II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem tambak
Tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, udang laut dan hewan air lainnya yang biasa hidup di air
payau. Air yang masuk ke dalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang. Kebutuhan air tawar dipenuhi dari sungai yang bermuara di laut Sudarmo dan
Ranoemihardjo, 1992.
Menurut BBPBAP 2007 manajemen yang baik akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha tambak, pengertian sistem tambak dan fungsinya
berdasarkan pengelolaan tambak yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a mendapatkan air pasok yang bebas hama penular dan logam berat yang berbahaya;
b tambak dapat menampung air dan mempertahankan kedalaman sesuai yang diinginkan tidak rembes; c mengeluarkan limbah dengan tingkat sedimen dan
bahan organik terlarut yang rendah; d dapat menjaga keseimbangan proses mikrobiologis; e menggunakan bahan kimiawiobat-obatan yang aman bagi manusia
dan lingkungan dan f menebar benih yang sehat. Untuk memenuhi persyaratan di atas maka unit tambak terdiri dari : 1 Saluran pengairan sumber air pasok,
2 Unit tandon terdiri dari petak karantina, petak pengendapan, petak biofilter, 3 Petak pemeliharaan dan 4 Petak pengolahan.
Universitas Sumatera Utara
Lokasi tambak umumnya terletak di salah satu ekosistem pesisir yakni hutan mangrove karena itu dalam pembangunan tambak yang berkelanjutan maka
lingkungan alami hutan mangrove tidak terlalu banyak dirubahdirusak sehingga peran penting mangrove sebagai jalur hijau dapat dipertahankan. Pemilihan lokasi
tambak yang berwawasan lingkungan harus mengetahui tipe kawasan pantai tempat tambak akan dibangun dengan mempertimbangkan faktor-faktor dominan
yang mempengaruhi pemilihan lokasi tambak seperti: a sumber air suplai air laut dan tawar harus tercukupi, kesempurnaan pengeluaran air buangan dan pengeringan
dasar tambak secara sempurna; b amplitudo pasang surut dan ketinggian elevasi; c topografi; d kualitas tanah; e vegetasi, jalur hijau dan kawasan penyangga harus
mempertahankan jalur hijau berupa bentangan mangrove selebar 50-400 m disepanjang pantai dan sekitar 10 m disepanjang sungai; f kondisi iklim;
g ketersediaan sarana penunjang; h ketersediaan sarana produksi dan kemudahan pemasaran dan i tata guna lahan dan kebijakan pemerintah Purnamawati
dan Dewantoro, 2007. Widigdo 2000 menambahkan bahwa lokasi tambak yang dipilih juga harus
memperhatikan 2 faktor lain seperti a pola arus dan pasang surut; b tipe dasar pantai. Pola arus pasang surut yang tinggi memungkinkan air yang berlalu lalang di
kawasan pesisir kuantitasnya semakin banyak begitu juga gelombang yang tinggi menyebabkan difusi udara lebih cepat ke perairan sehingga pengaruh limbah tambak
dapat diminimalisasikan.
Universitas Sumatera Utara
Primavera 2006 menyatakan pemilihan lokasi budidaya harus memperhatikan beberapa faktor agar budidaya ramah lingkungan dan usaha budidaya berkelanjutan.
Kriteria lokasi budidaya meliputi faktor-faktor fisik standart seperti pasokan air, rezim pasang surut, topografi, kualitas tanah dan iklim serta kemampuan lingkungan
untuk menyerap limbah. Kerapatan dari ikanudang yang dibudiyakan di tambak, hal ini berhubungan dengan limbah yang dihasilkan dari usaha budidaya sehingga limbah
yang dibuang tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan. Menurut Boone 1931, udang vanamei diklasifikasikan ke dalam Filum
Arthropoda; Subfilum Crustacea; Kelas Malacostraca; Subkelas Eumalacostraca; Super ordo Eucarida; Ordo Decapoda; Sub ordo Dendrobrachiata; Famili Penaeidae;
Genus Litopenaeus; Species Litopenaeus vannamei. Secara morfologi udang vanamei memiliki tubuh yang dibentuk oleh dua cabang biramous yaitu exopodite dan
endopodite. Udang vanamei memiliki tubuh yang berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksosekeleton secara periodikmolting Haliman dan Adijaya
2004. Udang vannamei Litopenaeus vannamei merupakan salah satu udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati karena memiliki banyak keunggulan
antara lain tahan terhadap penyakit, pertumbuhan cepat, sintasan selama pemeliharaan tinggi dan FCR rendah Hendrajat et al, 2007.
Haliman dan Adijaya 2005 menyatakan lokasi tambak udang vannamei harus memenuhi persyaratan tambak secara teknis maupun non teknis. Secara teknis lokasi
tambak udang terletak di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 m, jenis tanah sebaiknya liat berpasir untuk menghindari kebocoran air, mempunyai
Universitas Sumatera Utara
sumber air tawar dengan debit atau kapasitas cukup besar. Sedangkan secara non teknis lokasi tambak udang dekat dengan produsen benih udang vannamei,
sumber tenaga kerja, sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan berbagai bahan pokok untuk produksi udang serta lokasi bisa dijangkau oleh saluran
penerangan dan alat komunikasi.
2.2. Ekosistem wilayah pesisir