dan kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya udang. Aspek ekologis mengkaji kualitas air berkaitan dengan aktivitas budidaya tambak udang terutama
sedimentasi dan kandungan bahan organik, keragaman hayati, keberadaan spesies- spesies endemik serta spesies lain yang menunjang kehidupan penduduk setempat.
Aspek luas lahan mengkaji luas lahan yang diperuntukan bagi udang berdasarkan analisis zonasi yang ditetapkan perundang-undangan, ekosistem dan ekologi. Aspek
sosial ekonomi mengkaji daya dukung maksimum lingkungan terhadap populasi manusia dan aktivitas tambak udang, nilai ekonomi lingkungan tambak udang.
Menurut Widigdo 2000, untuk menjaga kelestarian usaha tambak dan meminimalisasi penurunan kualitas lingkungan akibat limbah tambak maka
luasanjumlah tambak yang dibuka di suatu kawasan harus sesuai dengan kemampuan alam setempat daya dukungnya. Daya dukung tambak ditentukan oleh beberapa
faktor seperti faktor geo-oceanografi, hidrologis, sifat-sifat fisika tanah dan air, pola arus pantai, pasang surut serta tipe dasar pantai.
2.6. Daya tampung perairan pesisir dari kegiatan pertambakan
KEPMENLH No 110 2003 menyatakan bahwa daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima
masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. Daya tampung pakan maksimum untuk 1 ha tambak yang dikelola secara intensif yaitu
100-150 kghari, lebih dari itu perairan tidak mampu lagi mempertahankan kualitasnya Boyd, 1992. Limbah buangan tambak yang masuk ke perairan
Universitas Sumatera Utara
berdampak potensial menyebabkan penurunan kualitas air. Agar kualitas perairan tidak menurun maka ada 3 faktor yang diperhatikan yaitu: 1 besarnya debit limbah,
2 komposisi kimia limbah tambak udang padatan tersuspensi, nutrisi dan bahan organik, 3 karakteristik perairan penerima seperti tingkat pengenceran limbah, waktu
tinggal limbah dan kualitas air penerima Pa´Ez-Osuna, 2001. Aktivitas pertambakan berpotensi memberikan kontribusi dalam meningkatkan
jumlah bahan pencemar kedalam perairan. Bahan pencemaran diindiksikan dari BOD
5
, TSS, NO
2
dan NH
3
Limbah tambak yang masuk ke perairan akan mengalami pencampuran dan pengenceran. Kemampuan pengenceran perairan dipengaruhi oleh kapasitas dan daya
tampung perairan sebagai penerima limbah yang berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas perairan. Dengan demikian, kemampuan pengenceran perairan
dipengaruhi oleh volume air yang tersedia di pantai. Volume air yang tersedia pantai ditentukan dengan pendekatan rumus Widigdo dan Pariwono 2003 sebagai berikut:
-N, adanya masukan bahan pencemar ini mempengaruhi kualitas perairan. Bahan pencemar ini akan mengalami degradasi asimilasi dimana
kemampuan asimilasi tergantung kepada proses hidrodinamika perairan termasuk proses pencampuran dan waktu pembilasan yang dipengaruhi periode pasang surut
dan arah arus Sanusi et al., 2005.
Vo = 0,5 h.y
−
θ tg
h x
2 .................................................................... 1
Vs = 0,5 h.y
−
− θ
tg h
x 1
2 2
............................................................... 2
Universitas Sumatera Utara
Dimana : y = panjang garis pantai kawasan; h = kisaran pasang surut; tg θ = Kemiringan dasar lautpantai dan x = Jarak dari garis pada air pasang
kearah laut sampai mencapai titik dimana kedalaman air pada saat surut adalah satu meter dan tidak terpengaruh gerakan turbelen air pasang
Proses pencampuran limbah di perairan dipengaruhi oleh kondisi hidrodinamika seperti pasang surut. Pasang surut Pasut merupakan suatu fenomena pergerakan
naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya sentrifugal dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomis terutama oleh
matahari, bumi dan bulan Triatmodjo, 2007; Wibisono, 2005. Menurut Wibisono 2005, Tipe pasang surut dapat ditentukan dari hasil
pembagian jumlah amplitudo komponen K1 dan O1 serta jumlah amplitudo komponen M2 dan S2 dengan rumus:
3 2
2 01
1
S
M A
K A
F +
+ =
Dimana: K1 adalah konstanta diurnal yang diakibatkan oleh deklinasi bulan-matahari
O1 adalah konstanta diurnal yang diakibatkan oleh deklinasi bulan M2 adalah konstanta semidiurnal yang diakibatkan oleh bulan
S2 adalah konstanta semidiurnal yang diakibatkan oleh matahari
Universitas Sumatera Utara
Bila harga F memenuhi salah satu perjanjian seperti dibawah ini: 0 F 0,25
: tipe pasang surut sebagai harian ganda semi diurnal 0,25 F 1,50 : tipe pasang surut sebagai campuran mixed type condong ke
harian ganda 1,50 F 3,00 : tipe pasang surut sebagai campuran mixed type condong ke
harian tunggal F 3,00
: tipe pasang surut sebagai harian tunggal murni diurnal type Menurut Triatmodjo 2007, tipe pasang surut di Indonesia dibagi menjadi
4 tipe pasang surut yaitu: 1 pasang surut harian ganda semi diurnal tide adalah pasang surut dimana dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut
dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara teratur; 2 pasang surut harian tunggal diurnal tide adalah pasang surut dimana dalam satu hari terjadi
satu kali pasang dan satu kali air surut; 3 pasang surut campuran condong ke harian ganda mixed tide prevailing semidiurnal adalah pasang surut dimana dalam satu
hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tinggi dan periodenya berbeda dan 4 pasang surut campuran condong ke harian tunggal mixed tide prevailing
diurnal adalah tipe pasang surut dimana satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
2.7. Kelayakan kualitas perairan untuk kegiatan pertambakan