potensi perairan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk perikanan melalui kegiatan perikanan tangkap dan usaha budidaya perikanan di
tambak. Usaha budidaya udang vannamei dan kerapu merupakan jenis komoditi yang diusahakan di kecamatan ini dan udang vannamei ini dibudidayakan secara intensif.
Dari 12 desa dan 2 kelurahan yang dimiliki Kecamatan ini ada 4 desa yang melakukan usaha budidaya udang vannamei, desa tersebut antara lain: Desa Lalang,
Medang, Nenas Siam dan Desa Durian. Masing-masing desa tersebut memiliki luas areal tambak yang berbeda-beda seperti Desa Lalang memiliki luas areal tambak
sebesar 20 Ha, Desa Medang dengan luas 15 Ha, Desa Nenas Siam dengan luas 24,8 Ha dan Desa Durian memiliki luas areal tambak sebesar 25 Ha Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal Tambak Udang ha di Desa Kecamatan Medang Deras Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batu Bara, 2010
Nama Desa Teknologi
Luas areal Tambak ha Lalang
Intensif 20
Medang Intensif
15 Nenas Siam
Intensif 24,8
Durian Intensif
25 TOTAL
84,8
4.2. Karakteristik fisik Perairan Pesisir
Pasang surut merupakan fenomena fisika laut berupa gerak naik turunnya permukaan air laut sebagai akibat dari gaya tarik bulan dan matahari. Pemanfaatan
tenaga pasang surut ini yang dimanfaatkan pertambakan di sekitar pesisir sebagai sumber air bagi kegiatan usaha budidaya tambak. Masuknya air ke lokasi
pertambakan dilakukan dengan cara memompa air dari pantai pada saat pasang kemudian ditempatkan kedalam kolam penampungantandon reservoir.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan nilai Formsahl yang diperoleh dari data pasang surut Dinas Hidro- oseanografi TNI AL, diketahui bahwa tipe pasang surut lokasi penelitian
dikategorikan sebagai tipe pasang harian ganda semidiurnal tide, tipe pasang surut dapat dilihat pada Gambar 3. Pasang surut harian ganda semidiurnal tide merupakan
tipe pasang surut dimana dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dan dua kali surut dengan tinggi hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur
Triatmodjo, 1999. Sumber air untuk pertambakan diperoleh dengan memanfaatkan tenaga pasang
surut karena itu nilai tinggi pasang surut perlu diketahui. Kisaran tunggang pasang surut ketika pasang tertinggi spring tide adalah 190 cm dan pada waktu pasang
terendah neap tide adalah 51 cm.
Gambar 3. Tipe Pasang surut di daerah Kecamatan Medang Deras
Universitas Sumatera Utara
Gelombang merupakan peristiwa naik turunnya muka laut, keadaan ini terjadi akibat adanya angin pada permukaan laut dan pasang surut. Pasang surut
menyebabkan riak air lebih besar yang diikuti dengan munculnya gelombang. Berdasarkan hasil prakiraan BMKG wilayah 1 Medan bahwa perairan pada bulan
Juni memiliki ketinggian gelombang 3 - 3, 5 meter dengan kecepatan angin + 30 knots dimana arah angin menuju Barat laut.
4.3. Sistem Budidaya Udang di Kecamatan Medang Deras
Teknologi budidaya yang digunakan untuk usaha budidaya udang di Kecamatan Medang Deras umumnya dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar
yang tinggi 20 ekorm
2
Rata-rata luas tambak pemeliharaan berkisar antara 10 – 18,2 ha dengan luas petakan berkisar antara 3900 – 4300 m
, pakan berupa pakan buatan dimana pemberian pakan dilakukan dengan cara yang intensif dan disertai dengan pengelolaan lingkungan
dasar dan air tambak yang baik Boyd, 1992. Luasan tambak lebih sempit dengan lama pemeliharaan lebih singkat tetapi produksi udang lebih banyak.
2
, padat tebar antara 90 – 100 ekorm
2
, kedalaman air 100 – 120 cm. Jumlah kincir yang digunakan sekitar 8 – 10
kincirkolam dengan ketentuan bahwa 1 unit kincir untuk 500 kg udang dan mengandalkan pakan buatan dalam bentuk pellet untuk mendukung pertumbuhan
udang. Pakan yang diberikan kepada udang berupa pakan buatan merek PT Central Proteinaprima, Medan. Pakan buatan ini memiliki komposisi nutrisi berupa protein
38 - 40, kadar air 12, lemak 6 dan serat 3. Jumlah pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan udang, jumlah pakan yang diberikan dihitung berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
rata-rata pertambahan berat dengan frekuensi pemberian pakan 3-5 kali sehari tergantung kepada umur udang. Jenis pakan, rata-rata berat badan dan umur udang
yang dibudidayakan dapat dilihat dari Tabel 3. Tabel 3. Jenis pakan, rata-rata berat badan dan umur udang yang dibudidaya tambak
udang di Kecamatan Medang Deras No Pakan
MBW DOC
Frekuensi Pemberian Pakan dalam 1 hari
9001 CP PL 10 - 15
0 – 10 hari 2 x
682 IR PL 15 – 1 gram
11 – 20 hari 2 x
683 IR 1,1 - gram
21 – 35 hari 2 – 3 x
683 sp IR 3,1 – 7 gram
36 – 60 hari 4 x
684s IR 7,1 gram sampai
panen Lebih 60 hari
4 x Sumber air merupakan faktor yang paling utama untuk keberhasilan suatu usaha
budidaya udang. Sumber air berasal dari air pasang yang diambil menggunakan pompa dan ditempatkan ke dalam kolam penampungantandon reservoir sebelum di
alirkan ke kolam pembesaran. Kolam penampungan berfungsi sebagai suplai air, mengontrol dan menyesuaikan kualitas air terutama salinitas serta menghilangkan
inang pembawa penyakit. Pada kolam ini ditempatkan spesies ikan seperti ikan nila yang berperan sebagai biofilter atau biomanipulator. Menurut Baliao dan Tookwinas
2002, petak biofilter berisi hewan-hewan karnivora, herbivora dan tanaman atau tumbuhan air, petak ini berfungsi mengurangi resiko masuknya hama penular yang
terinfeksi virus, mengendalikan kepadatan plankton atau tanaman air lainnya dan untuk menyerap nutrien hasil perombakan bahan organik. Pada tambak udang intensif
ramah lingkungan, air baru maupun air dalam proses sirkulasi selama masa pemeliharaan harus melalui petak biofilter.
Universitas Sumatera Utara
Kolam penampungan reservoir umumnya mempunyai luas paling sedikit 25 dari luas kolam pembesaran. Air dalam kolam penampungan ini dibiarkan paling
tidak satu minggu, hal itu bertujuan agar kualitas air cocok untuk usaha pembesaran udang. Pada usaha budidaya udang di lokasi penelitian menggunakan tandon
berjumlah 6 - 7 petakan. Air di pompa ke petakan tandon yang pertama dan dibiarkan mengalami sirkulasi sampai ke petakan tandon terakhir, air dari petakan tandon
terakhir ini yang selanjutnya di pompa kedalam kolam pembesaran. Pergantian air penyiponan merupakan aktivitas untuk membuang lumpur
didasar tambak. Penyiponan dilakukan dengan cara membuka pipa paralon pembuangan diluar petakan tambak, pipa pengeluaran ini terhubung dengan pipa
yang ada di daerah tengah dasar kolam pembesaran. Kegiatan penyiponan ini dilakukan di bagian tengah dasar tambak karena
sedimentasi terjadi di daerah tengah dasar tambak yang berarus lemah akibat adanya arus melingkar sepanjang pinggir tambak Boyd, 1992. Pergantian air pada kolam
pembesaran tergantung pada umur udang, kegiatan ini dilakukan setelah lama pemeliharaan diatas 30 hari. Pada saat DOC 30- 50 pergantian air sebanyak 5 cm
dari volume air kolam pembesaran, DOC 50 – 70 sebanyak 10 cm sementara DOC 70 – 120 panen pergantian air sebanyak 20 cm. Rata –rata pergantian air
sebanyak 1 kali dalam sehari. Keberhasilan usaha budidaya sangat dipengaruhi oleh manajemen tambak mulai
dari tahap persiapan sampai panen. Tahap persiapan dilakukan dengan menjemur dasar tambak sampai dasar tambak pecah-pecah. Penjemuran ini bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
mempercepat oksidasi sehingga gas-gas beracun keluar dan spesies penyebab kegagalan usaha budidaya mati. Penjemuran ini dilakukan selama + 2 minggu, setelah
itu dilakukan pengangkatan kotoran dan lumpur dari kolam pembesaran, lumpur dibuang ke lokasi jauh dari kolam pembesaran sehingga tidak masuk kembali
kedalam kolam. Proses selanjutnya adalah membajak tanah dasar tambak yang dilanjutkan dengan proses pengapuran dasar, kapur yang digunakan adalah kapur api
sebanyak 1,5 – 2 ton per petakan tambak. Pengapuran dasar tambak bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dasar
kolam. Setelah tahapan ini selesai maka dilakukan pencucian dasar tambak dari kapur dengan cara mengisi kolam pembesaran dengan air sampai ketinggian 20 cm
kemudian air dibuang kembali. Tambak kembali diisi kembali dengan air sampai ketinggian 100 - 120 cm dan dibiarkan sampai 15 hari. Tahapan selanjutnya adalah
menempatkan benur ke kolam pembesaran setelah sebelumnya dilakukan proses aklimatisasi, proses ini dilakukan pada pagi atau sore hari. Benur yang ditempatkan
ke kolam pembesaran berjumlah 80 – 100 ekorm
2
Selama proses pemeliharaan dilakukan juga proses pengapuran dan pemupukan. Kapur yang dimasukkan ke kolam pembesaran sebanyak 0,5 – 1 ton dan
pupuk TSP sebanyak 5 – 10 kg per kolam selama masa pemeliharaan, adapun tujuan pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan fitoplankton.
dengan ukuran PL 12, benur ini berasal dari Hatchery Pantai Cermin dan dipelihara di kolam pembesaran selama
+ 120 hari – 130 hari.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan terakhir dari proses pemeliharaan adalah pemanenan. Pemanenan dilakukan secara bertahap parsial dan total. Panen parsial dilakukan apabila
pertumbuhan udang lambat, hal ini diketahui dari sampling mingguan dimana pakan yang diberikan tidak menunjukkan pertumbuhan yang pesat bagi udang. Panen parsial
ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan udang sehingga pertumbuhan udang lebih pesat, panen ini juga bertujuan untuk menutupi biaya operasional selama
pemeliharaan. Panen parsial dilakukan 2 kali tahapan selama masa pemeliharaan, tahap I pada saat DOC 80 ukuran udang 70 ekorkg dan tahap II pada saat
DOC 90 – 100 ukuran udang 70 – 65 ekorkg. Panen total dilakukan setelah 120 – 130 hari pemeliharaan dengan ukuran udang 50 – 40 ekorkg. Dari luas petakan
tambak 3900 – 4200 m
2
dan padat tebar 90 – 100 ekorm
2
Mangrove merupakan vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon bakau yang mampu tumbuh berkembang pada daerah pasang surut
pantai berlumpur. Keberadaan vegetasi mangrove di lingkungan pesisir dan tambak harus dipertahankan mengingat perannya dalam usaha budidaya dan peranannya
di lingkungan. Peranan mangrove untuk tambak dan perairan sekitar tambak dapat digunakan untuk mengurangi limbah tambak udang dengan tingkat padatan
bahan organik dan nutrisi tinggi atau mendaur ulang nutrisi, dapat memelihara kualitas air tambak, menjaga kondisi pantai agar stabil, melindungi tebing pantai dan
sungai, mencegah abrasi dan intrusi air laut, penghalang badai dan angin berat serta mampu memproduksi
udang sebanyak 5 - 6 tonha dengan nilai FCR Feed Conversion Ratio 1,55 – 1,7 dan SR Survival Rate 70 selama masa pemeliharaan yaitu selama 120 – 130 hari.
Universitas Sumatera Utara
akar mangrove merupakan perangkap sedimen Primavera, 2006; Tobey et al, 1998; Gunarto, 1994.
Mangrove di daerah pesisir Kecamatan Medang Deras terdiri dari kelompok mangrove jenis bakau Rhizophora sp, Nipa Nypa sp dan api-api Avecennina sp
sementara itu mangrove jenis bakau Rhizophora sp yang paling banyak mendominasi disekitar pantai.
Potensi hutan mangrove yang dimiliki Kecamatan Medang Deras berupa hutan terbatas dan hutan lindung dengan luas areal untuk hutan terbatas adalah 3910,14 Ha
sedangkan hutan lindung sebesar 821,34 Ha. Dari potensi ekosistem mangrove yang dimiliki kawasan pesisir ini, keadaannya mengalami kerusakan yang cukup parah
terutama untuk hutan mangove dengan kategori hutan terbatas. Dari luas lahan 3910,14 ha yang masih dalam kondisi baik adalah 795,14 ha sisanya kondisi hutan
mengrovenya rusak. Begitu juga kondisi hutan mangrove yang berfungsi sebagai hutan lindung, dari luas areal hutannya 821,34 ha yang masih dalam kategori baik
seluas 506,34 ha sedangkan yang rusak luasnya sebesar 315 ha Tabel 4. Tabel 4. Potensi Hutan Mangrove di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara
Dinas Kehutanan Kabupaten Batu Bara Kategori
Hutan Mangrove Kondisi Hutan Mangrove Ha
Luas Ha Baik
Rusak Hutan Terbatas
795,14 3.115
3.910,14 Hutan Lindung
506,34 315
821,34
Penurunan luasan mangrove ini karena hutan mangrove dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, pemukiman dan pertambakan. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Onrizal 2010 kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Sumatera terus mengalami penurunan, dari tahun 1977 sampai tahun 2006 hutan mangrove di wilayah ini hilang
sampai 56,98. Pada tahun 1977, luas hutan mangrove sebesar 103.415 sementara tahun 2006 yang tersisa tinggal 41.700 ha lagi. Penyebab utama penurunan luas dan
kerusakan hutan mangrove tersebut karena penebangan hutan mangrove secara berlebihan dan dialih fungsikan untuk lahan tambak, perkebunan dan pertanian.
Pada saat pengamatan dilakukan, rata-rata lebar mangrove di sekitar pertambakan dari lokasi tambak mengarah ke pantai kurang dari 100 meter, bahkan
disekitar beberapa pertambakan yang dikunjungi lebar mangrove 5 – 50 meter dari pantai. Kondisi mangrove ini kurang dari lebar mangrove yang disarankan oleh
KEPMENLH No 201 tahun 2004 tentang kriteria baku mutu dan pedoman penentuan kerusakan mangrove yang menyatakan bahwa kawasan sepanjang pantai yang
mempunyai ditumbuhi mangrove minimal 130 kali dari selisih rata-rata pasang tertinggi dan surut terendah.
Purnamawati dan Dewantoro 2007 menyatakan bahwa tambak yang berwawasan lingkungan biasanya tidak terlalu banyak merubahmerusak kondisi
alami lingkungan mangrove yang ada dan tetap mempertahankan jalur hijau berupa bentangan mangrove selebar 50 – 400 meter di sepanjang pantai. Kerusakan
mangrove di sekitar pertambakan menyebabkan pantai mengalami abrasi karena mangrove berperan sebagai penyanggabuffer antara tambak dan lingkungan
sekitarnya Bengen, 2000.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Kualitas perairan di pertambakan dan pesisir di Kecamatan Medang Deras