2.5.4 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung lemak atau minyak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendring, penggunaan bahan panas adalah suatu hal yang spesifik yang bertujuan untuk menggum[palkan protein pada dinidng sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dua
yaitu rendering basah dan rendering kering.
a. Rendering Basah
Renderin basah adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan
pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan – lahan sampainsuhu 50°C sambil
diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik k e atas ydan kemudian dipanaskan. Proses rendering basah dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu
populer, sedangkan proses rendering basah yang menggunakan temperatur yang tinggi disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan lemak atau
minyak dalam jumlah besar.
b. Rendering Kering
Universitas Sumatera Utara
Rendering kering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Rendering kering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk agiator. Bahan yang diperkirakan mengadung lemak atau minyak dimasukkan ke dalam ketel tanpa
penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 200°F sampai 230°F 133 – 159°C. Ampas bahan yang telah diambil
lemak atau minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap pada dasar ketel
dan pengambilan minyak atau lemak dilakukan dari bagian atas ketel.
c. Pengepresan Mekanis
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadr minyak tinggi 30 – 70. Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
d. Ekstraksi Pelarut
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan
dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzen dan n-heksan. Perlu diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5. Bila lebih,
seluruh sistem ekatraksi pelarut perlu diteliti lagi Ketaren, 1986.
2.6 Gravimetri
Analisis gravimetri atau analisi kuantitatif berdasakan bobot, adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari unsur
tersebut, dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang.
Pemisahan unsur atau senyawa dapat dicapai dengan beberapa metode, yang terpenting darinya adalah :
a. Pengendapan.
b. Metode penguapan atau pembebasan gas.
c. Metode elektroanalisis.
d. Metode ekstraksi dan kromatografi.
Kekurangan dari meetode ini adalah bahwa metode gravimetri umumnya lebih banyak memakan waktu.
Suatu metode analisis yang ideal memungkinkan suatu spesi ditetapkan langsung dalam berbagai matrik – matrik lingkungan zat –zat lain dan
sebagainya. Namun, pengukuran – pengukuran analisis hanya sedikit, kalau ada yang benar – benar spesifik untuk suatu spesi tunggal Basset, 1991.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu jelas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
Universitas Sumatera Utara
dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat – zat lain. Pada dasarnya, pemisahan zat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula – mula
cuplikan zat dilarutka dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkn atau dipijarkan
dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasil disajikan sebagai persentase bobot zat dalam
cuplikan semula. Meskipun gravimetri merupakan cara pemeriksaan kimia terhitung yang
paling tua dan paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya terbatas karena pengerjaannya memeakan waktu lama. Selain itu, berbagai persyaratan harus
dipenuhi agar penetuan terhitung dapat dilakukan dengan memuaskan Rivai, 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat Pengujian