sumber air tawar dengan debit atau kapasitas cukup besar. Sedangkan secara non teknis lokasi tambak udang dekat dengan produsen benih udang vannamei,
sumber tenaga kerja, sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan berbagai bahan pokok untuk produksi udang serta lokasi bisa dijangkau oleh saluran
penerangan dan alat komunikasi.
2.2. Ekosistem wilayah pesisir
Wilayah pesisir merupakan wilayah berbatasan peralihan antara daratan dengan laut. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang
tidak tergenang air, wilayah ini masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang-surut, angin laut, intrusi garam. Batas di laut adalah daerah-daerah yang
dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan proses mengalirnya air tawar ke laut serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Dilihat dari segi ekologi, wilayah pesisir merupakan lokasi dari beberapa ekosistem yang unik, saling terkait, dinamis dan
produktif. Ekosistem tersebut adalah 1 estuaria; 2 mangrove; 3 padang lamun dan 4 terumbu karang Bengen, 2000.
Menurut Dahuri 1998 ekosistem pesisir dan lautan memberikan 4 fungsi utama yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup umat manusia yaitu:
1 sebagai penyedia sumberdaya alam dapat pulih dan sumberdaya alam tak dapat pulih, 2 sebagai penyedia ruang untuk tempat tinggal, kegiatan budidaya pertanian
perikanan dan peternakan, industri, rekreasi dan parawisata serta perlindungan
Universitas Sumatera Utara
alam, 3 sebagai penampung atau penyerap limbah residu sebagai hasil samping dari kegiatan konsumsi, produksi dan transportasi yang dilakukan manusai dan
4 sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan dan jasa-jasa pendukung kehidupan seperti udara bersih, siklus hidrologi, siklus hara, keanekaragaman hayati dan sebagainya.
Ditinjau dari perspektif ekologi, terdapat 4 pedoman pembangunan pesisir secara berkelanjutan yaitu 1 keharmonisan spasial; 2 pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal dan berkelanjutan; 3 membuang limbah sesuai dengan kapasitas asimilasinya dan 4 mendesign dan membangun prasarana dan sarana
sesuai dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan. Pembangunan perikanan secara berkelanjutan hanya dilakukan pada zona konservasi
dan bila pesisir dijadikan tempat untuk membuang limbah dari perikanan maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah yang dihasilkan tidak melebihi kapasitas
asimilasi perairan tersebut Dahuri, 1998. Wilayah pesisir merupakan pusat dari kegiatan manusia, hal ini dimungkinkan
karena wilayah ini memiliki produktivitas yang tinggi. Banyaknya barang dan jasa yang disajikan pesisir sehingga wilayah ini dimanfaatkan manusia untuk berbagai
kegiatan seperti perikanan, budidaya, pertanian, pemukiman manusia, pelabuhan, pariwisata dan industri. Agar kondisi lingkungan pesisir mendukung untuk
keberlanjutan kegiatan manusia maka pengelolaan wilayah ini harus dilakukan secara terpadu, berkoordinasi dengan berbagai sektor perekonomian serta perikanan,
budidaya perikanan, kehutanan, pemukiman dan industri Primavera, 1998; 2006.
Universitas Sumatera Utara
Mangrove berfungsi secara fisik, biologis dan ekonomis di wilayah pesisir. Secara ekologis mangrove berfungsi menjaga kondisi pantai agar stabil,
melindungi tebing pantai dan sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut serta sebagai perangkap zat pencemar. Secara biologis mangrove berperan
sebagai habitat benih ikan, udang dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai tempat keanekaragaman biotik akuatik dan non akuatik seperti burung,
ular, kera, kalelawar dan tanaman anggrek, sumber plasma nuftah. Secara ekonomi mangrove berfungsi sebagai bahan bakar, bahan tektil, makanan dan
obat-obatan Gunarto, 2004. Pemanfaatan zona pesisir untuk perikanan berdampak negatif terhadap
lingkungan karena pembukaan lokasi pertambakan di wilayah mangrove menyebabkan kerusakan mangrove. Kehilangan mangrove menyebabkan fungsi
mangrove sebagai ekosistem hilang seperti nursery ikan dan udang, habitat satwa liar, perlindungan pantai, pengendali banjir, perangkap sedimen dan pengolahan air
Primavera, 2006. Pa´Ez-Osuna 2001 menambahkan bahwa peranan mangrove lainnya adalah
sebagai filter di daerah pertambakan. Untuk dapat menghilangkan padatan dan nutrisi dari limbah budidaya tambak maka diperkirakan luasan mangrove sebesar 2 – 3 ha
pada tambak dengan luas 1 ha. Sementara kolam intensif memerlukan luasan hutan mangrove 22 ha agar dapat memproses nitrogen dan posfor yang terkandung dalam
limbah, sementara diperkirakan 0,04 – 0,12 ha hutan mangrove untuk menghapus beban nitrogen anorganik terlarut dari limbah yang dihasilkan tambak semiintensif
Universitas Sumatera Utara
dengan luasan 1 ha. Dengan demikian, kerusakan mangrove menurunkan peranan mangrove sebagan tanaman filter sehingga pencemaran di pesisir akan sulit dihindari.
2.3. Pencemaran perairan pesisir