Ingin mengetahui penyebab-penyebab sehingga organisasi ini belum dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat, yang dimulai dengan melakukan
penelitian terhadap berlangsungnya komunikasi organisasi, melalui setiap kegiatan pertemuan organisasi dan menghubungkannya dengan usaha
mensosialisasikan nilai-nilai keorganisasian kepada anggotanya, membuat peneliti ingin meneliti secara ilmiah sesuai dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan akan
permasalahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimana Hubungan
Komunikasi Organisasi Dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif.”
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1.
Mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi di IMPERATIF melalui pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah
dilakukan. 2.
Data untuk penelitian ini akan diperoleh dari anggota yang terdaftar dalam data kesekretariatan IMPERATIF.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi dengan
sosialisasi nilai-nilai organisasi. 2.
Menambah wawasan pengetahuan mengenai pentingnya komunikasi organisasi dalam berorganisasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Secara akademis a.
Dapat memperkaya penelitian dan pengetahuan tentang aktivitas komunikasi organisasi sebagai sumber bacaan di
lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.
b. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa di lingkungan
FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi organisasi.
2. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu
komunikasi organisasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi di dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis
a. Secara umum, memberi saran kepada organisasi-organisasi
untuk dapat membenahi sistem komunikasi di dalam organisasinya, sebagai sarana untuk membantu tercapainya
visi organisasi. b.
Secara khusus, memberi informasi dan evaluasi bagi organisasi IMPERATIF, organisasi yang bergerak di bidang
kepemimpinan untuk memperbaiki sistem komunikasinya.
1.6 Rancangan Teori
Mengamati apa yang terjadi di dalam suatu organisasi tertentu, membuat banyak para ahli pendidikan meninjau perilaku dalam organisasi menurut latar
belakang pendidikan mereka masing-masing, yaitu dari sudut pandang pemikiran antropologi, sosiologi, sampai psikologi. Ketiga ilmu ini, mengarahkan untuk
mengenal organisasi sebagai hakikat kerja sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kata kunci untuk efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi.
Dalam ilmu komunikasi terdapat teori-teori yang dapat mendukung berlangsungnya komunikasi organisasi.
Dalam penelitian ini, teori yang digunakan peneliti adalah teori Komunikasi Organisasi, teori Komunikasi Antar Pribadi, teori Komunikasi
Kelompok, teori sosialisasi dan teori sikap, juga teori nilai.
Universitas Sumatera Utara
1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi
Komunikasi Organisasi yang merupakan bagian dari Komunikasi Antar Manusia, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan
antar kelompok dalam sebuah organisasi. Manusia sebagai mahluk sosial, umumnya menyukai cara hidup
berkelompok. Perasaan senang berkumpul ini, dimulai saat seseorang tergabung dalam keluarga, tingkatan organisasi yang terkecil dalam
masyarakat, sampai tingkat dimana seseorang dengan kesadaran pribadi menggabungkan dirinya pada kumpulan orang-orang yang memiliki
kesamaan tujuan dengannya pada jenjang pendidikan umum maupun kemasyarakatan.
Menurut Alo Liliweri 2004:64, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan fungsi komunikasi organisasi,
Tujuan utama komunikasi organisasi, yaitu :
a. Sebagai tindakan koordinasi.
Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi
yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang
pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang
yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing-masing yang melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lain tanpa
Universitas Sumatera Utara
sinkronisasi dan harmonisasi. Organisasi tanpa koordinator, organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang
menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerjasama.
b. Membagi informasi.
Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi.
Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi
untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai
hasil dan pengambilan keputusan. c.
Menampilkan perasaan dan emosi. Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan
kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan
marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin. Mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan
yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja bahkan oleh organisasi. Di saat yang lain mereka pun dapat
mengungkapkan kepercayaan mereka tentang apa yang dikerjakannya.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Umum dan Fungsi Khusus Komunikasi Organisasi,
a. Fungsi Umum
- To Tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan”
informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
- To Sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan
dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, tentang sesuatu yang merupakan subyek
layanan. -
To Learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar:
tentang atau dari organisasi lain internal, belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain,
tentang apa yang “dijual” atau yang “diceritakan” oleh orang lain tentang organisasi.
- To Decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan”
apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran
kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan
sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Fungsi Khusus
- Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam issu-
issu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah “komando”.
- Membuat para karyawan menciptakan dan menangani
“relasi” antar sesama bagi peningkatan produk organisasi. -
Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam
suasana yang “ambigu dan tidak pasti”. Komunikasi organisasi meliputi komunikasi antar pribadi dalam
kelompok formal, yang disesuaikan dengan struktur organisasinya semakin formal organisasi, pesan juga semakin formal sehingga
tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur. Sehingga dalam penyelesaian penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori
komunikasi antar pribadi dan teori komunikasi kelompok.
Teori Komunikasi Antar Pribadi KAP
Jika dipandang secara material, maka organisasi merupakan komposisit bangunan, mesin, gedung, atau perangkat keras lainnya.
Namun, apabila kita memandang organisasi secara spiritual, maka organisasi merupakan “konteks” tempat terjalinnya komunikasi
antar manusia. Dalam konteks tersebutlah para anggota dan pimpinan organisasi melaksanakan komunikasi antar pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antar pribadi KAP adalah pertukaran informasi yang terjadi diantara dua orang. KAP berbeda dengan bentuk
komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dikatakan komunikasi
dyad – yaitu komunikasi yang melibatkan antara dua atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan
menggunakan banyak saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya, dapat diketahui dengan segera.
Menurut Alo Liliweri 2004 yang menjadi fungsi KAP, yaitu : a.
Menumbuhkan informasi Harapan kita berkomunikasi antar pribadi adalah untuk
menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif teori
penetrasi sosial. Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa
mereka. Kita menambah informasi secara pasif dengan mengamati mereka, dan secara aktif menanyakan melalui
orang lain, siapakah dia, atau secara interaktif langsung – mendekati dia secara langsung. Self – Disclosure acap kali
digunakan untuk memperoleh dan menumbuhkan informasi dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Membangun satu konteks pemahaman.
Komunikasi antar pribadi dapat menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam
satu konteks tertentu. c.
Membentuk identitas. Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain,
menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu, kita menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka
mempunyai gambaran tentang diri kita. Peran dan tampila itu dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan
orang lain. d.
Memenuhi kebutuhan antar pribadi William Schutz dalam teori FIRO Fundamental
Interpersonal Relations Orientation, telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia, yakni :
• Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain.
• Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi bahkan menguasai orang lain.
• Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain.
Komunikasi Antar Pribadi akan berhasil, jika pengenalan akan diri telah berlangsung terlebih dahulu. Teori yang dapat dipelajari untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat mengenal komunikasi diri dengan baik adalah teori Self Disclosure.
Teori Self Disclosure
Self Disclosure SD dilihat sebagai strategi yang bermanfaat untuk membagi sharing informasi dengan orang lain. Dengan
membagi informasi, maka kita menjadi lebih akrab dengan orang lain dan relasi antar pribadi makin diperkuat.
SD bukan merupakan sesuatu proses yang sederhana bagi pembentukan informasi tentang sesama. Banyak ahli mendefinisikan
SD sebagai sharing informasi dengan orang lain, karena mereka pun tidak selalu mengetahui atau menemukan sesuatu tentang diri kita
bahkan tentang dirinya sendiri. Daya guna SD dapat dilihat dalam model bagan Jendela
Johari Johary Windows berikut. Dengan bagan ini, dapat ditunjukkan jalan untuk mengetahui bagaimana sebagaian besar
informasi yang anda tahu tentang diri anda dan seberapa benyak informasi dari orang lain mengenai diri anda.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1.1 Jendela Johari
Diketahui oleh diri anda Tidak diketahui oleh
diri anda
Diketahui oleh orang lain
Bidang Terbuka
Diketahui oleh diri anda dan diketahui pula oleh orang lain
Bidang Buta
Tidak diketahui oleh diri
anda, namun diketahui oleh orang
lain Tidak diketahui
oleh orang lain
Bidang Tersembunyi
Terbuka bagi diri anda, namun tersembunyi bagi orang lain
Bidang Gelap
Tidak diketahui oleh diri anda maupun orang
lain
Keterangan : •
Bidang Terbuka , merupakan bidang KAP yang paling efektif. Pada
bidang ini, baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui atau memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi.
Bidang ini meliputi semua informasi yang diketahui oleh 2 dua orang yang terlibat dalam relasi, seperti mengetahui warna rambut, tinggi badan,
tampilan fisik, karena kedua pihak saling melihat dan tahu persis. •
Bidang Buta . Pada bidang buta, diri sendiri tidak mengetahui informasi
yang relevan secara lengkap tetapi orang lain mengetahuinya.
Universitas Sumatera Utara
•
Bidang Tersembunyi , berisi informasi yang menurut anda harus
disembunyikan karena bersifat pribadi. Misalnya, keinginan dan kebutuhan anda, mimpi dan ambisi anda.
•
Bidang Gelap adalah segala sesuatu yang diri sendiri dan orang lain tidak
tahu tentang sesuatu. Misalnya, jika sekelompok orang yang saling berkomunikasi dari bidang keahlian yang berbeda dalam pelaksanaan
tugas mereka.
Teori Komunikasi Kelompok
Robert Rich dalam bukunya Tales of a New America mengemukakan bahwa hubungan peranan kelompok sangat penting
dalam meningkatkan era teknologi organisasi. Banyak laporan riset dan praktek organisasi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja
dalam tim lebih sukses daripada bekerja sendiri. Bahkan mereka sukses kerja tim, karena mengandalkan prinsip two head are better
then one. Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala
sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana
seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh Joseph de vito.
Sedangkan menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi penelitian dan
Universitas Sumatera Utara
terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam
diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kelompok yang di dalamnya terdiri atas manusia berjiwa yang
memiliki pikiran, hasrat, rasa dan kehendak yang berbeda-beda, membuat kehidupan kelompok tidak berada dalam keadaan statis,
tetapi berada dalam keadaan dinamis sebagai pertanda bahwa kelompok itu berkembang dengan baik. Agar memberi pengertian
yang jelas tentang kelompok dan aktivitasnya, dinamika kelompok akan diikutsertakan dalam kerangka teori penelitian ini.
Dinamika Kelompok
Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara
jelas antara anggota satu dengan yang lain. Persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh
kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face. Santosa 1999 mengatakan, Ruth Benedict membagi persoalan yang
ada dalam dinamika kelompok, sebagai berikut : a.
Kohesi persatuan Dalam persoalan komunikasi ini akan dilihat tingkah laku
anggota dalam kelompok. Seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Motif dorongan
Persoalan motif ini berkisar pada interest anggota terhadap kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama,
orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya. c.
Struktur Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk
hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan sebagainya.
d. Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, dimana hal ini terlihat pada bentuk-bentuk
kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan sebagainya.
e. Perkembangan Kelompok
Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan
dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan lain sebagainya.
1.6.2 Teori Sosialisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990:855, sosialisasi berarti proses belajar seorang anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Berger 1978 mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan mahluk lain. Berbeda dengan mahluk lain yang
seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, manusia merupakan mahluk tak berdaya karena
memiliki naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan
yang tidak diisi oleh naluri. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan kebiasaan yang dimilikinya, akan
ditegakkannya menjadi kebudayaanya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan sekelompok orang dapat berbeda dengan
kelompok lainnya. Keseluruhan budaya kebiasaan yang dipunyai manusia tersebut harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu
masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi socialization.
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” – artinya proses
melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat Berger, 1978 : 116. Menurut
Berger dan sejumlah tokoh sosiologi lainnya, yang diajarkan melalui sosialisasi ialah peran-peran.
Universitas Sumatera Utara
Proses sosialisasi pada suatu kebiasaan kebudayaan yang baru diterima, akan menimbulkan berbagai sikap sebagai respon yang
ditunjukkan, antara lain : a.
Sikap kognitif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk pemahaman akan suatu nilai yang menandakan perubahan
kepercayaan, perubahan pendapat ataupun penambahan pengetahuan.
b. Sikap afektif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk
penerimaan yang terlihat dari perubahan perasaan dan kesukaan akan suatu nilai.
c. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai
kecenderungan perilaku tindakan terhadap suatu nilai. d.
Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik
untuk diketahui, agar dilakukan juga oleh orang lain.
1.6.3 Teori Nilai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1990:615, nilai berarti sifat-sifat hal-hal yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan. Nilai menyatakan keyakinan-keyakinan dasar bahwa “suatu
modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas, lebih disukai secara pribadi atau sosial daripada suatu modus perilaku atau
Universitas Sumatera Utara
keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang
individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan. Nilai merupakan hal yang penting untuk mempelajari perilaku
keorganisasian karena meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi, juga karena nilai dapat mempengaruhi persepsi kita.
Individu-individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan tidak
seharusnya. Umumnya nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada tiap-
tiap kelompok memiliki nilai tersendiri sangatlah penting, baik kelompok tersebut mempunyai nilai tinggi atau kelompok
mempunyai nilai rendah. Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan bila ada kesadaran dari anggota bahwa motivasinya memasuki satu
kelompok, agar keinginan atau kebutuhannya akan terpenuhi.
1.7 Kerangka Konseptual
Pengalaman, meskipun penting dalam proses belajar, tidak selalu begitu saja cukup. Karena biasanya, proses belajar dapat mencapai
puncaknya bila pengalaman tersebut disertai dengan kerangka konseptual, yaitu suatu cara melihat bermacam hal dengan pemberian istilah-istilah,
yang diterapkan untuk membantu anda mengenali dan menyusunnya.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti akan dengan sengaja dan perlahan-lahan berusaha mengerti tentang proses-proses kelompok, karena menurut penilaian tidak ada
lingkungan sosial lain yang sangat perlu dipahami, atau yang sangat menarik serta sangat sulit untuk diatasi selain proses-proses kelompok
kecil. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka
dapat digambarkan bagan kerangka konseptual untuk mengetahui pengaruh komunikasi organisasi pada anggota IMPERATIF.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. Variabel Bebas atau Independent Variabel X, yaitu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab suatu perubahan atau penyebab timbulnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi Organisasi.
2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel Y, yaitu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Nilai-nilai
Organisasi IMPERATIF. 3.
Variabel Antara atau Intervening Variabel Z, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan
variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Sosial Responden.
Universitas Sumatera Utara
1.7.1 Kerangka Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis
sebagai berikut :
Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis
1.7.2 Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka peneliti menjabarkan variabel-variabel ke dalam operasionalisasi.
Tabel 1.1 Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Bebas X
Komunikasi Organisasi a.
Bentuk kegiatan organisasi b.
Frekuensi kegiatan organisasi c.
Topik isi pesan dalam kegiatan d.
Media dalam organisasi e.
Komunikator
Variabel Terikat Y
Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi
Variabel Bebas X
Kegiatan Komunikasi Organisasi
Variabel Antara Z
Karakteristik Responden
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat Y
Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi a.
Memahami nilai-nilai organisasi sikap kognitif
b. Menerima nilai-nilai organisasi
sikap afektif c.
Melakukan nilai-nilai organisasi sikap behavioral
d. Meneruskan nilai-nilai organisasi
regeneratif
3. Variabel Antara Z a. Usia
b. Jenis kelamin c. Lama menjadi anggota
1.7.3 Defenisi Operasional
Konsep atau pengertian merupakan defenisi dari sekelompok fakta yang dapat dirumuskan sebagai defenisi yang dapat dipakai
peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami. Hal ini dibuat untuk menghindari penafsiran yang
berbeda-beda terhadap masalah dan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas X
a. Komunikasi organisasi yang merupakan topik penelitian,
adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini, variabel operasional yang digunakan adalah kegiatan organisasi IMPERATIF.
b. Frekuensi kegiatan organisasi adalah kuantitas
pelaksanaan kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan di organisasi.
c. Bentuk kegiatan organisasi adalah bentuk kegiatan
pertemuan yang dilaksanakan. d.
Topik isi pesan adalah bahan yang disampaikan dalam pertemuan.
e. Media dalam organisasi adalah media alat yang
digunakan organisasi. f.
Komunikator pembicara adalah orang yang dipercayakan menyampaikan topik yang ditentukan pada kegiatan
pertemuan.
2. Variabel Terikat Y
a. Sosialisasi nilai-nilai organisasi yang merupakan sasaran
penelitian adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan nilai-nilai organisasi.
b. Sikap kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan
atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.
Universitas Sumatera Utara
c. Sikap afektif adalah sikap penerimaan, yang terlihat dari
perubahan perasaan atau kesukaan akan suatu nilai. d.
Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai perilaku atau kecenderungan perilaku terhadap suatu
nilai. e.
Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan generasi tua sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang
dianggap baik untuk diketahui oleh generasi yang lebih muda.
3. Variabel Antara Z
a. Karakteristik sosial responden merupakan indikator yang
digunakan dalam mendapatkan data penelitian. b.
Usia adalah umur responden. c.
Jenis kelamin responden, pria atau wanita. d.
Lama menjadi anggota adalah waktu yang telah dilewati responden menjadi anggota organisasi.
1.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara, sebagai kemungkinan kenyataan fakta suatu masalah yang hanya dapat diterima sebagai
kebenaran, jika telah diadakan penelitian ilmiah terhadap dugaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Statistik Sugiyono, 2005:58, yaitu :
H :
ρ = 0, maka tidak terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai
organisasi di IMPERATIF. H
a
: ρ ≠ 0, jika tidak sama dengan nol lebih besar atau kurang dari nol,
maka terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai
organisasi di IMPERATIF. Dimana
ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
1.9 Metodologi Penelitian