Keberhasilan Pembentukan Polong HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.

commit to user 22

B. Keberhasilan Pembentukan Polong

Hasil persilangan buatan menunjukkan bahwa tidak setiap bakal buah mampu berkembang untuk membentuk polong. Walaupun dalam pengamatan kemampuan silang setelah tiga hari adalah berhasil, dengan tanda bakal buah masih hijau dan tidak rontok. Hal ini diduga adanya inkompatibilitas antara varietas satu dengan varietas lain, yang salah satu penyebabnya adalah pollen berhasil masuk membentuk pollen tube dan ke embrio sac tapi ternyata faktor gen menjadi inkompatibel. Proses penyerbukan dan pembuahan memerlukan hubungan yang baik antara serbuk sari dan putik. Kepala putik stigma harus merupakan tempat yang baik bagi perkecambahan serbuk sari pollen, demikian pula benang sari merupakan pasangan yang baik bagi putik pistillum Darjanto dan Satifah, 1990. Tabel 2. Keberhasilan Pembentukan Polong Perlakuan Rerata Grobogan x Grobogan 9,7 ab Burangrang x Burangrang 9,62 ab Anjasmoro x Anjasmoro 9,88 ab Argomulyo x Argomulyo 9,45 abc Gepak Kuning x Gepak Kuning 9,88 ab Mallika x Mallika 10,05 a Grobogan x Burangrang 7,03 abc Grobogan x Anjasmoro 7,15 abc Grobogan x Argomulyo 6,2 c Grobogan x Gepak Kuning 9,36 abc Grobogan x Mallika 8,53 abc Burangrang x Anjasmoro 8,57 abc Burangrang x Argomulyo 6,31 c Burangrang x Gepak Kuning 8,38 abc Burangrang x Mallika 6,61 bc Anjasmoro x Argomulyo 7,16 abc Anjasmoro x Gepak Kuning 7,66abc Anjasmoro x Mallika 7,53 abc Argomulyo x Gepak Kuning 8,6 abc Argomulyo x Mallika 9,03 abc Gepak Kuning x Mallika 7,79 abc Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5 commit to user 23 Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 2d bahwa keberhasilan membentuk polong tidak berpengaruh nyata terhadap persilangan antar varietas. Pada uji DMRT 5 menunjukkan bahwa persilangan sendiri tidak berbeda nyata dengan persilangan yang lain dalam menghasilkan nilai pembentukan polong Tabel 2. Persilangan sesama varietas dapat mempertahankan bakal buah menjadi polong, sehingga persentasenya keberhasilannya masih dapat dipertahankan, bahkan masih tinggi dan kompatibel. Persilangan buatan pada Grobogan dengan Argomulyo, Burangrang dengan Argomulyo, dan Burangrang dengan Mallika berbeda nyata dengan persilangan buatan yang lain. Persilangan tersebut menghasilkan nilai keberhasilan pembentukan polong yang rendah dibandingkan dengan persilangan buatan yang lain. Nilai tersebut berkisar antara 6,2-6,61 Tabel 2 dengan persentase 40,83-53,49 Lampiran 2b. Persentase tersebut masih dalam kisaran keberhasilan yang kompatibel. Polong gugur yang dihasilkan dari persilangan buatan banyak. Keguguran buah terjadi pada umur antara 7-20 hari setelah persilangan. Semakin meningkatnya suhu suhu yang ekstrim, tidak terjaganya kelembaban dalam polong yang disungkup atau adanya hujan yang ekstrim dapat menyebabkan gugurnya polong. Disamping faktor dari lingkungan, faktor dari dalam tanaman juga mempengaruhi gugurnya buah. Darjanto dan Satifah 1990, menyatakan bahwa gugurnya buah yang masih muda karena embrio dan endosperm yang berhenti tumbuh, karena kombinasi tetua-tetua induknya, menghasilkan buah yang tidak normal sehingga buah yang terbentuk akan gugur.

C. Umur Panen