commit to user
25 panennya dan begitu pula sebaliknya. Lamina 1989, jika pembentukan
bunga lebih cepat dari waktunya maka jumlah polong akan lebih sedikit dan akan lebih cepat matang sehingga total produksi yang dihasilkan akan rendah.
Menurut Suhartina 2002, beberapa varietas dapat dipanen pada umur sekitar 70 hari. Umur panen tanaman kedelai dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan tumbuhnya. Umur panen kedelai varietas Argomulyo dan Gepak Kuning berturut-turut adalah 80-82 hari dan 73 hari Rodiah, 1990. Jadi
dengan persilangan ini Gepak Kuning sebagai tetua jantan menyumbangkan gen-gen berumur genjah pada Argomulyo.
Menurut Irwan 2006, pemanenan kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau
penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-
retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.pernyataan ini
sesuai dengan hasil penelitian, bahwa ketika dilakukan pemanenan daun telah menguning dan banyak yang gugur serta polong sudah berwarna kuning atau
coklat.
D. Jumlah Polong Hampa
Polong hampa adalah polong yang tidak berisi biji bernas dan tanaman kedelai yang tingginya kurang dari 40 cm pada saat berbunga, maka
pertumbuhan vegetatif masih kurang mndukung terbentuknya polong yang berisi biji bernas Musa, 1978 cit Mursito dan Djoar, 1989. Darjanto dan
Satifah 1990, menyatakan dapat pula pada suatu saat endosperm dalam biji berhenti tumbuh karena beberapa sebab sehingga bijinya tidak berisi penuh
atau hampa. Berdasarkan pada uji DMRT taraf 5 Tabel 3 dapat diketahui
bahwa jumlah polong hampa pada perlakuan persilangan sendiri tidak
commit to user
26 berbeda nyata. Hasil persilangan Grobogan dengan Anjasmoro, Grobogan
dengan Argomulyo, Grobogan dengan Gepak Kuning, Anjasmoro dengan Argomulyo, Anjasmoro dengan Gepak Kuning, Anjasmoro dengan Mallika,
Gepak Kuning dengan Mallika berbeda nyata dengan persilangan yang lain. Persilangan tersebut memberikan nilai jumlah polong hampa yang paling
rendah. Jumlah polong hampa yang terkecil yaitu pada persilangan Anjasmoro dengan Argomulyo. Rerata nilai jumlah polong hampa pada
Anjasmoro dengan Argomulyo adalah 1 dengan arti pada persilangan Anjasmoro dengan Argomulyo tidak ada polong hampa Lampiran 4a.
Tabel 3. Jumlah Polong Hampa Perlakuan Rerata
Grobogan x Grobogan 1,29 ab
Burangrang x Burangrang 1,56 abc
Anjasmoro x Anjasmoro 1,49 abc
Argomulyo x Argomulyo 1,47 abc
Gepak Kuning x Gepak Kuning 1,57 abc
Mallika x Mallika 1,39 ab
Grobogan x Burangrang 2,37 c
Grobogan x Anjasmoro 1,60 abc
Grobogan x Argomulyo 1,57 abc
Grobogan x Gepak Kuning 1,80 abc
Grobogan x Mallika 1,99 bc
Burangrang x Anjasmoro 2,16 bc
Burangrang x Argomulyo 2,18 bc
Burangrang x Gepak Kuning 2,18 bc
Burangrang x Mallika 2,02 bc
Anjasmoro x Argomulyo 1 a
Anjasmoro x Gepak Kuning 1,90 abc
Anjasmoro x Mallika 1,47 abc
Argomulyo x Gepak Kuning 2,15 bc
Argomulyo x Mallika 2,04 bc
Gepak Kuning x Mallika 1,39 ab
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5
Lamadji 1980, menyatakan bahwa polong hampa dapat terjadi karena pengaruh serangan hama, penyakit dan keadaan yang ekstrim seperti
kekurangan air, tergenang atau sifat kerebahan tanaman dapat memperbesar
commit to user
27 banyaknya polong hampa tiap tanaman. Pada hasil penelitian jumlah tertinggi
polong hampa hasil silang Grobogan dengan Burangrang dengan nilai rerata 2,37. Selain pengaruh dari lingkungan, penyebab lain banyaknya polong
hampa yaitu pada sifat kedelai. Kedelai bersifat kleistogami yaitu tanaman yang menyerbuk sendiri. Kedelai mempunyai bunga yang masih tertutup
ketika terjadi penyerbukan alami, sehingga apabila dilakukan persilangan buatan kemungkinannya sangatlah kecil.
Banyaknya polong hampa yang terbentuk disebabkan adanya inkompatibilitas. Poespodarsono 1986 menyatakan kegagalan terjadinya
pembuahan yang menyebabkan inkompatibilitas disebabkan oleh beberapa kemungkinan, seperti a kegagalan tepung sari berkecambah ke kepala putik,
b tepung sari dapat berkecambah dan membentuk pipa, tetapi tidak mampu menembus ke kepala putik, c pipa kecambah tepung sari dapat menembus
kepala putik namun tidak dapat mencapai ovula. Menurut Poespodarsono 1986,
sterilitas tepung sari sering merupakan hasil persilangan antara spesies, karena kromosom dari dua
spesies begitu berbeda sehingga tidak dapat berpasangan atau tidak dapat berfungsi secara normal. Pada persilangan dua spesies yang lebih dekat,
embrio dan biji dapat berkembang namun hasil persilangan tanaman asal biji ini mungkin steril dan tidak terbentuk biji.
E. Jumlah Polong Isi Satu