19 sebuah budaya nasional. Pada akhirnya, interaksi kultural antar berbagai etnik
tetap masing-masing memerlukan ruang gerak yang leluasa, sehingga dikembangkan teori Cultural Pluralism, yang membagi ruang pergerakan budaya
menjadi dua, yakni ruang publik untuk seluruh etnik mengartikulasikan budaya politik dan mengekspresikan partisipasi sosial politik mereka. Dalam konteks ini,
mereka homogen dalam sebuah tatanan budaya Amerika.Akan tetapi, mereka juga memiliki ruang privat, yang di dalamnya mereka mengekspresikan budaya
etnisitasnya secara leluasa. Dengan berbagai teori di atas, bangsa Amerika berupaya memperkuat
bangsanya, membangun kesatuan dan persatuan, mengembangkan kebanggaan sebagai orang Amerika. Namun pada dekade 1960-an masih ada sebagian
masyarakat yang merasa hak-hak sipilnya belum terpenuhi. Kelompok Amerika hitam, atau imigran Amerika latin atau etnik minoritas lainnya merasa belum
terlindungi hak-hak sipilnya. Masyarakat Teluk Panji II mengembangkan multiculturalism, yang
menekankan penghargaan dan penghormatan terhadap hak-hak minoritas, baik dilihat dari segi etnik, agama, ras atau warna kulit. Multikulturalisme pada
akhirnya di jadikan sebuah konsep akhir untuk membangun kekuatan harmonisasi yang terdiri dari berbagai latar belakang etnik, agama, ras, budaya dan bahasa,
dengan menghargai dan menghormati hak-hak sipil antaretnis, termasuk hak-hak kelompok minoritas. Sikap apresiatif yang ada di Teluk Panji II tersebut
akandapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun sebuah keharmonisasian.
2.3 Masyarakat Majemuk Indonesia
Universitas Sumatera Utara
20 Furnivall dalam Arief, Brahmana, dan Pardamean, 2003:81 melihat
masyarakat majemuk terpecah-pecah ke dalam kelompok-kelompok orang yang terisolasi, dan perpecahan kehendak sosial tercermin di dalam perpecahan
permintaan sosial.Di dalam agama dan musik, dalam soal kebaikan dan keindahan, tidak ada standar bersama untuk seluruh seksi-seksi dalam komunitas,
dan standarnya menurun ke dalam suatu tingkat tertentu ketika persetujuan bersama dicapai. Peradaban merupakan proses belajar bersama dalam kehidupan
sosial bersama, tetapi dalam masyarakat majemuk, manusia mengalami penurunan peradaban. Furnivall melihat bahwa ciri dasar pokok masyarakat majemuk adalah:
1. Adanya keanekaragaman dewankelompok sosial yang membuat
masyarakat sulit membentuk kesatuan hidup bersama secara sosial dan politik.
2. Tidak ditemukan adanya kehendak bersama common will atau
menurut istilah teknis Furnivall “permintaan sosial yang sama” common social demand.
Menurut Furnivall dalam Nasikun, 2000:29 masyarakat majemuk adalah masyarakat yang hidup berdampingan satu sama lain, namun tidak
terikattergabung dalam satu kesatuan unit politik. Hal ini sajalan dengan kondisi yang terjadi di Desa telukPanji II dimana masyarakaytnya hidup bersama bahu
membahu tetapi mereka tidak terikat dalam kesatuan unit politik. Sedangkan menurut Nasikun, 2000:28 beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia
sebagai masyarakat yang majemuk, yaitu: Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ditandai oleh kenyataan
adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan kedaerahan.
Universitas Sumatera Utara
21 Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-
perbedaan yang cukup tajam seperti di Desa Teluk Pani II masyarakatnya memliki perbedaan bahasa, adat, karakter namun perbedaan-perbedaan yang mereka miliki
tidak menjadi penghalang mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya bahkan mereka hidup harmonis dan saling bertoleran. Perbedaan-perbedaan suku
bangsa, perbedaan agama, adat dan kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri masyarakat yang bersifat majemuk tetapi dengan kemajemukan itu Desa Teluk
Panji II merupakan desa yang unik yang tidak di miliki semua desa lain. Nasikun, 2000:35 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
menimbulkan terjadinya kemajemukan masyarakat Indonesia, yaitu antara lain: 1.
Keadaangeografis yang membagi wilayah Indonesia atas kurang lebih3000 pulau yang terletak di suatu daerah skuator sepanjang kurang
lebih 3000 mil dari Utara ke Selatan. Faktor ini merupakan yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralitas suku bangsa.
2. Kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan
Samudera Pasifik, kenyataan yang demikian sangat mempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia, melalui
pengaruh kebudayaan bangsa lain yang menyentuh masyarakat Indonesia. 3.
Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama diantara berbagai daerah di Kepulauan Nusantara ini, merupakan faktor yang menciptakan
pluralitas regional Indonesia. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan lingkungan ekologis yang berbeda
di Indonesia, yakni daerah pertanian sawah wet rice cultivation. Perbedaan lingkungan ekologis menjadi sebab bagi terjadinya kontras
Universitas Sumatera Utara
22 antara Jawa dan luar Jawa di dalam lingkungan kependudukan, ekonomi
dan sosial budaya. Kemajemukan suatu masyarakat dapat kita lihat secara horizontal maupun
secara vertikal muncul dalam bentuk perbedaan suku, agama, kedaerahan, perbedaan tingkat pendidikan dan perbedaan latar belakang agama. Hal seperti ini
terdapat di beberapa wilayah Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Labuhanbatu Selatan tepat nya di Desa Teluk Panji II. Menurut Liddle
dalam Arief, Brahmana, dan Pardamean, 2003:117 integrasi nasional mencakup dua dimensi, yaitu:
1. Dimensi Horizontal, yaitu berupa masalah oleh karena adanya perbedaan
suku, ras, agama. Dimensi ini sering pula disebut sebagai masalah yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh ikatan primordial, yang ada dan hidup
dalam sebuah masyarakat yang bisa membahayakan kelangsungan proses integrasi nasional bilamana ia sampai menjelma menjadi perasaan loyalitas
yang lebih tinggi terhadap kelompok-kelompok sub-nasional semacam itu dari pada kepada kesatuan bangsa itu sendiri.
2. Dimensi Vertikal, berupa masalah yang ditimbulkan oleh muncul dan
berkembangnya semacam jurang pemisah gap antara golongan elit. Namun peneliti tidak menemukan hal-hal yang bersifat gap dilingkungan
masyarakat Teluk Panji II. Namun pada kenyataannya masyarakat Teluk Panji II tidak ada membeda-bedakan golongan orang elit dengan
masyarakat biasa. Mereka duduk bersama, bekerjasama, hidup harmonis dan berdampingan. Kemajemukan masyarakat Teluk Panji IImerupakan
adanya kesadaran para anggota kelompok bahwa mereka itu mempunyai
Universitas Sumatera Utara
23 hak yang sama untuk tinggal menetap di wilayah yang sama,
kemajemukan masyarakat di Indonesia khususnya di Desa Transmigrasi Teluk Panji II, berwujud pada perbedaan tempat tinggal, suku, agama, adat
istiadat. Perbedaan latar belakang kehidupan pada suatu masyarakat dapat menyebabkan konflik atau sebaliknya integrasi. Tetapi peneliti tidak
menemukan konflik di Desa tersebut bahkan sebaliknya peneliti menemukan harmonisasi sosial multi etnis yang bersifat kekeluargaan.
2.4 Nilai dan Norma Sosial