu
Etnik Jawa, Batak Toba, Sunda dan Mandailing. Pak Heri bertetangga dengan
Universitas Sumatera Utara
59 beragam etnisdi mana sebelah kanan rumah beliau bertetangga dengan Etnis Jawa
Batak toba, sebelah kiri rumah beliau juga bertetangga dengan Etnis Jawa dan depan rumah beliau betetangga dengan Etnis Mandailing dan Jawa. Etnis yang
sangat akrab dengan Pak Heri dalam kehidupan sehari-harinya dominan Etnis Jawa, walaupun begitu Pak Heri Tidak Pernah Membeda-bedakan antara etnis
yang satu dengan etnik lainnya,baik Etnis Jawa, Sunda, Batak Toba, maupun Mandaling. Hubungan interaksi kesemua etnis tersebut tetap berjalan dengan baik
dan tidak ada indikasi ada sesuatu yang kurang bagus. Pak Heri sudah 20 tahun tinggal di Desa Teluk Panji II dan sekarang
bekerja sebagai ketua KUD Koperasi Unit Desa di desa tersebut. Sebagai seorang pimpinan koperasi beliau banyak mengerti berbagai bahasa karena hampir
setiap hari melayani masyarakat yang beragam etnis yang ada di DesaTeluk Panji II dan beliau sudah banyak mengerti dan tahu kondisi masyarakat di desa ini.
Beliau juga sering dihadapkan dengan masyarakat yang berbagai etnis ketika berbelanja ke KUD, karena KUD merupakan koperasi milik bersama masyarakat
Teluk Panji II. Siapapun boleh berbelanja di KUD tanpa memandang perbedaan etnis yang penting asalkan warga Teluk Panji II.
Meskipun iaberetnis Jawa tetapi Pak Heri dapat mengerti bahasa Mandailing saotik-saotik yang artinya sedikit-sedikit hal ini dikarenakan Pak Heri
mepunyai seorang istri beretnik Mandailing. Orang-orang mengatakan sebenarnya ia kurang sedikit menjiwai saja sehingga sulit untuk mengatakan tetapi arti nya
mengerti. Pak Suheri jika mendapat undangan oleh etnis lain ia akan menghadirinya karena undangan itu adalah suatu kehormatan untuk kita begitu
juga apabila ada kemalangan pada etnis lain, ia juga turut hadir untuk menjenguk
Universitas Sumatera Utara
60 musibah tersebut. Dengan adanya hubungan yang baik di antara etnis dan tidak
pernah terjadi konflik dapat menyatukan mereka dan etnis di daerah ini saling menghargai satu sama lainnya.
4. Informan keempat Tokoh Adat Batak Mandailing
Nama : Sahrial Harahap
Usia : 44 Tahun
Etnik : Batak Mandailing
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SMP Jenis Kelamin : Laki-laki
Pak Sahrial merupakan penduduk pendatang dari Sumatera Utara yaitu dari Tapanuli Selatan. Awal menetapnya Pak Sahrial di desa ini karena sulitnya
mencari pekerjaan di Tapanuli Selatan sehingga ia memutuskan untuk merantau mencari pekerjaan di Desa Teluk Panji II ini. Setelah 11 sebelas tahun ia
menetap di Desa Teluk Panji II dan bekerja sebagai sopir pengangkut sawit akhirnya ia meminang salah seorang warga di Desa Teluk Panji yang
beretnisJawa atas nama Sulastri. Saat ini beliau mempunyai 5 orang anak dan 3 diantaranya sedang bekerja sedangkan 2 lagi masih sekolah.
Selain sebagai tokoh adat Pak sahrial juga sebagai ketua Parsadaan Batak Tapanuli di Desa Teluk Panji II. Beliau sangat dekat dengan etnis lain seperti
Batak Toba, Sunda dan Jawa. Pak Sahrial sudah terbiasa dan bergaul dengan berbagai etnis yang ada di desa ini. Beliau sangat memahami kondisi lingkungan
yang ada di desa ini. Selain itu juga Pak Sahrial bertetangga dengan Etnis Jawa
Universitas Sumatera Utara
61 yang berada di belakang rumahnya, Etnis Batak Toba yang berada tiga rumah dari
rumahnya. Organisasi Parsadaan Batak Tapanuli yang dipimpin beliau tidak hanya
beranggotakan Etnis Batak Toba dan Mandailing saja melainkan sudah beraneka ragam etnik seperti Etnik Sunda dan Jawa yang masuk di organisasi ini. Dengan
adanya organisasi PBT, masyarakat yang beragam etnis dapat berkumpul dan saling berinteraksi sehinggga dapat menimbulkan hubungan yang harmonis dan
baik.Hal ini berlanjut dengan adanya perkawinan campuran amalgamasi antar Etnis Mandailing dengan Etnis Jawa dan Sunda. Perkawinan campuran yang
dilakukan anggota dari Parsadaan Batak Tapanuli menyebabkan terjadi perkumpulan beragam etnis di organisasi tersebut, yang menggambarkan bahwa
Desa Teluk Panji II masyarakatnya hidup harmonis dan tentram tanpa
memandang perbedaan suku yang satu dengan suku lainnya.
Jika ada undangan pesta perkawinan Pak Sahrial wajib menghadirinya karena bagi Pak Sarial undangan itu merupakan suatu kehormatan bagi dirinya.
Dalam pesta tersebut Pak Sahrial tidak jarang bertemu dengan etnik lain dan mereka saling berinteraksi tegur sapa dan bersenda gurau. Begitu pula bila terjadi
kemalangan pada etnislain Pak Sarial juga turut datang dan aktif membantu apa- apa yang diperlukah ahli bait. Sudah 20 tahun lebih Pak Sahrial berinteraksi
dengan masyarakat Teluk Panji II dan ia merasakan hidup yang sangat damai dan tentram serta harmonis tanpa adanya konfilk-konflik apa lagi yang berkaitan
dengan konflik suku.
5. Informan Kelima Warga Teluk Panji II
Universitas Sumatera Utara
62 Nama
: Abdul Wahab Simanjuntak Usia
: 50 Tahun Etnik
: Batak Toba Pekerjaan
: Petani PendidikanTerakhir : SMP
Jenis Kelamin : Laki-laki Pak Abdul Wahab Simanjuntak yang kerap di panggil Pak Juntak adalah
seorang petani sekaligus penjual jajanan anak-anak di sekolah yang berdekatan dengan rumahnya. Informan ini sudah berkeluarga memiliki istri yang beretnis
Mandailing dan telah memliki 4 orang anak yang masih sekolah. Dalam kehidupan sehari-harinya Pak Juntak berada diantara beragam etnis seperti Etnis
Batak Toba, Jawa, Batak Mandailing dan Sunda. Informan ini banyak mengetahui kondisi sosial warga Desa Teluk Panji II karena sudah menetap selama 17 tahun
lamanya. Pak Juntak juga sangat suka berinteraksi dengan etnis lain seperti
Mandailing, Jawa dan Sunda. Ini di buktikan oleh beliau dengan mendirikan rumah tidak berpagar sehingga tidak tampak berbatas. Kondisi rumah beliau
bertetanggaan dengan Etnis Mandailing dan Jawa. Pak Juntak merupakan salah satu warga masyarakat yang sangat menikmati adanya keberagaman suku di Desa
Teluk Panji II, sehingga walaupun ia beretnis Batak Toba namun ia mengerti bahkan mampu berbahasa lainnya seperti bahasa Jawa, maupun Sunda.
Dalam berinteraksi sehari-hari Pak Juntak menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia ketika ia dihadapkan dengan 3 tiga suku sekaligus,
misalnya ketika ia sedang berada diantara warga yang beretnis Jawa, Sunda dan
Universitas Sumatera Utara
63 Batak Mandailing maka ia menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi
agar menghindari terjadinya kesalahpahaman, namun jika ia sedang berhadapan dengan salah satu warga Teluk Panji II yang beruku Jawa, maka Pak Juntak
Menggunakan Bahasa Jawa, meskipun Pak Juntak beretnis Batak Toba. Begitu juga ketika ia sedang berinteraksi dengan salah seorang yang beretnis Batak, maka
ia akan menggunakan bahasa Batak. Hal itulah yang mencerminkan bahwa Pak Juntak adalah salah seorang warga Desa Teluk Panji II yang mempunyai sikap
saling toleransi. Hal lain yang menunjukkan adanya sikap saling toleransi yaitu ketika
salah seorang warga Desa Teluk Panji II memberikan makanan kepada Pak Juntak, ia tidak pernah menolak pemberian dari tetangganya tersebut, ia merasa
itu adalah rezeki yang tidak boleh di tolak sekalipun yang memberikan adalah warga Desa Teluk Panji II yang bukan seagama dengannya namun ia tetap
menerimanya.Bukan hanya Pak Juntak saja yang memiliki sikap penuh toleransi tetapi warga Desa Teluk Panji II lainnya juga memliki sikap toleransi dan saling
memahami antar warga yang berbeda etnis, hal ini di tunjukkan dalam hal pemberian makanan, warga yang beragama Kristen sudah memahami bahwa
agama islam dan kristen berbeda akidah, sehingga warga Desa Teluk Panji II yang beragama Kristen jika ingin memberikan makanan maka yang diberikan tidak
dalam bentuk makanan yang sudah jadi atau siap makan, tetapi memberikan dalam bentuk bahan makanan mentah seperti ubi, pisang, sayuran dan lain
sebagainnya. 6.
Informan Keenam Warga Teluk Panji II
Nama : Niswan
Universitas Sumatera Utara
64 Usia
: 40 Tahun Etnik
: Jawa Pekerjaan
: Petani Pendidikan Terakhir : SD
Jenis Kelamin : Laki-laki Sudah 10 tahun lebih Pak Niswan berinteraksi di desa ini.Pak Niswan
menganggap mereka sudah seperti saudara kandung yang dilahirkan dari ibu pertiwi yang bernama Indonesia. Pak Niswan menikah dengan Etnis Jawa yang
bernama Saryati. Beliau memiliki 2 orang anak di antaranya 1 anak laki-laki dan 1 lagi anak perempuan dan keduanya sedang menyenyam pendidikan. Walaupun
sebagai seorang warga yang biasa saja tetapi Pak Niswan banyak mengetahui kondisi masyarakat disini. Beliau juga banyak bergaul dengan sesama petani yang
beretnis Batak Toba, Sunda dan Mandailing. Pak Niswan sebagai seorang petani sangat mengenal tetangganya dengan
baik karena tetangga-tetangga yang di sekitar rumahnya bekerja sebagai petani juga.Tetangga Pak Niswan beragam ragam etnis seperti Etnik Mandailing yang
berada di belakang rumah Pak Niswan dan Etnis Sunda berada di samping rumah Pak Niswan. Dengan kondisi lingkungan yang hidup berbaur Pak Niswan
beranggapan bahwa semua etnis menjadi teman akrabnya tanpa membeda bedakan etnis yang satu dengan etnis yang lain karena menurut pak Niswan
memebeda-bedakan itu tidak bagus danakan menimbulkan perpecahan. Di desa ini tidak pernah ada konflik atau masalah, kalau pun ada hanya
masalah-masalah kecil dan dapat diselesaikan oleh masing masing yang bersangkutan.Hal-hal seperti ini jarang terjadi kalau pun terjadi itu hanya terjadi
Universitas Sumatera Utara
65 antar sesama etnis seperti Etnis Jawa dengan Jawa, Mandailing dengan
Mandailing sehingga mudah diselesaikan.Pak Niswan tidak pernah melarang anak nya untuk mencari pasangan hidupnya baik itu Etnis mandailing, Sunda asalkan
satu akidah.Karena yang menjalankan hidup nantinya mereka, Pak Niswan sebagai orang tua hanya bisa meretui saja.
Walaupun Pak Niswan bersuku Jawa tetapi Pak Niswan sedikit bisa berbahasa Batak.Pak Niswan juga aktif bermasyarakat dengan menghadiri
undangan pesta pernikahan dari warga yang mengadakan pesta.Karena kebiasaan di desa ini sudah seperti itu.Jika ada tetangga atau satu lingkungan kita
mengadakan pesta wajib datang serta aktif membantu apa yang bisa dibantu. Menurut pandangan Pak Niswan adat yang dominan digunakan di Desa Teluk
Panji II ini yaitu Adat Jawa dan Batak Mandailing.Tak jarang juga Etnis Jawa ketika mengadakan pesta menggunakan Adat Mandailing seperti upa-upa begitu
juga Etnis Mandailing yang tak jarang menggunakan Adat Jawa ketika pesta seperti mengadakan hiburan kuda kepang jarkep.
7. Informan Ketujuh Tokoh Agama
Nama : Madi
Usia : 48 Tahun
Etnik : Jawa
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SMEA Jenis Kelamin : Laki-laki
Di Desa Teluk Panji II terdapat beberapa tokoh agama salah satunya bernama Pak Madi.Pak Madi merupakan penduduk transmigrasi dari Jawa dan
Universitas Sumatera Utara
66 sudah 20 tahun bertempat tinggal di desa ini. Dahulunya ia bekerja sebagai petani
akan tetapi usianya semakin tua dan membuat ia berhenti untuk bertani dan memilih untuk beristirahat dirumah dan mendalami ilmu agamanya. Pak Madi
sangat dikenal dan akrab dengan etnia lain yang berada dilingkungannya, ramah dan saling bertegur sapa dengan etnis yang lain merupakan ciri khas dari ayah 4
anak ini. Hidup di Teluk Panji merupakan suatu ke syukurannya atas allah SWT karena desa ini desa yang sejuk dan indah serta kaya akan sumber daya alamnya
ditambah lagi masyarakatnya yang hidup sederhana, rukun, akur, tentram, damai dan harmonis.
Sudah 20 tahun lebihberdomisili di Desa Teluk Panji II beliau bertetangga dengan Etnis Jawa dan Etnis Sunda. Sebagai seorang tokoh agama setiap hari
jumat sore beliau mengisi pengajian dan tak lupa beliauselalu mengingatkankepada umat nya untuk saling bertoleransi serta saling menghargai
antar umat beragama serta hidup harmonis ditengah perbedaan yang ada. Keharmonisan yang terjadi di Desa Teluk Panji II ini tentunya tak luput
dari peran tokoh agamanya masing-masing yang selalu mengajarkan kepada umat nya untuk saling bertoleransi serta saling menghargai antar umat
beragama.Walaupun semua etnis hidupnya membaur tidak ada perbedaan- perbedaan yang terjadi yang menganggap sukunya lebih baik. Sebenarnya
masyarakat di desa ini sangat jauh dari konflik karena sudah merasa sekeluarga dan datang ke desa ini secara bersama-sama walaupun berbeda-beda waktunya
dan itu pun hanya beda beberapa hari saja. Oleh sebab itu, tidak jarang Etnis Batak sangat lancar berbahasa Jawa maupun barbahasa Sunda begitu juga
sebaliknya dengan etnis Jawa dan Sunda, mereka sedikit mengerti bahasa Batak
Universitas Sumatera Utara
67 Toba dan Mandailing. Pak Madi mengatakan sebagai seorang tokoh agama ia
akan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat seperti menghadiri pesta perkawinan dan membantu orang yang sedang sakit atau menjenguknya dan
apabila ada yang meninggal dunia ia juga melihatnya dan mendoakannya.
8. Informan Kedelapan Warga Teluk Panji II
Nama : Mahyuddin Siregar
Usia : 44 Tahun
Etnik : Batak Mandailing
Pekerjaan : Petani dan Peternak
Pendidikan Terakhir : SMP Jenis Kelamin : Laki-laki
Pak Mahyuddin yang akrap dipanggil dengan Udin merupakan seorang peternak kambing yang telah tinggal di Teluk Panji II selama 15 tahun lamanya.
Beliau mempunyai 1 orang istri yang beretnis Mandailing dan telah memiliki 3 orang anak perempuan yang semuanya masih sekolah. Selain sebagai seorang
peternak kambing Pak Udin juga bekerja sebagai bertani.Pak Udin menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMP. Pak Udin ini memiliki ciri kulit sawo matang,
Universitas Sumatera Utara
68 tinggi, dan sedikit gemuk, namun ia masih kelihatan muda karna masih berusia 42
tahun. Pak Udin merupakan orang yang memiliki pengetahuan yang luas dalam
berbagai hal termasuk memahami kondisi masyarakat Teluk Panji II yang multi etnis. Hal ini di karenakan ia suka bergaul dengan tetangga-tetangga serta
keaktifannya bermasyarakat di Desa Teluk Panji II. Karena pengetahuannya yang luas dan keaktifannya bermasyarakat Pak Udin mampu menguasai berbagai
macam bahasa seperti bahasa Jawa, Sunda, Batak Toba dan Nias sehingga memudahkan ia untuk berinteraksi dengan etnis lain. Di tambah lagi beliau
bertetangga dengan Etnis Jawa yang berada disekeliling rumahnya. Selain menguasai berbagai macam bahasa, Pak Udin juga sangat aktif
dalam bermasyarakat. Hal ini terlihat apabila ada seorang warga Teluk Panji II atau tetangganya sedang mengadakan pesta ia turut membantu dan berpartisipasi
seperti memasak, menyebarkan undangan dan lain sebagainya. Karena keaktifannya di masyarakat, tidak jarang Pak Udin setiap ada pesta atau acara
selalu di undang dan ia wajib menghadiri undangan tersebut tanpa melihat perbedaan suku. Hal yang membuat Pak Udin senang tinggal di Teluk Panji II
yaitu karena rasa toleransi antar umat beragamanya sangat tinggi sekali. Banyak kawan banyak rezki, selogan ini telah tertanam dalam diri ayah 3
anak ini. Tidak jarang tetangga-tetangganya serta masyarakat Teluk Panji II meminta bantuan kepadanya bahkan diluar dari Desa Teluk Panji II pun meminta
bantuannya. Contohnya dalam menyebarkan undangan, aktif dalam pesta sehingga tidak jarang pula ia mendapat ucapan terimakasih berupa uang walaupun
ia tidak memintanya.
Universitas Sumatera Utara
69 9.
Informan kesembilan Tokoh adat Batak toba Nama
: Nirbun Simanjuntak Usia
: 55 Tahun Etnik
: Batak Toba Pekerjaan
: Petani Pendidikan Terakhir : SMA
Jenis Kelamin : Laki-laki Selain Etnik Mandailing, Etnik Batak Toba juga mempunyai tokoh adat
yaitu Pak Nirbun Simanjuntak yang pekerjaan sehari-harinya sebagai seorang petani dan pekerjaan sampingannya adalah pedagang. Pak Nirbun yang kerap di
sapa Pak Juntak mempunyai seorang istri yang bernama Ibu Lela yang beretnis Batak Toba dan telah mempunyai 6 enam orang anak. Dua diantaranya sudah
menikah dengan Etnik Batak Toba juga sedangkan 4 orang lagi sedang bekerja. Di dalam kehidupan sehari-harinya Pak Juntak dikenal sebagai salah
seorang yang pandai bermasyarakat, hal ini dibuktikan dengan sikapnya yang ramah, suka menolong dan tidak pernah membeda-bedakan antara etnik satu
dengan etnik lainnya.Sebagai seorang ketua adat Pak Juntak sangat mengenal etnik-etnik apa saja yang berada di Teluk Pani II seperti Etnik Batak Mandailing,
Sunda, Jawa danBatak Toba. Pak juntak menganggap semua etnik merupakan teman akrabnya dan tidak ada dibeda-bedakan semuanya sama seperti semboyan
Binneka tunggal ika walaupun berbeda-beda tetap satu juga. Walaupun Pak Juntak menganggap semua etnik menjadi teman akrabnya
tetapi Pak Juntak senang melihat Etnis Sunda yang dianggapnya mereka itu tekun dan rajin dalam beraktifitas. Hal ini beliau katakan karena ia sudah 23 tahun
Universitas Sumatera Utara
70 berada didesa ini dan sudah sangat mengenal karakter masyarakat Desa Teluk
Panji II.Meskipun Desa Teluk Panji II mayoritasEtnik Jawa, tidak menghalangi Pak Juntak untuk berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya.
Lingkunngan tempat tinggal Pak Juntak dikelilingi oleh tetangga yang beretnik Jawa dan Sunda, namun hal itu tidak menjadi suatu penghalang Pak Juntak untuk
dapat melakukan hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya. Pak Juntak menerapkan dalam kehidupannya bahwa meskipun berbeda-beda etnis namun kita
adalah bersatu, hal ini juga diterapkannya kepada istri serta anak-anaknya. Sebagai seorang kepala adat beliau wajib memberikan contoh yang baik
kepada masyarakat Desa Teluk Panji II. Pada saat pesta Pernikahan anaknya beliau memberikan contoh secara tidak langsung kepada masyarakat Desa Teluk
Panji II, dimana pesta pernikahannya dilakukan didua rumah sekaligus yaitu rumah Pak Juntak digunakan untuk menyediakan makanan-makanan khusus
untuk warga Desa Teluk Panji II yang beretnik Batak Toba, dan rumah tetangga Pak Juntak yang beretnis Jawa digunakan untuk memasak makanan untuk warga
Desa Teluk Panji II yang beretnis Jawa, Sunda dan Mandailing. Hal ini dilakukan Pak Juntak karena ia sangat memahami dan menghargai perbedaan etnik di Desa
Teluk Panji II, pemisahan dalam hal menyediakan makanan tersebut bukan berarti pemisahan antara etnik yang satu dengan yang lainnya, pemisahan dalam
memasak makanan tersebut justru membuat warga Desa Teluk Panji II dapat berkumpul menjadi satu ketika suatu acara pesta perkawinan dilakukan, tanpa
apapun yang menghalangi untuk datang ke pesta pada saat Etnis Batak Toba mengadakan Pesta.
Universitas Sumatera Utara
71 Pesta Perkawinan yang diadakan Pak Juntak pada saat itu dihadiri oleh
semua etnik di Desa Teluk Panji II, hal itu karena Pak Juntak juga pada saat tetangganya dan masyarakat disekitarnya mengadakan pesta, Pak Juntak juga ikut
hadir dan berpartisipasi, begitu juga pada saat tetangga dan warga di sekitar tempat tinggal Pak Juntak yang berbeda etnik dengannya terkena musibah dan
kemalangan, Pak Juntak turut hadir dan berpartisipasi. 10.
Informan kesepuluh Warga Teluk Panji II
Nama : Ibu Oni Boru Nainggolan
Umur : 53 Tahun
Etnik : Batak Toba
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidkan Terakhir : SMP Jenis Kelamin : Perempuan
Ibu Oni Nainggolan yang kerap di panggil bu Borneng adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai 5 orang anak dan sekarang ia sudah berusia 53
tahun. Bu Borneng merupakan warga pendatang di desa ini, suaminya yang beretnis Batak Toba bekerja sebagai karyawan kebun di PT. ABM.Ibu Borneng
merupakan warga Teluk Panji II yang beretnik Batak Toba yang telah tinggal di desa ini selama 18tahun. Etnis Jawa merupakan tetangga dari Ibu Borneng. Ia
mengatakan sekitaran rumahnya di kelilingi Etnis Jawa dan baginya ini bukan suatu masalah.
Selain sebagai seorang Ibu Rumah Tangga, Bu Borneng juga disibukkan dengan kesibukkannya yaitu dengan membuka warung di depan
rumahnya.Dimana warung Bu Borneng menyediakan berbagi kebutuhan untuk
Universitas Sumatera Utara
72 kehidupan sehari-hari sepertiperlengkapan memasak, rokok, sayur-sayuran, roti,
susu,makanan ringan dan lain sebagainya. Dalam kesehariannya, Bu Borneng menjalin hubungan baik dengan tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
hal ini dikarenakan setiap harinya Bu Borneng dapat berinteraksi dengan tetangga-tetangganya yang datang berbelanja di warungnya. Banyak warga di
sekitar tempat tinggal Bu Borneg berbelanja ke warungnya, baik itu dai etnik Batak, Jawa, Sunda, maupun Mandailing dengan alasan jarak yang tidak jauh
serta Bu Borneg melayani pembelian cash maupun kredit utang. Warung Bu Borneng merupakan salah satu tempat dimana sering
terjadinya interaksi antar etnis yang berbeda, dimana ketika warga yang berbelanja di warung Bu Borneng saat itulah terjadi interaksi. Mereka berkumpul
sambil membeli kebutuhan mereka sekaligus saling berinteraksi dengan Bu Borneng maupun etnislain yang pada saat itu juga sedang berbelanja.
11. Informan ke Sebelas Ketua Adat Etnik Sunda
Nama : Pak Dahlan
Usia : 64 Tahun
Etnik : Sunda
Pekerjaan : Petani
Pendidkan Terakhir : SMP Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pak Dahlan adalah salah seorang yang dituakan dalam masyarakat Teluk Panji II atau yang biasa disebut dengan tokoh masyarakat.Pak dahlan sudah lama
menetap di Desa Teluk Panji II yaitu sejak tahun 1992 dan berasal dari Jawa.Walaupun Pak Dahlan beretnis Sunda,akan tetapi Pak Dahlan akrab dengan
Universitas Sumatera Utara
73 etnis lainnya yaitu dengan Etnis Jawa, Batak Mandailing maupun Batak Toba
yang bertetangga dengan rumahnya. Informan ini memiliki seorang istri yang bernama Baniah yang beretnis
Sunda. Mereka telah di karuniai 5 orang anak dimana kedua diantaranya telah menikah dengan Etnis Sunda sedangkan 3 orang lagi ada yang sedang bekerja dan
masih sekolah. Sudah ada di desa ini sejak 1992 membuat informan ini banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan etnis serta kondisi sosial Teluk Panji II.
Sebagai tokoh masyarakat, Pak Dahlan menjadi contoh bagi masyarakat Desa Teluk Panji II. Memperlihat serta menanamkan jiwa kekeluaragaan dalam
masyarakat tanpa memandang etnis merupakan kewajiban bagi informan ini. Sering diundang menghadiri acara pesta pernikahan, acara keagamaan,dan acara
kepemerintahan membuat beliau banyak tahu tentang masyarakat yang berada di desa ini, baik mengenai kondisi sosial ekonomi, tentang budaya dan tentang multi
etnis. Bapak ini mengatakan bahasa yang selalu di gunakan ketika berinteraksi
dengan etnis lain yaitu bahasa Indonesia. Walaupun bapak ini bisa berbahasa jawa ketika ia berkomunikasi dengan orang jawa ia tetap menggunakan bahasa
Indonesia. Lain halnya ketika ia berinteraksi dengan etnis Sunda bapak ini akan menggunakan bahasa daerah mereka. Bapak ini sama sekali tidak mengerti bahasa
batak dan apabila ia akan mengadakan pesta bapak ini akan mengundang semua elemen masyarakat di Teluk Panji II ini baik itu yang kaya, miskin, pejabat,
buruh, islam dan kristen semua ia undang. Ketika pesta perkawinan bapak ini menggunakan adat Sunda dan hiburannya dari adat jawa yaitu kuda kepang. Sikap
tolong menolong di desa ini sangat bagus dan baik tanpa membedakan dari mana
Universitas Sumatera Utara
74 asal nya dan apa sukunya, semuanya aman dan terkendali. Seperti halnya ketika
ada saudara kita yang kemalangan semua etnik datang beramai-ramai baik itu etnik Mandailing, Jawa bahkan Toba pun datang dan aktif pula membantu. Bapak
ini mengatakan tidak ada konflik yang pernah terjadi di desa ini apa lagi konflik yang berlebel kan agama dan suku, semua Binneka Tunggal Ika. Dalam hal
perjodohan anaknya, bapak ini tidak pernah melarang anaknya untuk menikah dengan etnik lain karena menurut bapak ini semua etnik baik dan tidak ada etnik
yang tidak baik. Kalau sudah suka sama suka apa hendak di kata asalkan menikah dengan satu akidah.
12. Informan ke Dua Belas Warga Teluk Panji II
Nama : Ibu Ningsih
Usia : 42 Tahun
Etnik : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir :D-3 Jenis Kelamin : Perempuan
Ibu Ningsih adalah seseorang ibu rumah tangga yang hobi bermain bola Volly. Ibu ini merupakan pemain bola Volly Teluk Panji II. Jika ada pertandingan
antar desa beliau selalu ikut dan selalu menang. Beliau sudah menetap di desa ini selama 21 tahun dan mempunyai seorang suami bernama Dadang yang beretnis
Sunda. Suami beliau sehari-hari bekerja sebagai petani. Mereka sudah di karuniai 2 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki dan semuanya sedang kerja
dan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
75 Sebagai seorang Ibu rumah tangga yang mengurus kehidupan rumah
tangga beliau setiap sorenya berlatih main Volly di tanah lapang yang tak jauh dari rumahnya. Setiap sore ketika selesai pekerjaan rumah beliau dan ibu-ibu
lainnya berkumpul di tanah lapang untuk berlatih bola volly. Setiap harinya beliau berinteraksi dengan ibu-ibu yang beragam etnis sehingga beliau banyak mengerti
tentang etnis yang ada di desa ini. Kawan-kawan Bu Ningsih yang bermain volly adalah tetangga-tetangga
beliau yang ber etnis Jawa, Mandailing dan ada juga batak Toba. Ketika mereka selesai berlatih volly meeka beristirahat sejenak dan mengobrol-ngobrol santai
dan mereka duduk bersama tanpa memandang perbedaan etnis yang ada. Meskipun beliau beretnis Jawa beliau ketika berinteraksi dengan ibu-ibu lainnya
selalu menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Begitu juga ketika ibu ini berjumpa dengan etnis sesukunya beliau tetap menggunakan bahasa
Indonesia.
4.6 Keharmonisasi Interaksi Sosial Antar Etnik Batak Toba, Mandailing, Jawa dan Sunda di Desa Teluk Panji II
Interaksi sosial merupakan bentuk proses sosial karena interaksi sosial merupakan utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial menyangkut
hubungan sosial yang dinamis.Hubungan sosial tersebut menyangkut hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, kelompok satu dengan kelompok
lainnya, serta hubungan antara kelompok dan individu.Interaksi terjadi apabila individu atau kelompok saling bertemu kemudian melakukan kontak dan saling
mempengaruhi mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain dan
Universitas Sumatera Utara
76 sebaliknya. Hal ini sesuai dengan keadaan yang ada di Teluk Panji II yang di
katakan oleh Pak Niswan sebagai berikut: “...Kami disini sebagai masyarakat sering berjumpa dan berkumpul
pada saat pesta. Hari-haripun kami hampir tiap hari jumpa sama lain suku saat mau berangkat ke ladang. Uda gitu pun bukan waktu
pesta aja tapi pada saat ada tetangga kami yang mengalami musibah dan kami datang mengunjunginya sehingga kami
berjumpa disana untuk memberikan semangat dan ketabahan kepada ahli musibah...”
Sama halnya seperti yang dikatakan oleh Ibu Borneng sebagai berikut:
“Tiap hari aku menjalin hubungan dengan tetangga di sekitar lingkungan tempat tinggalku ini, karna aku kan buka warung di
depan rumahku. Terkadang sambil membeli diwarung ku mereka ngobrol-ngobrol sebentar.Terkadang di pestapun aku sering jumpa
sama berbagai etnis, kami saling tegur menegur. Ditempat kemalangan waktu meninggal wak julkifli jumpa juga aku sama
ibu-ibu lainnya, ngobrol-ngobrol juga kami sekedar basa-basi.”. Hasil wawancara dengan Ibu Borneng yang beretnis Batak Toba.
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahawasanya acara pesta, kemalangan, warung merupakan tempatterjadinya interaksi antar etnis yang
berbeda, dimana ketika warga yang hadir diacara pesta maupun kemalangan atau saat berbelanja di warungsaat itulah terjadi interaksi. Mereka berkumpul sambil
membeli kebutuhan mereka sekaligus saling berinteraksi dengan Bu Borneng maupun etnislain yang pada saat itu juga sedang berbelanja.
Di dalam kehidupan sehari-hari terlihat interaksi yang terjadi di Desa Teluk Panji II terjalin dengan harmonis walaupun desa tersebut terdiri dari
berbagai etnis.Di Desa Teluk Panji II ini tidak pernah terjadi konflik, baik konflik antar agama maupun antar etnis. Masyarakat di desa ini hidup berdampingan dan
saling membaur. Pengamatan ini diperkuat oleh Bapak Kepala Desa Teluk Panji II yaitu Pak Aminuddin sebagai berikut:
“...Masyarakat disini semua hidup rukun, damai, tentram, tenang dan berjalan harmonis tidak pernah ada pertikaian diantara warga
Universitas Sumatera Utara
77 atau etnis.Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Aminuddin,
Etnis Sunda Ibu Ningsih juga mengatakan hal yang sama sebagai berikut:
Hubungan antar tetangga di lingkungan sini ya berjalan baik, harmonis, asalkan tidak mengganggu orang lain maka kita juga
tidak akan di ganggu, yang penting saling bisa menghargai antar etnis lain, etnis lain pun juga akan menghargai kita. Kita bergaul
sejauh ini tidak berbicara tentang agama, SARA dan keyakinan, kita enjoy-enjoy saja. Disini udah macem keluarga kami, seperti bu
regar ini lah tetangga saya, kalo datang kerumah saya ya masuk aja kedapur gitu. Gak masalah. Gitu juga saya kalau butuh bawang
saya ambil saja saya minta sama Bu Regar. Kami udah lama di desa ini semenjak desa ini ada kami udah sama, dulu kami kerja di
ABM sama-sama, miringi sama-sama, udah macam keluargalah pokoknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Ningsih,
Etnik Jawa
Seperti yang diungkapkan Ibu Ningsih di atas yang mengatakan interaksi yang terjadi diDesa Teluk Panji II tidak berbicara tentang agama, melainkan suatu
pembahasan santai. Hal ini menunjukkan adanya suatu sikap saling menghargai dan memahami antar etnis yang berbeda di dalam suatu masyarakat.
Setiap manusia pasti akan menginginkan kedamaian, ketentraman, ketenangan dan hidup harmonis dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal ini
tentunya tidak terlepas dari kegiatan berinteraksi karena interaksi itu merupakan bagian yang fundamental dalam kehidupan manusia. Predikat manusia sebagai
mahkluk sosial sudah sepantasnya melakukan interaksi dalam berbagai bentuk seperti, berbicara, tukar menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi,
membagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup anggota keluarga tentu
sangatdiperlukan adanya interaksi yang baik dan intensif di antara individu- individu dalam keluarga.Begitu juga sebaliknya orang tua selalu berinteraksi dan
mengkomunikasikan pesan-pesan kepada anak-anak maupun anggota anggota masyarakat lainnya yang bersifat mendidik, sebagai upaya mempertahankan nilai-
Universitas Sumatera Utara
78 nilai keharmonisan dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.Mengingat
interaksi itu merupakan salah satu bentuk hubungan yang wajib dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk individu, baik
kehidupan keluarga maupun bermasyarakat.Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Pak Nirbun Simanjuntak sebagai berikut:
“....Untuk membangun keharmonisan di dalam masyarakat yang perlu di harmoniskan terlebih dahulu adalah keluarga kita, lalu
umat kita. Saya sebagai tokoh adat menerapkan dalam kehidupan saya bahwa meskipun berbeda-beda etnis di desa ini namun kita
adalah bersatu, hal ini juga saya terapkan kepada istri serta anak- anak saya. Kemudian saya terapkan kepada masyarakat”. Saya
selalu mengingatkan kepada masyarakat khususnya Etnis Batak Toba, adat itu adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan
terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjug serta dipatuhi masyarakatnya sendiri.
saya rasa masyarakat desa ini menjalankan makna itu. Sehingga desa ini sampai sekarang hidup tenang, damai, rukun dan
mengerjakan aktifitas nya masing-masing dengan menyenangkan. berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh adat Batak Toba.
Halini senada dengan apa yang di katakan Pak Madi sebagai berikut: ...Sebagai seorang tokoh agama tugas saya yangasih contoh yang
baik keada anak-anak dan istri saya. Kemudian dalam mengisi pengajian saya selalu menyampaikan kepada umat saya bahwa di
dalam ayat suci Al-Quran di jelaskan surah Al- Hujjarat ayat 13 yang berbunyi “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya
kamu saling mengenal”. Tujuan dari ayat di atas adalah menyerukan manusia agar supaya jangan saling menyalahkan,
menjelekkan, dan untuk saling menghargai serta saling mengenal satu sama lain agar terjalin interaksi yang harmonis antar umat
beragama.berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh agama etnis Jawa.
Dari hasil wawancara di atas tampak peran tokoh agama, tokoh adat sangat dibutuhkan guna mempertahankan keharmonisan yang telah ada. Dengan adanya
suatu keharmonisan dalam berinteraksi dan berkomunikasi antar etnis di dalam masyarakat, membuat hubungan di dalam masyarakat semakin erat. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
79 terjadi kedekatan antar etnis yang membuat masyarakat Teluk Panji II saling
memahami.
4.6.1 Pola Komunikasi Masyarakat Multi Etnis Di Desa Teluk Panji II
Berinteraksi dalam masyarakat, pola kamunikasi merupakan syarat utama terjadinya hubungan sosial antara individu dengan individu maupun kelompok
dengan kelompok. Komunikasi merupakan suatu proses ketika manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan pengintegrasian baik antar individu dalam
kelompok maupun di luar kelompok. Maka sebab itu bahasa adalah sebagai perantara dalam memulai suatu hubungan, dengan bahasa inilah manusia dapat
berhubungan dalam mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Dalam Desa Teluk Panji II Kecamatan Kampung Rakyat, bahasa yang
digunakan beragam, lantaran desa tersebut dihuni masyarakat multi etnis. Dengan adanya kemajemukan tersebut, bahasa yang digunakan juga banyak dan berlainan.
Untuk mengetahui pola komunikasi dalam berhubungan dalam masyarakat multi etnis di Desa Teluk Panji II perlu adanya observasi. Berdasarkan pengamatan
penulis dilapangan, individu-individu dalam masyarakat yang berbeda di Desa Teluk Panji II dalam penggunaan bahasa terdapat 4 bahasa yang berlainan
diantaranya adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Mandailing dan bahasa Batak Toba.
Sementara itu, dalam pola penggunaan bahasa yang digunakan dalam masyarakat multi etnis di Desa Telik Panji II dapat di klarifikasikan kedalam dua
bentuk yaitu: 1.
Penggunaan Bahasa pada Sesama Etnis
Universitas Sumatera Utara
80 Penggunaan bahasa pada sesama suku dalam masyarakat multi etnis di
Desa Teluk Panji II, mereka menggunakan bahasa menurut etnis dan bahasa mereka masing-masing. Bahasa Jawa digunakan dalam setiap berhubungan
dengan sesama Etnis Jawa, tetapi dalam berhubungan dengan Etnis Sunda, Mandailing dan batak Toba kami menyesuaikan dengan pola bahasa yang akan
kami gunakan. Meskipun pola bahasa setiap mereka berinteraksi disesuaikan dengan keadaan, namun bahasa Jawa Tetap dominan melebihi bahasa Sunda,
Mandailing dan Batak Toba di Desa Teluk Panji II sebab 68 dari jumlah seluruh penduduk Teluk Panji II adalah Etnis Jawa.
Sedangkan Etnis Sunda dalam berhubungan dengan sesamanya, mereka juga menggunakan bahasa Sunda dan tidak menggunakan bahasa Indonesia
maupun bahasa etnis lainnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak Dahlan orang Sunda yang tinggal di Desa Teluk Panji II sebagai berikut:
Bahwa kami setiap berinteraksi sehari-hari terhadap sesama orang Sunda kami menggunakan bahasa Sunda sebab kami semua paham
bahasa Sunda.
Demikian pula dengan Etnis Mandailing dan Batak Toba, orang Mandailing dan Batak Toba di Desa Teluk Panji II juga menggunakan pola bahasa
yang sama seperti Etnis Sunda dan Etnis Jawa. Dalam berhubungan mereka menggunakan bahasa Mandailing dan Batak toba terhadap sesama Etnis
Mandailing dan Batak Toba setiap berinteraksi. Penggunaan bahasa Mandailing di Desa teluk Panji II sama dengan bahasa Mandailing di daerah Tapanuli Selatan
sebab, bahasa Mandailing tidak terdapat perbedaan pola penggunaan bahasa yang halus dan kasar. Begitu juga dengan penggunaan bahasa Batak Toba di Desa
Teluk Panji II sama dengan bahasa Batak Toba yang ada di daerah Simalungun. 2.
Penggunaan Bahasa Pada Berbeda Etnis
Universitas Sumatera Utara
81 Mengenai penggunaan bahasa yang berbeda dalam masyarakat, untuk
berinteraksi pola yang digunakan tergantung dengan situasi, tempat dan lawan bicara. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Pak Amran sebagai berikut:
“saya sudah lama berada di desa ini. Sebagai guru saya tiap hari di sekolah berjumpa dan berkomunikasi dengan etnis
lain.Sepertiketika saya berkomunikasi dengan EtnisMandailing ya saya menggunakan bahasa mandailing, ketika saya berkomunikasi
dengan Etnis Jawa ya saya menggunakan bahasa Jawa, begitu juga ketika saya berinteraksi dengan EtnisSunda, saya juga
menyesuaikan dengan mereka lawan bicara saya yaitu menggunakan bahasa Sunda. Ya walaupun saya tidak terlalu lancar
berkomunikasi dengan bahasa suku lain, tapi karena saya sudah lama tinggal di desa ini sehingga sikit banyaknya saya mengerti
dan saya sudah terbiasa berkomunikasi dengan masyarakat yang berbeda etnis” Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amran,
Etnik Batak Mandiling
Sama halnya dengan apa yang di katakan Pak Mahyuddin Siregar sebagai berikut:
“Di desa ini kan banyak orang Jawa, saya sendiri orang Batak Mandailing ada juga orang Sunda, Toba, Nias dll. Sakin dekatnya
saya dengan mereka, saya menguasai bahasa mereka semua. Saya bisa berbahasa Jawa bahkan sangat lancar, bisa bahasa Sunda,
bahasa Batak Toba apalagi. Saya juga bisa bahasa Sunda bahkan bahasa Nias juga sikit-sikit bisa. Kalausayajumpasama EtnisSunda
ya saya akan berbahasa Sunda begitu pula kalausaya bertemu dengan Etnis Jawa ya saya menggunakan bahasa Jawa dan begitu
juga terhadap Etnis Batak Toba dan Nias. Terkadang kawan-kawan saya heran melihat saya, termasuk istri saya. Mengapa saya bisa
menguasai berbagai bahasa.
Pernyataan di atas ditegaskan juga oleh Pak Abdul Wahab Simanjuntak sebagai berikut:
“Dalam berinteraksi atau berkomunikasi sehari-hari ya bagusnya pake bahasa nasionallah yaitu bahasa Indonesia. Kita kan disini
multi etnis dan tentunya beragam pula bahasanya. Semua ada saatnya. Ketika saya dihadapkan dengan 3 tiga etnis sekaligus,
misalnya Jawa, Sunda dan Batak Mandailing nah disinilah saya menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi agar
menghindari terjadinya kesalahpahaman. Biasanya saya menggunakan bahasa Indonesia pada saat acara resmi seperti
ketika undangan pernikahan, rapat, kan rame itu bermacam suku disitu. Namun jika saya sedang berhadapan dengan salah satu
Universitas Sumatera Utara
82 warga Teluk Panji II yang besuku Jawa, maka sayapake Bahasa
Jawa dan bercampur dengan bahasa Indonesia. Tapi ketika saya sedang berinteraksi dengan salah seorang yang beretnik Batak,
maka saya akan menggunakan bahasa Batak”.
Dari ungkapan Pak abdul Wahab Simanjuntak di atas, penggunan bahasa persatuan dalam masyarakat multi etnis di Desa Teluk Panji II bukan hanya bicara
pada suku yang berbeda saja, tetapi penggunaan bahasa Indonesia juga di pakai ketika ada pertemuan resmi baik dalam rapat maupun khutbah Jum’at, Kebaktian,
serta pengajian ibu-ibu. Kemudian ungkapan yang dilontarkan oleh Pak Amran dan Pak
Mahyuddin menunjukkan adanya kedekatan antar sesama etnis di Desa Teluk Panji II. Hal ini di buktikan dengan beberapa informan yang beragam etnis
masing-masing bisa menguasai bahasa etnis lain. Maka tak heran Etnis Batak Toba, Mandailing, Jawa, dan Sunda sangat lancar berbahasa Etnis lain. Seperti
bahasa Jawa misalnya, di kuasai oleh Etnis Mandailing, Sunda dan Batak Toba. Begitu pula sebaliknya Etnis Jawa, Mandailing, Toba dan sunda mereka saling
menguasai bahasa masing-masing etnis walaupun sedikit-sedikit. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi dengan
manusia lain, baik yang berasal dari satu kelompok maupun kelompok, ras, etnis, atau budaya lain. Aksioma komunikasi mengatakan: “Manusia selalu
berkomunikasi, manusia tidak dapat menghindari komunikasi.”Liliweri, 2004:5. Hidup bermasyarakat memaksa manusia untuk berkomunikasi baik dengan
anggota kelompok maupun dengan manusia di luar kelompok yang dinaunginya.Komunikasi kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah
orang. Dalam kenyataannya, komunikasi kelompok bukanlah sekedar bertukar pesan melainkan terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota
Universitas Sumatera Utara
83 kelompok baik in group maupun out group yang berbeda latar belakang
kebudayaan.Liliweri, 2004:56. Di Desa Teluk Panji II masyarakatnya selalu berkomunikasi dengan baik
tanpa membedakan etnis maupun agama yang berbeda, interaksi dengan baik tersebut terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik antar kelompok maupun antar
individu. Interaksi antar etnis tersebutlah yang melahirkan kehidupan yang harmonis, menciptakan suatu masyarakat yang bertoleransi dan saling menghargai
dengan perbedaan etnis yang ada. Seperti wawancara dengan Pak Juntak, ia mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-harinyabeliau di kelilingi oleh orang-
orang yang berbeda etnis. Sehingga menuntun ia untuk mampu memahami dan menghargai perbedaan bahasa maupun adat yang ada di Desa Teluk Panji II.
Namun tidak berarti menjadi suatu kendala bagi Pak Juntak untuk berkomunikasi dengan warga disekitar tempat tinggalnya.
Pak Juntak dalam kesehariannya jika bertemu dengan Etnis Jawa maupun Sunda ia menggunakan Bahasa Indonesia bahkan ia mampu memahami dan
menggunakan bahasa seperti lawan bicaranya yang berbeda etnis dengan Pak Juntak.Namun ketika ia dihadapkan dengan lawan bicara yang beretnis batak
sama seperti Pak Juntak, maka ia menggunakan bahasa batak juga. Inilah membuktikan bahwa di Desa Teluk Panji II masyarakat yang berbeda etnismampu
menyesuaiakan ketika ia dihadapkan dengan lawan bicara sesama etnis maupun yang berbeda etnis.
4.6.2 Keharmonisan Masyarakat Multi Etnis dalam Mensukseskan Acara-Acara Resmi di Desa Teluk Panji II
Universitas Sumatera Utara
84 Suatu hubungan harmonis itu dapat terjadi jika antara satu etnis dengan
etnis lainnya dapat saling menghargai, memahami, dan tidak saling mengganggu antara satu etnis dengan lainnya. Kedekatan antar etnis ini juga dikarenakan
adanya rasa senasip sepenanggungan yang dulunya sama-sama berjuang datang kedesa ini sehingga mereka sudah seperti keluarga kandung serta keaktifan
mereka bermasyarakat sehingga sering berjumpa yang mengakibatkan terjadinya interaksi. Ditambah lagi kondisi rumah yang membaur membuat kami semakin
erat. Acara-acara resmi dalam masyarakat Teluk Panji II dalam Hal ini meliputi perayaan pesta pernikahan dan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang
melibatkan masyarakat umum dan orang banyak. 1.
Parayaan pesta pernikahan Pernikahan merupakan kegiatan sakral. Di desa Teluk Panji II setiap
tahun ada yang melakukan pernikahan baik antar etnis maupun sesama etnis. Kegiatan ini tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai masyarakat guna
terselenggaranya parayaan tersebut. Terutama bantuan dari para tetangga-tetangga terdekat dan sanak saudara. Hal tersebut di katakan oleh Ibu Ningsih sebagai
berikut: Kegiatan perayaan pesta pernikahan di desa dibantu oleh para
tetangga terdekat yang ada di sekitaran rumahnya baik perempuan dan laki-laki yang beragam etnis baik itu Etni Jawa, Sunda,
Mandailing dan Batak Toba. Masyarakat yang bekerja pada perayaan ini dilakukan secara suka rela atau tanpa pamrih, dan
pesta pernikahan dilakukan selama satu hari satu malam. Dalam kegiatan masak-memasak dilakukan oleh para perempuan
sedangkan kegiatan lainnya seperti membelah kayu bakar dan menyembelih hewan dan kegiatan berat lainnya dilakukan oleh
laki-laki.
Kemudian dalam pelaksanaan pesta pernikahan baik Etnis Jawa, Sunda, Madailing dan Batak Toba di teluk Panji II sistem pelaksanaan mengundang tamu
Universitas Sumatera Utara
85 untuk turut membantu perayaan pesta pernikahan Pak Nirbun Simanjuntak
mengatakan sebagai berikut: Perayaan pesta pernikahan di Desa teluk Panji II dalam rangka
mengundang masyarakat untuk ikut membantu kegiatan perayaan pernikahan, tidak melalui undangan secara tertulis tetapi
disampaikan secara lisan dari rumah kerumah dan yang mengundangnya orang tua pengantin dan keluarga terdekat. Lain
hal nya dengan tamu undangan yang harus disampaikan melalui undangan tertulis.
Sama hal nya apa bila Etni Batak Toba mengadakan perayaan pesta sistem pelaksanaannya tidak berbeda dengan apa yang di lakukan etni lainnya. Tetapi
yang membedakan adalah penghidangan makanan dan tempatnya sepeti yang dikatakan Pak Nirbun Simanjuntak yang pernah melakukan hal ini sebagai
berikut: Ketika perayaan pesta pernikahan anak saya melakukan didua
rumah sekaligus yaitu rumah saya sendiri yang digunakan untuk menyediakan makanan-makanan khusus untuk tamu saya yang
beretnik Batak Toba. Kemudian rumah tetanggasaya Etnis Jawa yang berada 2 rumah dari rumah saya ini saya pinjam untuk tamu
saya yang beragama muslim seperti Etni jawa, Sunda dan Mandailing.Kemudian makanan yang saya hidangkan mereka saya
kasih modal belanja dan mereka yang memasak.
Hal ini dilakukan Pak Juntak karena ia sangat memahami dan menghargai perbedaan etnis di Desa Teluk Panji II, pemisahan dalam hal menyediakan
makanan tersebut bukan berarti pemisahan antara etnis yang satu dengan yang lainnya, pemisahan dalam memasak makanan tersebut justru membuat warga
Desa Teluk panji II dapat berkumpul menjadi satu ketika suatu acara pesta perkawinan dilakukan, tanpa apapun yang menghalangi untuk datang ke pesta
pada saat Etnis Batak Toba mengadakan Pesta. Perbedaan-perbedaan antar etnis yang ada di Desa Teluk Panji II, tidak
membuat suatu hubungan antar masyarakat menjadi adanya suatu batasan- batasan, melainkan perbedaan-perbedaan etnis itu membuat hubungan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
86 di Desa Teluk Panji II menjadi semakin erat dan harmonis, karena setiap
mayarakat saling melibatkan, bahu membahu dan tolong menolong mensukseskan acara tersebut.
2. Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
Perayaan kemerdekaan Republik Indonesiabiasanya dilaksanakan setahun sekali yakni pada tanggal 17 Agustus. Kegiatan ini di laksanakan di tempat yang
luas seperti di tanah lapang dan melibatkan instalasi pemerintahan dan pendidikan serta masyarakat.
Adapun sistem cara pelaksanaanya yakni mengundang seluruh anggota lapisan masyarakat yang ada di Desa Teluk Panji II untuk hadir dan bermain
bersama serta menikmati hiburan yang telah disediakan seperti panjat pinang, bola joget, lari karung dll. Masyarakat Teluk Panji II dalam melaksanankan perayaan
keerdekaan Republik Indonesia ada pemandangan yang berbeda seperti yang di ungkapkan oleh Pak Aminuddin sebagai berikut:
Semua kegiatan dari awal hingga akhir dilakukan secara bersama- sama baik antar sesama suku maupun antar suku yang berbeda baik
kaum ibu-ibu, bapak-bapak maupun kaum muda-mudi. Kemudian dalam pelaksanaan upacara bendera dipimpin oleh 2 doa. Pertama
doa dari masyarakat muslim dan kedua doa dari umat kristiani.
Dari hasil wawancara di atas tersimpulkan bahwa sikap saling menghargai antar etnis sangat dijaga. Masyarakat di sana duduk bersama dan berfikirnya
Indonesia bahwa mereka itu adalah satu. Walaupun warga Teluk Panji II bersifat multi etnis terdiri dari banyak etnis, namun mereka tetap selalu bertoleransi dan
saling membantu dalam berbagai kegiatan.
4.6.3 Amalgamasi Merupakan Bentuk Keharmonisan Mayarakat Multi Etnis di Desa Teluk Panji II
Universitas Sumatera Utara
87 Perkawinan campur atau Amalgamasi antar etnis yang berbeda dalam
masyarakat merupakan suatu kebiasaan yang kerap terjadi pada masyarakat seperti perkawinan campur dalam masyarakat perkotaan dan pedesaan hingga
perkawinan beda agama dan lintas Negara. Desa Teluk Panji II di huni oleh masyarakat multi etnis, maka dalam masyarakat tersebut juga banyak terjadi
kawin campur. Dengan adanya perkawinan campur pada etnis yang berbeda akan
menimbulkan terjadinya peleburan budaya, di mana mereka saling menghargai dan menyesuaikan budanya sendiri secara sukarela. Dengan adanya ikatan
perkawinan pada suatu etnis yang berbeda baik atas dasar kepentingan individu maupun kelompok akan berpengaruh besar dalam mendorong terjalinnya
hubungan yang mengarah kepada penyatuan pada masyarakat multi etnis. Perkawinan campur yang terjadi di Desa Teluk Panji II antara Etnis Jawa dengan
Etnis Mandailing, Etnis Jawa dengan Sunda dan Etnis Sunda dengan Mandailing sudah terjadi dalam tempo waktu yang lama.
4.6.3.1 Faktor-faktor terjadinya perkawinan campuran di Desa Teluk Panji II
Berdasarkan observasi di lapangan, faktor utama terjadinya perkawinan campuran dalam masyarakat multi etnis di Desa Teluk Panji II diantaranya.
Pertama, faktor transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari suatu pulau ke pulau yang lainnya. Para transmigran yang datang ke Teluk Panji II umumnya
adalah dari pulau Jawa, namun ada juga yang berasal dari Sumatera Utara. Dengan adanya orang Jawa dan orang Sumatera yang tinggal di Teluk Panji II
maka banyak di antara mereka yang meneikah dengan etnis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
88 Kedua, faktor imigrasi yaitu perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain.
Berhubung Desa Teluk Panji II Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdekatan dengan Kabupaten Padang Lawas Tapanuli
selatan, maka banyak warga Tapanuli Selatan yang merantau ke Desa Teluk Panji II. Namun ada juga yang merantau dari Madina, Sosa dan sebagainya. Lambat
laun mereka yang merantau menikah dengan warga transmigran yang telah ada di desa tersebut.
Ketiga, faktor ketergantungan antar etnis yang ada di Desa Teluk Panji II. Sadar akan sesama pendatang membuat warga saling bergantung baik dari sektor
pertanian maupun dari sektor pendidikan. Dengan adanya unsur saling ketergantungan tersebut mendorong terjadinya perkawinan campuran dalam
masyarakat. 4.6.3.2
Bentuk-bentuk perkawinan campuran di Desa Teluk Panji II
Berdasarkan data yang dikumpulkan penulis di lapangan, dalam masyarakat multi etnis di Desa Teluk Panji II meliputi empat etnis yang berlainan
yaitu Etnis Jawa,Sunda, Mandailing, dan Batak Toba. Kawin campur antar etnis yang berbeda tersebut dapat diklarifikasikan kedalam empat bentuk, yakni sebagai
berikut: 1.
Perkawinan campur antara Etnis Jawa dengan Etnis Mandailing
Perkawinan antara Etni Mandailing dengan Etnis Jawa di Teluk Panji II sudah terjadi dalam waktu tempo lama, orang Jawa yang menikah dengan orang
Mandailing terdiri dari berbagai latar belakang seperti yang di ungkapkan Pak Sahrial Harahap sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
89 Saya menikah dengan Etnis Jawa selain karena itu memang sudah
jodoh saya, juga disebabkan oleh lamanya masa merantau saya sebagai sopir di desa ini. Saya sudah merantau disini selama
sebelas tahun, tidak mungkin saya tidak menikah umur saya juga sudah tua lagi pula masyarakat disini banyak orang Jawa,
masyarakat pun juga dapat menghargai budaya yang berbeda. Sehingga saya tidak merasa terlalu asing untuk menetap di Teluk
Panji II ini. Selain latarbelakang pekerjaan, ada juga yang menikah lantaran
kehendak masing-masing individu atas dasar suka sama suka, seperti yang dikatakan oleh Pak Suheri sebagai berikut:
Pernikahan antara Etnis Mandaling dengan Jawa bukan karena keterpaksaan, tetapi memang karena kita sudah merasa cocok dan
bisa saling memahami perbedaan-perbedaan yang ada pada diri kita masing-masing. Saya menikah dengan istri saya atas suka
sama suka, kami memang sudah saling mengenal bertahun-tahun sebelum kami memutuskan untuk menikah.
Selanjutnya ada juga orang tua pihak perempuan dari Etnis Jawa di Desa Teluk Panji II yang menikahkan anaknya dengan orang Jawa lantaran karena
kepercayaan, satu profesi dalam bidang pekerjaan dan saling ketergantungan dalam matapencaharian, perkawinan campuran ini terjadi umumnya pada
kalangan petani yaitu perkawinan antara majikan dengan buruh. Begitu juga Etnis Mandailing, ada juga orang tua pihak laki-laki menjodohkan anak laki-lakinya
dengan latarbelakang kekeluargaan. Biasanya disebut dengan menikahi anak boru tulang.
Saya menikahkan putra saya dengan anak boru tulangnya karena mereka menantu saya itu orangnya baik dan jujur. Sehingga jalinan
kekeluargaan kami tidak putus.
Perkawinan campuran antara Etnis Jawa dengan Mandailing yang terjadi di Desa Teluk Panji II dapat terjadi disebabkan oleh masing-masing mereka yang
menikah dengan latarbelakang etnis dan budaya yang berbeda tersebut tidak melandaskan perkawinannya kepada budaya melainkan karena unsur lamanya
merantau, suka sama suka, saling ketergantungan dan unsur kekeluargaan.
Universitas Sumatera Utara
90 Adapun adat yang digunakan dalam pernikahan antar etnis ini yaitu
menggunakan dua adat sekaligus. Misalnya seperti adat memijak telur dari orang Jawa, dan meraka juga menggunakan upah-upah dari adat Mandailing. Tetapi ada
juga yang menggunakan pesta selama dua kali sehingga apa bila pesta pertama dilakukan di keluarga yang beretnis Jawa maka mereka menggunakan adat Jawa
begitu juga sebalik nya apa bila pesta dilakukan dirumah etnis Mandailing maka mereka menggunakan adat Mandailing. Biasanya pesta yang dilakukan selama
dua kalio ini dilakukan oleh orang-orang yang mampu. 2.
Perkawinan campur Antara Etnis Jawa dengan Etnis Sunda
Etnis Jawa yang menikah dengan Etnis Sunda di Teluk Panji II banyak juga terjadi. Perkawinan campur antar etnis ini melalui kesamaan
matapencaharian di sektor pertanian dan juga perkebunan. Namun ada juga pengaruh dari sama-sama dari pulau Jawa. Melalui inilah banyak terjadi
perkawinan campur antara orang Jawa dengan Sunda di Desa Teluk Panji II. Perkawinan campuran antara Etnis Jawa dengan Etnis Sunda biasanya
terjadi karena sama-sama berasal dari pulau Jawa dan sudah lama menetap di Teluk Panji II. Selain itu juga adanya ketergantungan dalam bidang pertanian
lainnya, dimana orang Jawa dan Sunda ladangnya berdekatan dan membeli ladang secara bersama-sama. Setelah adanya pergaulan yang lama dan saling
ketergantungan pada sektor lainnya seperti sektor pertanian, perkebunan serta perdagangan maka terjadilah perkawinan campuran pada masyarakat multi etnis
di Desa Teluk Paanji II. Dalam pernikahannya mereka menggunakan dua adat yaitu adat dari Etnis
Jawa dan Etnis dari Sunda. Sebenarnya adat Jawa tidak jauh berbeda dengan adat
Universitas Sumatera Utara
91 Sunda hanya saja adat Sunda dalam pernikahannya diwarnai dengan humor tapi
tidak menghilangkan nuasnsa sakral dan khidmat.
3. Perkawinan campur Antara Etnis Sunda dengan Etnis Mandailing
Perbauran dalam masyarakat multi etnis pada suatu masyarakat, mereupakan kebhinekaragaman yang diisyaratkan sebagai identitas masyarakat
tersebut. Dengan adanya latarbelakang etnis dan budaya yang terdapat pada masyarakat, dapat memicu terjadinya relasi amalgamasi dalam masyarakat
tersebut diantaranya adalah perkawinan campur. Di Desa Teluk Panji II termasuk salah satu masyarakat dari sekian
masyarakat yang ada di Indonesia yang memiliki keanekaragaman serta latar belakang budaya yang berbeda dan tinggal dalam satu wilayah masyarakat yang
sama. latar belakang perkawinan campuran antara orang Mandailing dengan orang Sunda di Desa Teluk Panji II tidak jauh berbeda dengan latar perkawinan
campur lainnya seperti orang Jawa dengan Mandailing dan orang orang Jawa dengan Orang Sunda. Perbedaannya terletak pada Etnis Mandailing yang
merupakan masyarakat perantau atau imigrasi dari daerah lain dan sudah lama menetap sehingga sudah saling mengenal antar etnis lainnya.
Tidak jauh berbeda dengan etnis lainnya, orang Sunda dan orang Mandailing juga biasanya menggunakan dua adat mereka masing-masing ketika
melaksanakan pesta. Terkadang hiburan pesta mereka diambil dari Etnis Jawa seperti hiburan jarkep yang saat-saat ini sedang membuminya di Desa Teluk
Panji II. 4.
Perkawinan campuran Antara Etnis Batak Toba dengan Etnis lainnya
Universitas Sumatera Utara
92 Perkawinan campuran antar etnis batak toba dengan etnis lainnya seperti
dengan etnis Mandailing, Sunda dan Jawa sangat jarang terjadi bahkan tidak pernah terjadi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan agama yang ada di desa
tersebut. Biasanya etnis Batak Toba di desa ini menikah dengan sesama etnisnya. Walaupun begitu di tengah perbedaan agama yang ada mereka tetap hidup
harmonis dan berdampingan. Hal ini bukan suatu permasalahan bahkan ketika Etis Batak Toba mengadakan perta mereka menggunakan hiburan jarkep dimana
ita ketahui jarkep itu adalah budaya Jawa. Semakin majunya pemikiran masyarakt membuat hadirnya ide-ide yang
muncul untuk membuat organisasi untuk mempererat tali persaudaraan yang ada.Persadaan Batak Tapanuli merupakan organisasi yang ada di Desa Teluk
Panji II sejak 2004 silam.Organisasi ini bukan hanya beranggotakanEtnis Batak Toba dan Mandailing saja tetapi sudah multi etnis seperti yang di ungkapkanPak
Sahrial pada saat wawancara berikut ini: “Seiring dengan berjalannya waktu organisasi ini tidak hanya
beranggotakan Etnis Batak Toba dan Mandailing saja, melainkan sudah multi etnis seperti Etnis Sunda dan Jawa.Hal ini di
karenakan adanya perkawinan campuran amalgamasi antara Etnis Mandailing dengan etnis Jawa, Etnis Sunda dengan Etnis
Mandailing.Dengan adanya perkawinancampuran antar etnis membuat Parsadaan Batak Tapanuli PBT tidak lagi di ikuti oleh
Etnik Batak Toba dan Mandailing saja tetapi sudah beraneka ragam etnis”.
Dalam bermasyarakat selalu ada cara untuk membuat hubungan antar masyarakat itu menjadi harmonis. Organisasi Parsadaan Batak Tapanuli yang
dibentuk oleh Pak Sahrial untuk mempersatukan dan mempererat hubungan antar masyarakat Batak mandailing dan Batak Toba. Tetapi dengan adanya amalgamasi
membuat etnis Jawa dan Sunda masuk dalam organisasi tersebut sehingga hubungan antar etnis lainnya pun semakin erat.Hal ini terlihat ketika acara
Universitas Sumatera Utara
93 perkumpulan Persadaan Batak Tapanuli dilakukan, tidak hanya laki-laki atau
perempuan yang beretnis batak saja yang berkumpul melainkan suami atau istri yang beretnis lain yaitu Jawa maupun Sunda juga mengikuti perkumpulan
tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pak Abdul Wahab Simanjuntak sebagai berikut:
“Jika suaminya yang beretnis batak, sedangkan istrinya beretnis Jawa, maka ketika suami nya yang beretnis batak tersebut
menghadiri acara perkumpulan organisasi PBT, istri yang meskipun bukan beretnis batak, turut menghadiri perkumpulan
tersebut, karena seorang istri sudah menjadi bagian keluarga dari etnis batak, jadi seorang istri yang meskipun beretnis jawa berhak
mengikuti acara perkumpulan Desa Teluk Panji II itu. Begitu juga apabila seorang perempuan yang beretnik batak menikah dengan
laki-laki yang beretnik Jawa dan Sunda mereka juga bisa bergabung dengan organisasi ini”.
Setelah penulis melakukan observasi dan penelitian dilapangan, bahwa dalam kehidupan sehari-hari warga Teluk Panji II baik itu Etnis Jawa, Mandaling,
Sunda dan Batak Toba sibuk dengan kegiatannya menyemprot, mendodos, memupuk, membabat dan sebagainya karena warga Teluk Panji II sebagian besar
adalah petani. Sehingga waktu libur yang tersedia bagi mereka sangat terbatas. Akan tetapi di balik kesibukan warga Teluk Panji II, dengan penafsiran
dan pemahaman terhadap beberapa orang yang berada di sekitarnya bahwa warga Teluk Panji II sebagian diantara mereka aktif pada berbagai kegiatan yang ada di
desa tersebut seperti kegiatan perwiritan, arisan, kebaktian, gotong royong,kemalangan, perayaan pernikahan dan sebagainya. Namun ada juga
sebagian warga yang kurang aktif dalam kegiatan masyarakat. Menurut Pak Aminuddin, warga yang kurang aktif dalam kegiatan masyarakat sekitarnya
adalah warga yang baru datang pindahan ke Desa Teluk Panji II. Tetapi mereka
Universitas Sumatera Utara
94 yang baru datang tersebut perlahan-lahan mereka juga mulai bergaul dengan
masyarakat sekelilingnya yang berbeda suku di desa ini. Kemudaian penulis juga menemukan kondisi berbagi yang bersifat
keikhlasan hati antar etnis sebagai berikut: 1.
Pekarangan rumah warga yang bisa gunakan warga lain sebagai jalan arternatif untuk berjalan. Biasanya warga di sana mengatakannya sebagai
jalan potongan. Bagi warga Teluk Panji II bukan suatu permasalahkan jika ada warga yang melintas melalui pekarangan salah satu warga untuk
menembus lorong berikutnya. Etnis apapun itu tidak menjadi masalah tetapi asalkan tidak merusak tanaman atau tumbuhan yang ada di
pekarangan tersebut. 2.
Adanya ke ikhlasan orang-orang mampu orang kayaantar sesama warga di Desa Teluk Panji II untuk membantu warga lainnya, baik itu Etnis Jawa,
Sunda, Mandailing dan Batak Toba yang kurang mampu. Berdasarkan penelitian yang dilakaukan peneliti banyak orang-orang yang mampu di
desa tersebut memiliki rumah dan pekarangan lebih dari satu. Sehingga jika ada warga yang baru menikah dapat dipinjamkan rumah oleh orang-
orang yang mamapu tersebut. Tetapi dengan catatan kondisi rumah harus dijaga dan halaman serta pekarang harus bersih paling tidak tidak semak.
Bukan hanya warga Teluk Panji II saja yang dapat meminjam rumah kosong yang ada di desa tersebut, tetapi warga desa seberang seperti Teluk
panji I, III dan IV juga dapt meminjamnya. 3.
Meminta sayur kangkung dan genjer yang hidup liar di parit salah seorang warga merupakan kegiatan keikhlasan hati yang sudah sangat biasa
Universitas Sumatera Utara
95 dilakukan di Desa Teluk Panji II. Lain halnya dengan kondisi di perkotaan
yang serba membeli. Dengan adanya sikap saling berbagi yang bersifat keikhlasan hati antar
etnis maka warga Teluk Panji II pun juga dapat mempererat solidaritas antar etnis, baik individu maupun antar kelompok.Sehingga tidak terjadi gap jurang
pemisah antara kalangan orang mampu dengan kalangan yang tidak mampu.
4.7 Bentuk-Bentuk Keharmonisan Yang Ada di Dalam Masyarakat Multietnis Desa Teluk Panji II
Suatu interaksi yang terjadi di dalam masyarakat ada yang bersifat harmonis ada juga yang bersifat menimbulkan adanya konflik. Di Desa Teluk
Panji II interaksi yang terjadi di dalamnya bersifat harmonis tidak pernah terjadinya konflik. Adapun bentuk-bentuk keharmonisan yang ada di dalam
masyarakat multietnis Desa Teluk Panji II sebagai berikut : 1.
Kerjasama Yang Bersifat Sukarela Pada Masyarakat Multi Etnis di Desa Teluk Panji II
Kerjasama merupakan suatu usaha bersama individu maupun kelompok untuk tujuan yang sama. Kerjasama terbentuk karena masyarakat di Desa
TelukPanji II menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama sehingga sepakat untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Kerjasama yang terjadi di Desa Teluk Panji II adanya suatu kegiatan saling membantu. Adapun kerjasama yang sering terjadi di desa ini seperti misalnya
bergotong royong, bekerjasama mensukseskan acara pesta pernikahan, maupun kemalangan. Semua masyarakat Desa Teluk Panji II membantu secara sukarela
tanpa meminta imbalan.
Universitas Sumatera Utara
96 Adapun bentuk-bentuk kerjasama yang bersifat sukarela sebagai berikut:
a. Gotong royong
Gotong royong merupakan suatu bentuk kerjasama yang terjadi di masyarakat Desa Teluk Panji II. Dalam hal ini gotong royong yang dilakukan
masyarakat akan berdampak positif bagi masyarakat di Desa teluk Panji II itu sendiri. Selain sebagai suatu kegiatan untuk membersihkan saluran air dan
membersihkan lingkungan di Desa Teluk Panji II, kegiatan gotong royong juga merupakan kegiatan yang menyatukan masyarakat di Desa Teluk Panji. Gotong
royong di Desa Teluk Panji biasanya dikomandoi oleh kepala desa beserta staff- staff desa, setiap kegiatan gotong royong memperbaiki insfrastruktur jalan,
bergotong royong mempersiapkan kegiatan-kegiatan 17 Agustus dan lain.lain. Kepala desa melibatkan seluruh masyarakat yang ada di Desa Teluk Panji II.
kepala Desa biasanya mensosialisasikan akan diadakannya kegiatan gotong royong tersebut 2 hari sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Dengan begitu
masyarakat di Desa Teluk Panji II akan mempersiapkan alat-alat seperti cangkul, babat, parang, enggrek serta tenaga untuk kegiatan gotonng royong tersebut. Hal
ini berdasarkan yang diungkapkan oleh Pak Woto dalam wawancara sebagai
berikut : “disini ketika ada kegiatan gotong royong, masyarakat semua
dilibatkan dari orang tua sampai anak-anak. Gotong royong yang dilakukan, seperti ketika parit-parit mulai kotor dan banyak sampah,
maka masyarakat diajak bersama-sama untuk membersihkan parit-parit tersebut.Gotong royong ini dikomandoi langsung oleh Kepala Desa.
Biasanya kegiatan gotong royong tersebut dilakukan pada sabtu dan minggu sore, dengan tujuan semua masyarakat Di Desa Teluk Panji
ikut serta dalam kegiatan gotong royong tersebut” berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Woto
Universitas Sumatera Utara
97 Hal ini dipertegas oleh informan lainnya, sebagai berikut:
“Di Desa Teluk Panji II ini sering mengadakan kegiatan gotong royong. Gotong royong di ikuti oleh semua warga di desa ini dan
setiap kepala keluarga wajib hadir minimal salah satu anggota keluarganya. Biasanya kegiatan gotong royong yang kami lakukan di
komandoi langsung oleh kepala desa. Kegiatan gotong royong tersebut biasanya dilakukan pada hari jum’at atau sabtu, maka pada hari itu
warga di Desa Teluk Panji II tidak akan pergi keladang untuk sementara. Biasanya kegiatan gotong royong ini dilakukan satu tahun 2
kali. Tapi terkadang jika kondisi jalan sudah sangat parah dan musim hujan tiba, maka infrastruktur jalan dan parit-parit segera di
bersihkan.” berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Aminuddin
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan gotong royong yang terjadi Di Desa Teluk Panji II,
melibatkan semua masyarakat di desa tersebut. Disini dapat di lihat bahwa kegiatan gotong royong tersebut merupakan suatu wadah di mana seluruh
masyarakat desa teluk panji II dapat berkumpul dan membaur dalam suatu kegiatan. Di dalam kegiatan gotong royong yang terjadi di Desa Teluk Panji II
akan menciptakan interaksi yang membuat hubungan antar masyarakat di Desa Teluk Panji II berjalin dengan harmonis.
Tak jarang pula masyarakat yang berhalangan hadir ketika kegiatan gotong royong diadakan. Tetapi biasanya mereka menggantikan dengan anak-
anaknya dan ada pula yang sama sekali tidak ada perwakilan dari keluarganya. Kemudian ada pula yang sama sekali berhalangan hadir mereka mengirimkan
makanan sebagai bentuk bantuan konsumsi kepada warga yang sedang bergotong royong. Bagi para warga yang tidak dapat hadir atau tidak ada perwakilan dari
keluarganya mereka biasanya mempunyai kesibukan dan warga biasanya memakluminya. Tetapi jika selama setiap ada kegiatan gotong royong selalu tidak
datang maka kepala desa memberikan peringatan melalui ketua RT. Kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
98 sampai sekarang tetap bertahan meskipun sedang di terpa modrenisasi yang
sedang berjalan. b.
Mensukseskan acara pesta kegiatan-kegiatan sosial yang terdapat pada masyarakat Desa Teluk Panji
II biasanya dilakukan secara spontanitas. Selain gotong royong kegiatan – kegiatan sosial dalam bentuk kerjasama juga terjadi pada saat psta pernikahan
biasnya masyarakat disana mengatakannya dengan rewang. Rewang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada saat salah seorang warga mengadakan pesta.
Saat itulah secara spontanitas dan secara sukarela masyarakat di Desa Teluk Panji II beramai-ramai ikut serta membantu warga yang sedang mengadakan pesta
pernikahan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ningsih yang pernah melakukan pesta sebagai berikut:
“di sini kalau ada yang pesta para tetangga serta sanak saudara yang terdekat di undang untuk rewang. Seperti kemarin saya misalnya
mengadakan pesta, jika saya bertetangga dengan Etnis Batak Mandailing, Batak Toba dan lain-lain ya saya memanggil mereka.
Karena rewang ini hanya para tetangga yang di ajak, yang dekat dekat rumah saya saja. Kemudian sebaliknya jika saya tidak bertetangga
dengan Etnis Mandailing, Batak Toba dan Jawa saya tidak memanggil mereka untuk rewang. Sekarang tergantung kondisi sama sapa kita
bertetangga. berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Ningsih
Masyarakat di desa ini membantu secara sukarela. Ketika salah seorang masyarakat di desa tersebut mengadakan pesta, maka tetangga di sekitarnya akan
turut membantu tanpa adanya paksaan dan perintah, berdasarkan keinginan dan hati nurani sendirilah membuat masyarakat Desa Teluk Panji II hidup saling
membantu. Seperti yang diungkapkan Pak Dahlan pada wawancara di atas yang mengatakan masyarakat di Desa Teluk Panji II sudah menjadi kebiasaan hidup
saling membantu. Karena menurut mereka di Desa Teluk Panji II yang merupakan penduduk pendatang sudah di anggap sebagai saudara karena masyarakatyang
Universitas Sumatera Utara
99 datang ke desa ini tujuannya adalah merubah nasib, jadi sesama pendatang harus
saling membantu. Di Desa TelukPanji semua masyarakatnya menjalin hubungan yang
baik.Hal ini dapat di tunjukkan dengan rasa peduli antar masyarakat tanpa membeda-bedakan antara etnis satu dengan etnis lainnya.Tidak hanya kaum
perempuan atau ibu-ibu saja yang membantu jika salah seorang mengadakan pesta di desa tersebut, kaum laki-laki atau ayah-ayah juga turut membantu jika salah
seorang mengadakan pesta pernikahan. Berikut hasil wawancara dengan Pak Udin Siregar yang mengatakan sebagai berikut:
“...Jika ada salah seorang warga di Desa Teluk Panji II ini mengadakan pesta saya selalu membantu warga yang mengadakan
pesta tersebut, misalnya dalam hal mengantarkan undangan yang akan di sebarkan kepada seluruh masyarakat Desa
Teluk Panji, baik
masyarakat Desa Teluk Panji I, II, III dan IV...”Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Mahyuddin Siregar, Etnis Batak Mandailing
Berdasarkan yang diungkapkan Pak Udin Siregar dalam wawancara di atas yang mengatakan dia selalu bersedia mengantarkan undangan pesta setiap ada
acara pesta penikahan, ini menunjukkan bahwa tanpa memandang etnis yang berbeda maupun tanpa memandang jenis kelamin yang berbeda karena sudah
menjadi suatu kebiasaan hidup saling membantu, maka semua baik anak-anak, orang tua maupun orang dewasa turut meramaikan acara tersebut.
Selain acara pesta pernikahan yang menunjukkan suatu sikap saling bekerjasama dan saling membantu, pada saat kemalangan juga merupakan suatu
keadaan yang dapat menimbukan sikap saling membantu. Berikut berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Madiyang mengatakan sebagai berikut:
“...Jika warga di Desa Teluk Panji II ini ada kemalangan, begitu dapat berita adanya kemalangan, saya pun langsung siap – siap untuk tukam
melayat, baik itu dari etnis sunda, batak mandailing maupun batak
Universitas Sumatera Utara
100 toba maka saya menghadirinya...”Berdasarkan hasil wawancara
dengan Pak Madi, Etnik Jawa
Begitu juga yang disampaikan oleh Pak Niswan dalam hasil wawancara sebagai berikut:
... Kami disini tidak hanya pada saat pesta saja yang beramai-ramai menghadirinyapada saat ada tetangga kami mengalami musibah dan
kemalangan kami juga datang untuk mengunjunginya, memberikan semangat kepada keluarga yang di tinggalkan, kalaubapak-bapaknya
membantu mempersiapakan apa saja yang di perlukan...”Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Niswan, Etnik Jawa.
Dapat dilihat hubungan harmonis di Desa Teluk Panji II ini tidak hanya tampak pada saat acara sukacita saja, pada saat salah seorang warga mengalami
musibah dan kemalanganpun, masyarakat di Desa Teluk Panji berbondong- bondong untuk memberikan doa maupun memberikan semangat kepada keluarga
yang sedang mengalami musibah dan kemalangan. Menurut Pak Niswan masyarakat di Desa Teluk Panji II ini berbeda dengan masyarakat didaerah lain
yang ketika ada salah seorang warga yang kemalangan mereka hanya menjenguknya dengan sekedar melihat dan menjenguknya sekitar 10 sampai 15
menit saja lalu pulang ke rumah masing-masing, berbeda dengan di Desa Teluk Panji II, masyarakatnya akan terus menemani salah seorang yang tertimpa
tersebut sampai semua keluarga mereka datang. Karena semua penduduk di Desa Teluk Panji II ini merupakan pendatang, maka ketika terjadi kemalangan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunggu keluarga yang sedang mengalami kemalangan di rumah tersebut.Hal tersebut menunjukkan adanya suatu
hubungan baik yang menciptakan masyarakat harmonis walaupun masyarakatnya terdiri dari beragam etnis namun hubungan harmonis tersebut dapat tercipta.
Universitas Sumatera Utara
101 2.
Toleransi Sikap dapat menerima perbedaan antara beragam etnis merupakan salah
satu bentuk toleransi.Perbedaan etnis di Desa Teluk Panji II seperti perbedaan pendapat, perilaku, sifat antara etnis yang berbeda membuat hubungan antar
masyarakat mampu untuk bersikap penuh toleransi. Kemampuan untuk bertoleransi terhadap orang lain yang berbeda etnis di katakan sebagai toleransi
sosial, karena sikap dan perilaku tersebut sering dilakukan berkali-kali ketika berinteraksi sosial dengan orang lain, akhirnya menjadi sifat orang tersebut.
Di Desa Teluk Panji II yang terdiri dari beragam etnis yang menyebabkan adanya perbedaan adat, maupun agama membuat masyarakat di desa ini
membiasakan diri untuk bertoleransi. Bentuk sikap toleransi yang terdapat di desa ini dapat di tunjukkan berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Niswanyang
mengatakan sebagai berikut: “Di desa ini masyarakatnya saling memahami antara etnis dan agama
yang berbeda, disini ketika Etnis Batak Toba mengadakan pesta maka mereka memasak makanannya di rumah tetangganya yang beretnis
lain, seperti Batak Toba mengadakan pesta, maka makanannya di masak oleh Etnis Jawa...”Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak
Niswan, Etnik Jawa
Berdasarkan yang diungkapkan Pak Niswan pada wawancara di atas menunjukkan adanya sikap saling toleransi antara etnis Batak Toba dengan Etnis
Jawa, dimana Etnis Batak Toba pada saat mengadakan pesta memahami adanya perbedaan yang terjadi di desa tersebut. Masyarakat yang beretnis Batak Toba
memahami bahwa jika mereka mengadakan pesta maka masakan yang akan mereka hidangkan untuk etnis lain berbeda dengan masakan yang akan mereka
hidangkan untuk sesama etnis Batak Toba. Adanya perbedaan etnis yang terdapat
Universitas Sumatera Utara
102 di Desa Teluk Panji II, tidak menjadi suatu kendala bagi etnis lain jika ingin
menghadiri pesta tersebut. Berikut hasil wawancara dengan Pak Sahrialyang mengatakan sebagai berikut:
“...Kalau ada etnis lain mengadakan pesta saya pasti menghadirinya, jangankan berbeda etnis yang sesama akidahnya dengan saya, yang
berbeda akidahnya pun saya juga menghadirinya. Kami di sini tidak memandang adanya perbedaan jika ingin menghadiri suatu pesta,
karena tidak perlu khawatir dengan makanan yang akan dihidangkan...”berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Sahrial,
Etnik Batak Mandailing
Hal ini dipertegas oleh salah seorang informan lainnya sebagai berikut: “...Di sini jika Etnis Batak Toba mengadakan pesta, semua etnis juga
diundang, bahkan yang meramaikan pesta tersebut adalah etnis lain diluar Etnis Batak Toba, karena Etnis Batak Toba di desa ini jika
mengadakan pesta maka makananya di masak oleh etnis lain, sehingga etnis lain pun tidak perlu khawatir dengan makanan yang akan
dihidangkan” berdasarkanhasil wawancara dengan Pak Suheri, Etnik Jawa
Berdasarkan hasil wawancara di atas yang diungkapkan oleh kedua informan yaitu Pak Sahrial dan Pak Suheri, menunjukkan bahwa perbedaan etnis
bukan merupakan suatu penghalang bagi etnis lain untuk menghadiri pesta tersebut jika pesta yang di adakan oleh Etnis Batak Toba. Semua masyarakat di
Desa Teluk Panji II dapat menerima perbedaan yang ada baik perbedaan penadapat, sikap, sifat dan perilaku orang lain. Di Desa Teluk Panji II ini,
masyarakat yang beretnis Jawa, Sunda maupun Batak Mandailing, bersedia beramai-ramai membuatkan makanan untuk Etnis Batak Toba ketika ingin
mengadakan pesta pernikahan. Ini menunjukkan adanya sikap toleransi kepada sesama masyarakat di Desa Teluk Panji II. Begitu juga Etnis Batak Toba ketika
mereka di undang untuk menghadiri pesta yang diadakan etnis lain, maka mereka juga akan menghadiri pesta tersebut. Ini menujukkan suatu hubungan baik yang
Universitas Sumatera Utara
103 bersifat timbal balik dan sering di lakukan berkali-kali sehingga menjadi suatu
kebiasaan yang di lakukan oleh masyarakat di desa ini. Selain pada saat acara pesta pernikahan, dalam kesehariannya juga sering
terjadi dimana Etnis Batak Toba memberikan bahan makan kepada tetangganya yang berbeda etnis, begitu juga sering terjadinya dimana seperti Etnis Jawa,
Sunda dan Batak Mandailing memberikan makanan kepada Etnik Batak Toba. Hal tersebut sering terjadinya karena di Desa Teluk Panji II tempat tinggal
masyarakatnya saling membaur antara etnis satu dengan etnis lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Madi yang mengatakan sebagai berikut:
“...Di desa ini, masyarakat yang beretnis batak sudah memahami kalau antara mereka dengan etnis lain itu berbeda akidah, baik dalam hal
beribadah maupun dalam hal makanan...”berdasarkan wawancara dengan Pak Madi, Etnik Jawa
Begitu juga dengan yang di sampaikan oleh Pak Amran pada saat wawancara dengan salah seorang masyarakat yang beretnis batak mandailing yang
mengatakan sebagai berikut: “...Kalau etnis batak toba memberikan makanan ya saya terima, itukan
rezeki tidak boleh di tolak.Mereka etnis batak toba memberikan bahan makanan hasil panen di pekarangan rumah mereka seperti
pisang, ubi, dan sayuran. Terkadang mereka juga memberikan makanan yang mereka masak sendiri, walaupun begitu saya tetap
terima, setelah saya terimah tanpa sepengetahuan pemberi saya buang di belakang rumah saya...” hasil wawancara dengan Pak Amran,
Etnik Batak Mandailing
Di Desa Teluk Panji II, yang masyarakatnya hidup membaur menciptaan suatu hubungan yang baik, dengan membaurnya suatu masyarakat yang berbeda
etnis, misalnya Etnis Batak Toba yang tempat tinggalnya berdekatan dengan Etnis Jawa, Sunda dan Batak Mandailing, sehingga membuat masyarakat yang berbeda
etnis tersebut dapat memahami perbedaan antara etnis satu dengan etnnis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
104 Seperti menurut Pak Madi yang mengatakan bahwa etnis yang beragam saling
memahami antara satu dengan lainya misalnya dalam hal pemberian makanan, dimana Etnis Batak Toba lebih sering memberikan bahan makanan atau hasil
panen dari perkarangan rumah mereka dari pada mereka memberikan makanan hasil masakan mereka sendiri. Menurut Pak Amranketika awal masuknya Etnis
Batak Toba ke Desa Teluk Panji II, mereka belum memahami perbedaan antara Etnis Batak Toba dengan etnis lainnya, sehingga ada juga Etnis Batak Toba yang
memberikan makanan yang mereka masak sendiri kepada etnis lain. Namun lama- kelamaan Etnis Batak Toba mulai memahami perbedaan antar etnis tersebut. Hal
inilah yang menunjukkan bersikap dan berperilaku saling memahami adanya keberagaman etnis yang ada di dalam masyarakat Desa Teluk Panji II, sehingga
membuat masyarakakt di desa ini memiliki kemampuan untuk bertoleransi terhadap orang lain yang melahirkan suatu hubungan yang harmonis.
3. Akomodasi
Bentuk-bentuk akomodasi yang terjadi di Desa Teluk Panji II dapat berupa kompromi yaitu penyelesaian suatu masalah dimana masing-masing pihak yang
terlibat mengurangi tuntutannya agar dapat dicapai suatu penyelesaian. Biasanya konflik yang terjadi pada masyarakat di Desa Teluk Panji II hanya konflik kecil
yaitu seperti misalnya jika ada masyrakat Desa Teluk Panji II ketahuan mencuri sawit maka penyelesaiannya dilakukan sesegera mungkin pada saat kejadian itu
berlangsung. Penyelesaian konflik tersebut biasanya dilakukan dengan cara kompromi yaitu saling membicarakan permasalahan apa yang terjadi lalu setelah
itu diselesaikan dengan cara damai. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
105 “Di Desa Teluk Panji II ini biasanya konflik yang terjadi ya kalau ada
salah seorang warga ketahuan mencuri sawit, maka warga lain juga akan turut meramaikan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi lalu saling
membantu untuk memberikan saran bagaimana cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut” berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Woto
Berdasarkan hasil wawancara di atas tersebut dapat di ketahui bahwa hubungan masyarakat yang harmonis, bukan berarti tidak memungkinkan akan
terjadinya konflik. Namun apapun konflik yang terjadi di Desa Teluk Panji II, selalu dapat di atasi, sehingga konflik yang terjadi tidak semakin membesar dan
tidak menyebabkan terjadinya perpecahan. Adapun cara penyelesaian konflik yang dilakukan di Desa Teluk Panji dengan cara meminta bantuan pihak ketiga
yang netral mediasi dan dengan cara kompromi dengan meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak arbitrasi. Biasanya pihak ketiga yang
datangkan untuk membantu pnyelesaian konflik yang terdapat di Desa Teluk Panji II yaitu kepala desa, tokoh agama, orang yang dituahkan atau kepada seseorang
teman yang di segani. Hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di Desa Teluk Panji II dalam rangka untuk menyelesaikan konflik. Konflik-konflik
yang terjadi di Desa Teluk Panji II bukan merupakan permasalahan yang besar yang berkaitan dengan SARA, sehingga konflik tersebut dapat diselesaikkan
dengan cara damai, yang membuat masyarakat di Desa Teluk Panji tetap terjalin harmonis. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Pak Aminuddinyang mengatakan
sebagai berikut: “Desa Teluk Panji II dijuluki desa yang harmonis, karena
masyarakatnya membaur dan tidak pernah terjadi konflik, adapun konflik seperti jika salah seorang warga tertangkap sedang mencuri
ayam, maka penyelesaaiannya bisa dengan kekeluargaan dengan di bantu oleh tokoh masyarakat, bisa juga di selesaikkan di kantor kepala
desa”Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Aminuddin, Etnik Sunda
Universitas Sumatera Utara
106 Sama halnya dengan yang di smpaikan oleh Pak Juntakyang mengatakan sebagai
berikut: “Di desa ini tidak pernah terjadi konflik, adapun konflik itu jarang
sekali terjadi, itu dulu aja ada konflik karena mencuri dan dapat di selesaikan secara kekeluargaan, tapi saat ini sudah tidak ada lagi
seperti itu, masyarakat disini sudah aman dan hidup rukun, kasus pencurian sawit atau binatang ternak hampir sudah tidak pernah
terjadi lagi” berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Juntak, Etnik Batak Toba
Berdasarkan yang di ungkapkan oleh Pak Aminuddin dan Pak Juntak bahwa Desa Teluk Panji II adalah desa yang masyarakatnya hidup harmonis
karena konflik yang terjadi di dalam masyarakat tersebut sangat jarang terjadi. Walaupun desa ini terdiri dari beragam etnis, masyarakatnya dapat hidup
damai.Suatu perselisihan atau suatu masalah dapat di selesaikan dengan musyawarah dan dengan hubungan kekeluargaan, sehingga suatu masalah dapat
selesai tanpa mengakibatkan terjadinya perpecahan antar masyarakat di Desa Teluk Pani II tersebut.
Hubungan antara masyarakat yang berbeda etnis di Desa Teluk Panji tidak hanya sebatas hubungan tetangga biasa, masyarakat di sini sudah menganggap
bahwa sesama pendatang adalah saudara. Seperti yang dikatakan Pak Aminuddin yang mengatakan sebagai berikut :
“Di Desa Teluk Panji II ini, semua sudah seperti saudara bukan lagi hanya sebatas tetangga saja, setiap ada masyarakat yang kesusahan
pasti akan di bantu baik dengan materi maupun dibantu dengan tenaga” berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Aminuddin, Etnik
Sunda
Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa muncul di dalam diri setiap masyarakat di Desa Teluk Panji II ini rasa persaudaraan dan tmbuh rasa
kekeluargaan di dalam diri mereka sehingga hubungan masyarakat di desa ini
Universitas Sumatera Utara
107 terjalin harmonis.Adapun rasa kekeluargaan itu muncul karena mereka adalah
warga pendatang dari berbagai daerah sehingga jika mereka membutuhkan sesuatu dan mengalami kesulitan, baik dalam hal kesulitan ekonomi maupun
kesulitan lainnya, maka orang pertama yang membantu adalah tetangga.Karena sanak saudara mereka jauh dari tempat tinggal mereka sehingga jika meminta
bantuan kepada saudara membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal.Maka dari itulah konflik terjadi di desa ini.
4. Asimilasi
Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga warga-warga yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan yang
tunggal. Proses asimilasi yang terjadi di Desa Teluk Panji II timbul karena adanya perbedaan kebudayaan dimana desa yang berisikan penduduk dari berbagai daerah
dengan kebudayaan yang berbeda tinggal dan menetap di suatu tempat yang sama sehingga di dalam kenyataannya mereka bergaul, berhubungan dan berinteraksi
secara intensif dalam waktu yang lama. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara
orang atau kelompok.Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha- usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama. Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan
antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan
bersama.Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok.
Universitas Sumatera Utara
108 Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Asimilasi
dapat terbentuk apabila terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda, terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam
waktu yang relatif lama, dan kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri.
Berdasarkan pengamatan peneliti di Desa Teluk Panji II penyesuaian antar etnis memang terjadi, namun penyesuaian dan pembauran tersebut tidak membuat
masyarakat di Desa Teluk Panji II saling menghilangkan kebudayaannya yang baru dan membentuk kebudayaan baru. Sehingga proses asimilasi tidak terjadi di
desa tersebut. Masyarakat di Desa Teluk Panji, hanya sebatas memahami, mengerti dan melakukan pembauran terhadap Etnis lain, dan mereka tidak
menghilangkan kebudayaan yang mereka miliki. 5.
Akulturasi
Akulturasi merupakan peleburan dua kebudayaan tanpa menghilangkan kebudayaan itu sendiri. di Desa Teluk Panji II peleburan kebudayan itu dapat
terjadi dengan adanya perkawinan campuran, banyak terjadinya perkawinan campuran di desa ini, karena minimnya fasilitas pendidikan dan kurangnya
motivasi untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi membuat banyak para orang t ua menikahi anaknya di usai muda. Perkawinan campuran itu terjadi
karena adannya rasa kekeluargaan di Desa Teluk Panji II, sehingga tidak adanya kekhawatiran jika anak mereka dinikahi dengan etnis yang berbeda. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Pak Niswan yang mengatakan sebagai berikut : “...Ya tidak ada masalah jika menikah dengan berbeda etnis, kalau
adat mana yang mau digunakan pada saat pesta itu tergantung dari musyawarah antara kedua pihak, jadi semua yang mau di lakukan itu
Universitas Sumatera Utara
109 berdasarkan musyawarah antara kedua belah pihak..” berdasarkan
hasil wawancara dengan Pak Niswan, Etnik Jawa
Berdasarkan pernyataan di atas terlihat bahwa adat yang berbeda dari etnis yang berbeda tidak menjadi suatu masalah di dalam masyarakat dalam
menentukan adat yang akan digunakan pada saat pesta perkawinan. Keberagaman etnis justru membuat masyarakat membaur.
4.8 Nilai dan Norma Yang Mendukung Hidup Harmonis Dalam Masyarakat