atau kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku orang itu dimasa depan Friedman Schustack, 2006.
Selain itu Self-efficacy ini dapat menentukan apakah seseorang dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa
dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selain itu self- efficacy menggambarkan akan kemampuan diri seseoarng. Orang yang memiliki
self-efficacy tinggi maka ia akan percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai tuntutan situasi, dan harapan yang di dapatpun sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, sebab orang itu akan bekerja keras dan bertahan dalam mengerjakan tugas sampai selesai Alwisol, 2004. Schunk dalam Santrock, 2008
mengaplikasikan kalau konsep self-efficacy ini pada banyak aspek dari prestasi murid. Murid dengan self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas
belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan level self- efficacy tinggi mau mengerjakan tugas yang menantang dan sulit. Murid dengan
level self-efficacy tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran dari pada dengan murid dengan level self-efficacy rendah.
Setiap orang dalam mengatasi masalah atau tugas tidak hanya harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam masalah atau tugas yang dihadapi,
akan tetapi juga harus memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan perilaku dalam menyelesaikan tugas yang ada.
2.2.2. Faktor-faktor terbentuknya self-efficacy
Dalam Bandura 1986, efikasi konsistensi seseorang, didasarkan pada empat sumber utama, yakni:
1. Pengalaman informasi performance accomplishment Pengalaman informasi adalah prestasi yang pernah dicapai di masa
lalu, sebagai sumber, informasi masa lalu menjadi pengubah self- efficacy yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi di masa lalu yang
bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan self-efficacy.
2. Pengalaman orang lain vicarious experience Vicarious experience diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy
akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain. Sebaliknya, self-efficacy akan menurun ketika mengamati orang yang kemampuannya
kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figure yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh orang lain tidak besar.
Sebaliknya, ketika mengamati figure yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan oleh
figure yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama Alwisol, 2004.
Penilaian self-efficacy sebagian dipengaruhi oleh pengalaman orang lain. Melihat atau memvisualisasikan orang lain melalui pengamatan
berhasil meningkatkan persepsi diri tentang keberhasilan bahwa mereka juga memiliki kemampuan untuk menguasai kegiatan yang sebanding
Bandura, Adams, Hardy Howels, 1980; Kad im, 1979; dalam Bandura,
1986. Pengalaman orang lain dapat meyakinkan diri bahwa jika orang lain
bisa melakukannya, maka harus mampu mencapai hal yang sama, setidaknya beberapa peningkatan kinerja Bandura, 1986.
Self-efficacy dapat diubah dengan mudah oleh pengaruh model yang relevan ketika orang telah memiliki pengalaman sebelumnya yang
menjadi dasar evaluasi kompetensi pribadi mereka Bandura, 1986. 3. Persuasi sosialpersuasi verbal social persuationverbal persuasion
Persuasi verbal secara luas digunakan untuk mencoba membujuk orang mempercayai bahwa mereka memiliki kemampuan yang akan
memungkinkan mereka untuk mencapai apa yang mereka cari. Persuasi sosial saja mungkin terbatas pada kekuatannya untuk peningkatan self-
efficacy, tetapi dapat memberikan konstribusi terhadap kinerja sukses jika penilaian ada dalam batas-batas yang realistis. Orang-orang yang
membujuk secara lisan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan cendrung memobilisasi upaya
berkelanjutan yang lebih besar dari pada jika mereka memiliki keraguan diri Bandura, 1986.
Self-efficacy juga dapat diperoleh, diperkuat dan dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas. Tetapi pada
kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi self- efficacy. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan
sifat realistic dari apa yang dipersuasikan Alwisol, 2004.
4. Keadaan emosi emotionalpsysiological states Sebagian orang mengandalkan informasi dari keadaan fisiologis
mereka dalam menilai kemampuan mereka Bandura, 1986. Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self-efficacy
dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi self-efficacy. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi yang
tidak berlebihan dapat meningkatkan self-efficacy. Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi self-efficacy berubah.
Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behivorial.
Dari empat alasan di atas pengalaman informasi performance accomplishment yang menjadi alasan utama mengapa seseorang melakukan self-
efficacy, kemudian vicarious experience, persuasi verbal lalu reaksi emosi emosional Friedman dan Schustack, 2006.
Selain dari empat faktor di atas, ada faktor lain seperti kualitas pembelajaran dan kursus atau kesulitan ujian yang dapat mempengaruhi self-
efficacy siswa dalam mencapai nilai atau hasil sesuai dengan hasil yang diharapkan Murdock Anderman, 2006.
Dalam Alwisol
2004, tinggi
atau rendahnya
self-efficacy, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif. Dari hal
tersebut akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku seperti:
Table 2.1. Prediksi tingkah laku menurut Alwisol 2004
Efikasi Lingkungan
Prediksi hasil tingkah laku Tinggi
Responsif Sukses, melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuannya Rendah
Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggap sulit
Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi
responsive, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan melaksanakan perubahan
Rendah Responsif
Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu
2.1.1. Dimensi-dimensi self-efficacy