86 di Desa Teluk Panji II menjadi semakin erat dan harmonis, karena setiap
mayarakat saling melibatkan, bahu membahu dan tolong menolong mensukseskan acara tersebut.
2. Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
Perayaan kemerdekaan Republik Indonesiabiasanya dilaksanakan setahun sekali yakni pada tanggal 17 Agustus. Kegiatan ini di laksanakan di tempat yang
luas seperti di tanah lapang dan melibatkan instalasi pemerintahan dan pendidikan serta masyarakat.
Adapun sistem cara pelaksanaanya yakni mengundang seluruh anggota lapisan masyarakat yang ada di Desa Teluk Panji II untuk hadir dan bermain
bersama serta menikmati hiburan yang telah disediakan seperti panjat pinang, bola joget, lari karung dll. Masyarakat Teluk Panji II dalam melaksanankan perayaan
keerdekaan Republik Indonesia ada pemandangan yang berbeda seperti yang di ungkapkan oleh Pak Aminuddin sebagai berikut:
Semua kegiatan dari awal hingga akhir dilakukan secara bersama- sama baik antar sesama suku maupun antar suku yang berbeda baik
kaum ibu-ibu, bapak-bapak maupun kaum muda-mudi. Kemudian dalam pelaksanaan upacara bendera dipimpin oleh 2 doa. Pertama
doa dari masyarakat muslim dan kedua doa dari umat kristiani.
Dari hasil wawancara di atas tersimpulkan bahwa sikap saling menghargai antar etnis sangat dijaga. Masyarakat di sana duduk bersama dan berfikirnya
Indonesia bahwa mereka itu adalah satu. Walaupun warga Teluk Panji II bersifat multi etnis terdiri dari banyak etnis, namun mereka tetap selalu bertoleransi dan
saling membantu dalam berbagai kegiatan.
4.6.3 Amalgamasi Merupakan Bentuk Keharmonisan Mayarakat Multi Etnis di Desa Teluk Panji II
Universitas Sumatera Utara
87 Perkawinan campur atau Amalgamasi antar etnis yang berbeda dalam
masyarakat merupakan suatu kebiasaan yang kerap terjadi pada masyarakat seperti perkawinan campur dalam masyarakat perkotaan dan pedesaan hingga
perkawinan beda agama dan lintas Negara. Desa Teluk Panji II di huni oleh masyarakat multi etnis, maka dalam masyarakat tersebut juga banyak terjadi
kawin campur. Dengan adanya perkawinan campur pada etnis yang berbeda akan
menimbulkan terjadinya peleburan budaya, di mana mereka saling menghargai dan menyesuaikan budanya sendiri secara sukarela. Dengan adanya ikatan
perkawinan pada suatu etnis yang berbeda baik atas dasar kepentingan individu maupun kelompok akan berpengaruh besar dalam mendorong terjalinnya
hubungan yang mengarah kepada penyatuan pada masyarakat multi etnis. Perkawinan campur yang terjadi di Desa Teluk Panji II antara Etnis Jawa dengan
Etnis Mandailing, Etnis Jawa dengan Sunda dan Etnis Sunda dengan Mandailing sudah terjadi dalam tempo waktu yang lama.
4.6.3.1 Faktor-faktor terjadinya perkawinan campuran di Desa Teluk Panji II
Berdasarkan observasi di lapangan, faktor utama terjadinya perkawinan campuran dalam masyarakat multi etnis di Desa Teluk Panji II diantaranya.
Pertama, faktor transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari suatu pulau ke pulau yang lainnya. Para transmigran yang datang ke Teluk Panji II umumnya
adalah dari pulau Jawa, namun ada juga yang berasal dari Sumatera Utara. Dengan adanya orang Jawa dan orang Sumatera yang tinggal di Teluk Panji II
maka banyak di antara mereka yang meneikah dengan etnis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
88 Kedua, faktor imigrasi yaitu perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain.
Berhubung Desa Teluk Panji II Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdekatan dengan Kabupaten Padang Lawas Tapanuli
selatan, maka banyak warga Tapanuli Selatan yang merantau ke Desa Teluk Panji II. Namun ada juga yang merantau dari Madina, Sosa dan sebagainya. Lambat
laun mereka yang merantau menikah dengan warga transmigran yang telah ada di desa tersebut.
Ketiga, faktor ketergantungan antar etnis yang ada di Desa Teluk Panji II. Sadar akan sesama pendatang membuat warga saling bergantung baik dari sektor
pertanian maupun dari sektor pendidikan. Dengan adanya unsur saling ketergantungan tersebut mendorong terjadinya perkawinan campuran dalam
masyarakat. 4.6.3.2
Bentuk-bentuk perkawinan campuran di Desa Teluk Panji II
Berdasarkan data yang dikumpulkan penulis di lapangan, dalam masyarakat multi etnis di Desa Teluk Panji II meliputi empat etnis yang berlainan
yaitu Etnis Jawa,Sunda, Mandailing, dan Batak Toba. Kawin campur antar etnis yang berbeda tersebut dapat diklarifikasikan kedalam empat bentuk, yakni sebagai
berikut: 1.
Perkawinan campur antara Etnis Jawa dengan Etnis Mandailing
Perkawinan antara Etni Mandailing dengan Etnis Jawa di Teluk Panji II sudah terjadi dalam waktu tempo lama, orang Jawa yang menikah dengan orang
Mandailing terdiri dari berbagai latar belakang seperti yang di ungkapkan Pak Sahrial Harahap sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
89 Saya menikah dengan Etnis Jawa selain karena itu memang sudah
jodoh saya, juga disebabkan oleh lamanya masa merantau saya sebagai sopir di desa ini. Saya sudah merantau disini selama
sebelas tahun, tidak mungkin saya tidak menikah umur saya juga sudah tua lagi pula masyarakat disini banyak orang Jawa,
masyarakat pun juga dapat menghargai budaya yang berbeda. Sehingga saya tidak merasa terlalu asing untuk menetap di Teluk
Panji II ini. Selain latarbelakang pekerjaan, ada juga yang menikah lantaran
kehendak masing-masing individu atas dasar suka sama suka, seperti yang dikatakan oleh Pak Suheri sebagai berikut:
Pernikahan antara Etnis Mandaling dengan Jawa bukan karena keterpaksaan, tetapi memang karena kita sudah merasa cocok dan
bisa saling memahami perbedaan-perbedaan yang ada pada diri kita masing-masing. Saya menikah dengan istri saya atas suka
sama suka, kami memang sudah saling mengenal bertahun-tahun sebelum kami memutuskan untuk menikah.
Selanjutnya ada juga orang tua pihak perempuan dari Etnis Jawa di Desa Teluk Panji II yang menikahkan anaknya dengan orang Jawa lantaran karena
kepercayaan, satu profesi dalam bidang pekerjaan dan saling ketergantungan dalam matapencaharian, perkawinan campuran ini terjadi umumnya pada
kalangan petani yaitu perkawinan antara majikan dengan buruh. Begitu juga Etnis Mandailing, ada juga orang tua pihak laki-laki menjodohkan anak laki-lakinya
dengan latarbelakang kekeluargaan. Biasanya disebut dengan menikahi anak boru tulang.
Saya menikahkan putra saya dengan anak boru tulangnya karena mereka menantu saya itu orangnya baik dan jujur. Sehingga jalinan
kekeluargaan kami tidak putus.
Perkawinan campuran antara Etnis Jawa dengan Mandailing yang terjadi di Desa Teluk Panji II dapat terjadi disebabkan oleh masing-masing mereka yang
menikah dengan latarbelakang etnis dan budaya yang berbeda tersebut tidak melandaskan perkawinannya kepada budaya melainkan karena unsur lamanya
merantau, suka sama suka, saling ketergantungan dan unsur kekeluargaan.
Universitas Sumatera Utara
90 Adapun adat yang digunakan dalam pernikahan antar etnis ini yaitu
menggunakan dua adat sekaligus. Misalnya seperti adat memijak telur dari orang Jawa, dan meraka juga menggunakan upah-upah dari adat Mandailing. Tetapi ada
juga yang menggunakan pesta selama dua kali sehingga apa bila pesta pertama dilakukan di keluarga yang beretnis Jawa maka mereka menggunakan adat Jawa
begitu juga sebalik nya apa bila pesta dilakukan dirumah etnis Mandailing maka mereka menggunakan adat Mandailing. Biasanya pesta yang dilakukan selama
dua kalio ini dilakukan oleh orang-orang yang mampu. 2.
Perkawinan campur Antara Etnis Jawa dengan Etnis Sunda
Etnis Jawa yang menikah dengan Etnis Sunda di Teluk Panji II banyak juga terjadi. Perkawinan campur antar etnis ini melalui kesamaan
matapencaharian di sektor pertanian dan juga perkebunan. Namun ada juga pengaruh dari sama-sama dari pulau Jawa. Melalui inilah banyak terjadi
perkawinan campur antara orang Jawa dengan Sunda di Desa Teluk Panji II. Perkawinan campuran antara Etnis Jawa dengan Etnis Sunda biasanya
terjadi karena sama-sama berasal dari pulau Jawa dan sudah lama menetap di Teluk Panji II. Selain itu juga adanya ketergantungan dalam bidang pertanian
lainnya, dimana orang Jawa dan Sunda ladangnya berdekatan dan membeli ladang secara bersama-sama. Setelah adanya pergaulan yang lama dan saling
ketergantungan pada sektor lainnya seperti sektor pertanian, perkebunan serta perdagangan maka terjadilah perkawinan campuran pada masyarakat multi etnis
di Desa Teluk Paanji II. Dalam pernikahannya mereka menggunakan dua adat yaitu adat dari Etnis
Jawa dan Etnis dari Sunda. Sebenarnya adat Jawa tidak jauh berbeda dengan adat
Universitas Sumatera Utara
91 Sunda hanya saja adat Sunda dalam pernikahannya diwarnai dengan humor tapi
tidak menghilangkan nuasnsa sakral dan khidmat.
3. Perkawinan campur Antara Etnis Sunda dengan Etnis Mandailing
Perbauran dalam masyarakat multi etnis pada suatu masyarakat, mereupakan kebhinekaragaman yang diisyaratkan sebagai identitas masyarakat
tersebut. Dengan adanya latarbelakang etnis dan budaya yang terdapat pada masyarakat, dapat memicu terjadinya relasi amalgamasi dalam masyarakat
tersebut diantaranya adalah perkawinan campur. Di Desa Teluk Panji II termasuk salah satu masyarakat dari sekian
masyarakat yang ada di Indonesia yang memiliki keanekaragaman serta latar belakang budaya yang berbeda dan tinggal dalam satu wilayah masyarakat yang
sama. latar belakang perkawinan campuran antara orang Mandailing dengan orang Sunda di Desa Teluk Panji II tidak jauh berbeda dengan latar perkawinan
campur lainnya seperti orang Jawa dengan Mandailing dan orang orang Jawa dengan Orang Sunda. Perbedaannya terletak pada Etnis Mandailing yang
merupakan masyarakat perantau atau imigrasi dari daerah lain dan sudah lama menetap sehingga sudah saling mengenal antar etnis lainnya.
Tidak jauh berbeda dengan etnis lainnya, orang Sunda dan orang Mandailing juga biasanya menggunakan dua adat mereka masing-masing ketika
melaksanakan pesta. Terkadang hiburan pesta mereka diambil dari Etnis Jawa seperti hiburan jarkep yang saat-saat ini sedang membuminya di Desa Teluk
Panji II. 4.
Perkawinan campuran Antara Etnis Batak Toba dengan Etnis lainnya
Universitas Sumatera Utara
92 Perkawinan campuran antar etnis batak toba dengan etnis lainnya seperti
dengan etnis Mandailing, Sunda dan Jawa sangat jarang terjadi bahkan tidak pernah terjadi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan agama yang ada di desa
tersebut. Biasanya etnis Batak Toba di desa ini menikah dengan sesama etnisnya. Walaupun begitu di tengah perbedaan agama yang ada mereka tetap hidup
harmonis dan berdampingan. Hal ini bukan suatu permasalahan bahkan ketika Etis Batak Toba mengadakan perta mereka menggunakan hiburan jarkep dimana
ita ketahui jarkep itu adalah budaya Jawa. Semakin majunya pemikiran masyarakt membuat hadirnya ide-ide yang
muncul untuk membuat organisasi untuk mempererat tali persaudaraan yang ada.Persadaan Batak Tapanuli merupakan organisasi yang ada di Desa Teluk
Panji II sejak 2004 silam.Organisasi ini bukan hanya beranggotakanEtnis Batak Toba dan Mandailing saja tetapi sudah multi etnis seperti yang di ungkapkanPak
Sahrial pada saat wawancara berikut ini: “Seiring dengan berjalannya waktu organisasi ini tidak hanya
beranggotakan Etnis Batak Toba dan Mandailing saja, melainkan sudah multi etnis seperti Etnis Sunda dan Jawa.Hal ini di
karenakan adanya perkawinan campuran amalgamasi antara Etnis Mandailing dengan etnis Jawa, Etnis Sunda dengan Etnis
Mandailing.Dengan adanya perkawinancampuran antar etnis membuat Parsadaan Batak Tapanuli PBT tidak lagi di ikuti oleh
Etnik Batak Toba dan Mandailing saja tetapi sudah beraneka ragam etnis”.
Dalam bermasyarakat selalu ada cara untuk membuat hubungan antar masyarakat itu menjadi harmonis. Organisasi Parsadaan Batak Tapanuli yang
dibentuk oleh Pak Sahrial untuk mempersatukan dan mempererat hubungan antar masyarakat Batak mandailing dan Batak Toba. Tetapi dengan adanya amalgamasi
membuat etnis Jawa dan Sunda masuk dalam organisasi tersebut sehingga hubungan antar etnis lainnya pun semakin erat.Hal ini terlihat ketika acara
Universitas Sumatera Utara
93 perkumpulan Persadaan Batak Tapanuli dilakukan, tidak hanya laki-laki atau
perempuan yang beretnis batak saja yang berkumpul melainkan suami atau istri yang beretnis lain yaitu Jawa maupun Sunda juga mengikuti perkumpulan
tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pak Abdul Wahab Simanjuntak sebagai berikut:
“Jika suaminya yang beretnis batak, sedangkan istrinya beretnis Jawa, maka ketika suami nya yang beretnis batak tersebut
menghadiri acara perkumpulan organisasi PBT, istri yang meskipun bukan beretnis batak, turut menghadiri perkumpulan
tersebut, karena seorang istri sudah menjadi bagian keluarga dari etnis batak, jadi seorang istri yang meskipun beretnis jawa berhak
mengikuti acara perkumpulan Desa Teluk Panji II itu. Begitu juga apabila seorang perempuan yang beretnik batak menikah dengan
laki-laki yang beretnik Jawa dan Sunda mereka juga bisa bergabung dengan organisasi ini”.
Setelah penulis melakukan observasi dan penelitian dilapangan, bahwa dalam kehidupan sehari-hari warga Teluk Panji II baik itu Etnis Jawa, Mandaling,
Sunda dan Batak Toba sibuk dengan kegiatannya menyemprot, mendodos, memupuk, membabat dan sebagainya karena warga Teluk Panji II sebagian besar
adalah petani. Sehingga waktu libur yang tersedia bagi mereka sangat terbatas. Akan tetapi di balik kesibukan warga Teluk Panji II, dengan penafsiran
dan pemahaman terhadap beberapa orang yang berada di sekitarnya bahwa warga Teluk Panji II sebagian diantara mereka aktif pada berbagai kegiatan yang ada di
desa tersebut seperti kegiatan perwiritan, arisan, kebaktian, gotong royong,kemalangan, perayaan pernikahan dan sebagainya. Namun ada juga
sebagian warga yang kurang aktif dalam kegiatan masyarakat. Menurut Pak Aminuddin, warga yang kurang aktif dalam kegiatan masyarakat sekitarnya
adalah warga yang baru datang pindahan ke Desa Teluk Panji II. Tetapi mereka
Universitas Sumatera Utara
94 yang baru datang tersebut perlahan-lahan mereka juga mulai bergaul dengan
masyarakat sekelilingnya yang berbeda suku di desa ini. Kemudaian penulis juga menemukan kondisi berbagi yang bersifat
keikhlasan hati antar etnis sebagai berikut: 1.
Pekarangan rumah warga yang bisa gunakan warga lain sebagai jalan arternatif untuk berjalan. Biasanya warga di sana mengatakannya sebagai
jalan potongan. Bagi warga Teluk Panji II bukan suatu permasalahkan jika ada warga yang melintas melalui pekarangan salah satu warga untuk
menembus lorong berikutnya. Etnis apapun itu tidak menjadi masalah tetapi asalkan tidak merusak tanaman atau tumbuhan yang ada di
pekarangan tersebut. 2.
Adanya ke ikhlasan orang-orang mampu orang kayaantar sesama warga di Desa Teluk Panji II untuk membantu warga lainnya, baik itu Etnis Jawa,
Sunda, Mandailing dan Batak Toba yang kurang mampu. Berdasarkan penelitian yang dilakaukan peneliti banyak orang-orang yang mampu di
desa tersebut memiliki rumah dan pekarangan lebih dari satu. Sehingga jika ada warga yang baru menikah dapat dipinjamkan rumah oleh orang-
orang yang mamapu tersebut. Tetapi dengan catatan kondisi rumah harus dijaga dan halaman serta pekarang harus bersih paling tidak tidak semak.
Bukan hanya warga Teluk Panji II saja yang dapat meminjam rumah kosong yang ada di desa tersebut, tetapi warga desa seberang seperti Teluk
panji I, III dan IV juga dapt meminjamnya. 3.
Meminta sayur kangkung dan genjer yang hidup liar di parit salah seorang warga merupakan kegiatan keikhlasan hati yang sudah sangat biasa
Universitas Sumatera Utara
95 dilakukan di Desa Teluk Panji II. Lain halnya dengan kondisi di perkotaan
yang serba membeli. Dengan adanya sikap saling berbagi yang bersifat keikhlasan hati antar
etnis maka warga Teluk Panji II pun juga dapat mempererat solidaritas antar etnis, baik individu maupun antar kelompok.Sehingga tidak terjadi gap jurang
pemisah antara kalangan orang mampu dengan kalangan yang tidak mampu.
4.7 Bentuk-Bentuk Keharmonisan Yang Ada di Dalam Masyarakat Multietnis Desa Teluk Panji II